[33] hello, jordan!

487 116 7
                                    

"Kak,"

Ana yang merasa terpanggil oleh seseorang pun mendongakkan kepalanya, tak peduli fakta bahwa dirinya masih dalam keadaan setengah tidur.

Menoleh ke arah kanan karena pundak kanannya sempat ditepuk-tepuk beberapa kali. Ia menampakkan wajah bantalnya pada Alisya yang kini sedang mengajaknya bicara. "Kenapa?"

Selama perjalanan pulang, Ana menghabiskan waktunya untuk tertidur sembari memeluk tasnya di dalam bus kontingen. Bahkan sekarang ia masih berada di dalam bus di saat yang lain sudah pada turun. Ana sibuk mengumpulkan nyawa selepas bangun tidur.

Kalau boleh jujur sebenarnya Ana tidak bisa tertidur nyenyak semalam, usai salah satu teman setendanya mengatakan bahwa di sekolah ada berita terbaru yang menyangkutpautkan dirinya, sungguh ia kepikiran. Ingin membuka sosial media saja susah minta ampun saking sulitnya mencari sinyal.

Bagaimana Ana bisa tertidur kalau begini ceritanya?

"Kak Ana, maaf. Ini aku Alisya."

Ia mengucak matanya yang terasa gatal, menjelaskan penglihatannya agar bisa memandang wajah Alisya. "Ooh, ada apa, Sya?"

Yang ditanya awalnya diam, ia ingin meminta tolong namun keraguan terus menyelimutinya. Alisya menundukkan kepala, tak berani menunjukkan mukanya karena merasa tidak enak dipandang, malu.

"Kakak punya topi nggak? Atau gak masker? Tolong bantu dulu, Kak. Nanti aku balikin kok kalau udah masuk sekolah lagi, aku lagi butuh banget."

"T-topi EH? Astaga muka kamu kenapa?!" Ana terkejut ketika ia sudah bisa melihat paras si adik kelas, matanya terbuka lebar dengan tangan yang menangkup wajah Alisya khawatir, kemudian telapak tangannya beralih memegang kening Alisya yang terasa panas. "Kamu sakit? Kok gak bilang? Kan bisa aku obati tapi duhh kotak obatnya ada di temenku. Alisya kamu kenapa?"

Kecemasan Ana membuatnya ingin kembali menitikkan air mata. Kepalanya menggeleng, melepaskan dua tangan Ana dari wajahnya, lalu mengukir senyum. "Aku gapapa, cuman kebanyakan nangis sama kurang tidur aja haha. It's okay, Kak. Bentar lagi pulang, aku bisa istirahat, jangan khawatir."

Tubuhnya hangat, namun ujung tangannya terasa dingin, kulitnya tampak pucat, jejak air mata masih terlihat jelas di sisi wajahnya, mata serta hidungnya memerah.

Lalu apa tadi katanya? Aku gapapa? Hei, malaikat sedang mencatat kebohonganmu itu tahu?

"Gak mau ke dokter aja? Aku anterin sini-"

"Nggak usah, Kak. Aku cuman butuh topi atau nggak masker aja biar bisa nutupin mukaku, aku lagi jelek banget, malu hehe."

"Ya Tuhan, kamu jangan gini dong, aku sakit hati liatnya." Dengan cepat Ana mengobrak-abrik tas yang setia di pangkuannya, mencari sesuatu yang diinginkan Alisya. "Aku adanya masker, gapapa?"

"Gapapa banget." Alisya menerima masker itu dari tangan Ana. "Makasih banyak, Kak Ana. Ahh, aku gak tau deh gimana nasibku kalau gak ada Kak Ana, bisa-bisa diledekin sama temen. Makasih lagi!"

"Kamu kalau perlu apa-apa jangan ragu buat bilang ke aku, maaf banget aku gak nyimpen kompresan sama sekali. Tapi aku bawa vitamin, kamu bawa deh, ini bukan obat tablet yang ditelan kok, rasanya manis jadi kamu emut aja soalnya gak bikin enek juga. Maaf aku cerewet banget kalau lagi khawatir haha, cepet sembuh ya, Alisya. Banyakin istirahat nanti kalau udah nyampe rumah."

Bus kontingen berada tepat di lahan kosong samping sekolah, jadi semua murid bisa langsung mengembalikan perlengkapan yang apabila dipinjam dari sekolah sebelum pulang ke rumah.

Suasana di sana sedang ricuh dikarenakan para murid telah berhamburan keluar dari bus, dan bikin sebuah barisan untuk absen lebih dahulu sebelum benar-benar pulang, memastikan kalau tidak ada anggota yang kurang. Namun kedua oknum ini masih berada di dalam bus tanpa mengindahkan keributan tersebut.

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang