"Boy, besok kita latihan ya? Subuh lo lari ke kosan gue pake pemberat di tangan sama kaki, dobrak aja pintunya sekalian bangunin gue tidur—ADUH!"
"Kasih dia istirahat!"
Rajendra yang kena pukul dari Ana hanya mampu melangkah mundur seraya mengusap keningnya. Cemberut. Memandang tak suka pada Ana dan terus memaki di dalam hati.
Dua bocah ini benar-benar menyebalkan, pikirnya. Selalu membuat dirinya merasa kalah telak, karena seorang Rajendra Bachtiar Aristides selaku yang paling tua masih saja menyandang status bujang tak berpegangan.
"Ck, gak asik lu, mentang-mentang ada ceweknya." Mulutnya mendadak kicep ketika diberi tatapan tajam dari Ana yang seolah mengatakan 'Ubun-ubunmu mau dijadiin bakso atau es kepal?!'. Alhasil, ia mengangguk sembari mempersilahkan kedua oknum tersebut untuk pergi. "Iye, Mba. Sana bawa anaknya. Ampun dah galak amat."
"Aku kalo marah makan orang. Jangan macem-macem!"
Ekspresi wajah Ana yang ditekuk seketika jadi berubah cerah saat menoleh ke arah Jordan, sudut bibirnya melengkung bersamaan dengan tangannya yang menarik tangan Jordan untuk dibawanya keluar.
"Yuk, keluar, kita cari angin."
"WOY LO TEGA YA SAMA JOMBLO—" Perkataannya terhenti. Tepat setelah Jordan melempar tisu bekas penyumbat lubang hidung ke dalam mulutnya, agar Rajen berhenti mengoceh seperti ibu-ibu. Kalau begini ceritanya, Rajen minggat saja deh. "Sial. Gue lipet juga ni bumi."
Gumpalan awan gelap yang hendak membocorkan tampungan airnya membentang di cakrawala, cahaya dari sang surya tertutup oleh mereka. Langit sudah mendung, menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan, sepertinya juga cukup deras, namun Ana dan Jordan sama sekali tak mengindahkannya.
Mereka hanya ingin menghibur diri dengan cara ini.
"Masih mimisan?"
Beberapa menit lalu selesai bertanding Jordan terus menyibukkan dirinya dengan tisu, hal itu dilakukan agar ia bisa menghentikan darah yang keluar dari lubang hidungnya.
Cowok itu cukup letih, ia mimisan untuk yang kesekian kalinya. Entah karena kelelahan atau memang tendangan Liam sekencang itu hingga hidungnya terluka.
"Udah nggak." Kepala Jordan tertunduk. "Gue malu-maluin ya?"
Ana tidak menjawabnya, ia hanya menggeleng lemah sembari menyalahkan perkataan Jordan dalam hati. Ana juga berusaha memahami perasaan Jordan sekarang.
Hari ini merupakan hari di mana Jordan kembali bertanding untuk menentukan siapa yang akan mewakili nanti. Dan yang terpilih sesuai hasil akhir ialah Liam, bukan Jordan.
Kecewa? Pastinya. Malu? Benar adanya. Hingga kini Jordan cuman bisa diam tanpa berkutik apapun, ekspresinya pun kosong sepenuhnya, ia tidak tahu harus melakukan apa selain menghela napas.
Semua emosi tidak bisa ia rasakan di dalam dirinya, Jordan sungguh hampa.
Namun rasa kecewa yang tetap membaluri Jordan berhasil membuat dirinya merasa terpojok seperti pecundang. Fokusnya hilang selama bertanding tadi. Jordan pikir ini adalah murni kesalahannya saat bertanding sampai-sampai Liam sukses mencuri posisinya saat ini.
Kalau boleh jujur, Jordan masih teringat kejadian beberapa hari silam. Di mana dirinya berada di mobil yang sama dengan Alisya kemudian tak sengaja berbincang mengenai insiden kecelakaan, dan telah diketahui bahwa bintang utama dalam kecelakaan tersebut tak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Jordan merasa kacau karena itu.
Bukan apa-apa. Hanya saja, saat bertanding tadi, Liam selalu mengecohkannya dengan membawa-bawa kenangan buruk tersebut.
Untuk melawan atau sekadar marah saja tak bisa, tubuh Jordan terlanjur tidak bertenaga. Sosok bernama Liam itu sungguh orang yang licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]
FanfictionCOMPLETE Ini tentang Jordan yang jatuh cinta sama kakak kelasnya. Highest rank #1 jungwonenhypen [250422] #1 yangjungwon [280522] Spin-off The Things About Us Fanfiction local vers. [START 20.03.22] [FINISH 27.06.22]