[25] hello, jordan!

681 137 4
                                    

Jihan cemberut. "Gak gituuu! Tapi aslian dah, Na. Gue super duper ultra mega males buaangeeet gak ketolong, tapi kita masih harus nyari anggota karena persentase anak pmr lebih sedikit dibanding ekskul lain."

"Yaudah, ayo kita cari ide."

"Na!" Cewek itu merengek di lantai sembari memasang wajah sedih yang tampak tidak natural. "Gue males, Na. Dari sekian banyaknya anggota pmr kenapa harus kita yang nyari huweee gue mau pulang huwee mau pulaaang!"

Ana menghela napas panjang seraya merubah posisinya menjadi duduk. Ia menoleh memandangi temannya itu dengan air muka datar, matanya yang sayu pun turut menjelaskan bahwa Ana sedang lelah dan ingin cepat-cepat beristirahat.

"Aku juga mau pulang, Ji. Mood aku, semangat aku, pikiran aku, semuanya kayak nyuruh aku buat nyamperin kasur terus tiduran. Bahkan aku sendiri mikir kalau dalam waktu 24 jam gak cukup buat aku tidur. Tapi tugas tetep tugas, kalau gak dikerjain tetep ada dampaknya."

"Dampak buruk?"

Ia mengangguk. "Hum, buruk."

Jihan mendengus seraya memejamkan matanya rapat, meregangkan otot-otot tubuhnya di lantai dan kembali mengumpulkan semua energinya.

Kedua oknum ini masih berada di lingkungan sekolah meskipun jam pulang sudah kelar beberapa menit lalu. Asik lesehan di atas lantai selagi kelas kosong melompong, untung tidak ada yang melihat mereka.

Mendapat sebuah pemberian berupa tugas baru dari pembimbingnya membuat Ana dan Jihan melengos. Sungguh, mendengar perintahnya saja sudah ngantuk, bahkan mereka sendiri hampir tertidur di lantai ketika sedang memikirkan tugasnya tersebut.

Cukup mata pelajaran hari ini saja yang bikin mereka kewalahan, jangan ada lagi.

Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak. Ana dan Jihan harus memikirkan bagaimana cara menarik perhatian para adik kelas untuk masuk ke ekstrakulikuler pmr ini.

"Katanya kalo gak banyak yang minat, ekskulnya bakal ditiadakan. Gini deh, saat ini ekskul di bidang bela negara adik kelas kita kebanyakan milik pramuka atau gak paskib, sisanya baru pataka dan lain-lain. Sedangkan butuh 10 orang lagi bagi pmr buat nyaingin ekskul yang lain. 10 anggota itu minimal, kita targetin segitu dulu, kalo banyak ya syukur, Ji. Berarti kita harus bikin ekskul ini keliatan menarik, gak gitu-gitu aja."

"Lagian kenapa sih sekali ekskulnya gak rame harus blacklist? Aneh banget ni sekolah—"

"Terus kamu mau apa? Mau protes? Kan gak bisa, Ji." Ana mengucak matanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Kita disuruh mungkin karena sering dipilih buat wakilin lomba kali ya, karena kita aktif juga tiap ada jadwal. Tapi kalo kita disuruh, bukan berarti kita gak bisa minta bantuan yang lain, kan?"

Detik kemudian Jihan langsung beranjak dari tidurnya, duduk dengan punggung tegak beserta wajah yang mendadak cerah dan berseri-seri. "KOK BARU BILANG SIH, NA?!"

Ana ngantuk, ia hanya menunjukkan wajah cengonya dengan mulut yang sedikit terbuka. Terlihat seperti ornag bodoh.

Mungkin otaknya tengah berputar seperti saat kamu ingin membuka sosial media tetapi jaringan sedang berada di titik terjelek, lebih jelek dari kuku jari kakimu.

"Hah?"

"KOK BARU BILANG?!" Jihan melompat hingga kakinya menapak sempurna di atas lantai, membuat Ana mendongakkan kepalanya lesu. "I mean, kok baru kepikiran kalo kita masih bisa minta bantuan anggota lain?"

Astaga, anak ini benar-benar...

"Logika aja. Ya kali kita mikirin cara terus promosi di semua kelas bawah berdua doang. Kita dikasih tugas ini buat bantu-bantu biar ekskulnya rame, ya kita juga butuh bantuan karena kalo cuman dikerjain berdua gak bakal cepet beres. Jadi yah, gapapa dong minta pertolongan anggota? Kan sama-sama anak pmr—duh!"

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang