[43] hello, jordan!

616 118 27
                                    

"Halo, Pak satpam!"

Berjalan dengan langkah kaki lebar sambil melompat-lompat riang, seakan tengah menebarkan butiran serbuk kebahagiaan di sekitarnya. Ana merasa dirinya dapat bergerak bebas dan leluasa, tubuhnya terasa lebih ringan, tidak ada lagi beban yang menumpang.

"Halo, Jihan!"

"Hai Kanara sayang!"

"Halo, Ningning!"

"Helouu!"

"Halo, Bu Odri! Halo kalian! Halo semuanyaaaa!"

Menyapa para guru maupun murid satu persatu sejak masuk gerbang sekolah sampai ke dalam kelas, itu yang Ana lakukan sekarang. Mengulas senyum lebarnya kepada setiap orang yang ia temui.

Rasa senang tidak bisa ia tutup-tutupi. Sungguh. Keadaan sekolah sudah kembali seperti awal, tidak ada lagi yang membahas gosip tersebut atau mengungkit-ungkitnya sedikitpun.

Masuk sekolah tanpa mendapati tatapan jijik dan bisikan-bisikan hal buruk yang biasa dilemparkan pada Ana, semua itu berhasil membuat Ana bisa menghirup napas dengan tenang.

Masalah Liam? Entahlah, Ana tidak ingin membahasnya. Yang jelas cowok itu sudah berada di posisi yang sama seperti Febian, dengan beberapa barang bukti yang polisi temukan di markas. Seperti sisa narkoba, dus berisi stok alkohol mereka, dan lain-lain. Juga sebuah grup chat tempat berkumpulnya para manusia mesum cukup membuktikan kalau malam itu Ana memang benar-benar ingin digunakan oleh Liam.

Tidurnya menjadi nyenyak setelah Liam pergi dari alur hidupnya, langit di pagi hari seolah lebih cerah dibanding biasanya, langkah kakinya terasa tidak memberatkan. Ana ingin menyambut hari ini dengan ceria.

"Halo, Sean!"

Sebagai teman sebangku Ana yang sudah duduk di tempat yang sama selama 4 bulan lebih, Sean merasa terheran-heran karena baru kali ini ia disapa dengan wajah cerah oleh Ana.

Padahal biasanya ketika Ana berhadapan dengan Sean, alisnya selalu menyatu dan dahinya berkerut, emosian, seperti ada sinar laser merah memancar dari matanya ketika ia bertatapan dengan Ana.

Yah, salahi diri sendiri dong. Siapa suruh jadi cowok annoying?

Sean yang lagi memakai kaos kaki barunya langsung memberi jarak antara kursi miliknya dan kursi Ana. "Saha maneh?!"

"Apa sih?! Ini aku, Kanara, masa gak kenal?" balas Ana seadanya. Menempatkan tas lalu duduk di kursinya.

"Gak, ini bukan Ana, lo pasti Ana jadi-jadian, kan?! Hayo ngaku sia bagong!!!"

"Sean aku patok ni ya!!?!"

"ADUH!"

Cowok itu mengusap-usap punggung tangannya yang digeplak sama Ana. Masih dengan wajah kebingungannya, Sean cemberut seraya merubah posisi duduk jadi berbalik badan memunggungi Ana.

Pundung.

"Sejak kapan pukulan lo jadi perih gini?"

"Mau lagi?"

"Ulah kitu atuh, Na. Nyeri ati aku mah, perih, tersakiti, broken heart. Kamu teh gak kasihan sama aku?"

"Najis kecil NAJIS GEDE!" Jihan yang tiba-tiba datang membuat Sean terlonjak kaget di tempat duduknya. Menatap sosok Jihan dengan background kobaran api yang membara di belakang tubuhnya. "Omongan lo tadi bikin hari Ana jadi suram tau gak? Geuleuh anying, hayang utah hoek hoeekk!"

"SEAN TERBULLY HUHUHU!!!"

"Na, pindah aja yuk." Jihan beralih menghampiri Ana. Tak peduli lagi dengan cowok berpapan nama Sean yang sibuk bersama kaos kaki barunya itu.

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang