Kesunyian senantiasa memenuhi ruang kamarnya. Deru napas terus terdengar jelas oleh dirinya sendiri, merenung dalam senyap dengan pandangan yang tak lepas dari selembar kertas yang ia genggam.
Sebuah catatan kecil yang disimpan di bawah tumpukkan buku, yang dibuat semenjak ia menyadari bahwa dirinya sudah menemukan cinta pertamanya. Jordan tersenyum kecil setelah memakai beberapa menit hanya untuk mengamati kertas tersebut.
"Alay banget. Tapi lucu."
Malam hari tidak akan ia pakai untuk tidur. Segelas kopi hangat sudah ia siapkan di atas meja belajarnya, menepati janji dari dirinya sendiri kalau ia akan belajar malam ini. Jordan yakin, meski tidak ada sosok Ana yang suka mengajaknya ke perpustakaan tuk belajar, ia pasti bisa belajar sendiri walau nanti hasilnya tidak begitu maksimal.
Setidaknya buatlah sebuah peningkatan.
Mengingat Ana yang pernah berkata, "Keadaan nggak akan berubah kalau kamu sendiri gak berubah. Kamu harus ada alasan kenapa kamu mau berubah. Alasan kamu berubah itu bukan karena orang lain, tapi harus karena keinginan diri sendiri. Karena kalau tiba-tiba orang itu pergi, alasan kamu berubah itu juga menghilang, dan kamu bakal jadi orang yang hilang arah karena kamu balik lagi jadi pribadi di masa lalu."
Jordan jadi sangat termotivasi. Oh, sekaligus rasa suka yang semakin menjadi-jadi juga pasti tidak diherankan lagi.
Ia sedang mencobanya. Perlahan-lahan pasti bisa, meskipun rasa muak akan mengupas niat belajarnya ketika ia sudah frustasi karena otaknya sering kali sulit memahami. Kemampuan berpikir orang berbeda-beda, dan Jordan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang butuh diajari secara jelas sampai benar-benar paham. Berbeda dengan Ardan yang jauh lebih cerdas darinya.
"Gue cuman cape belajar, bukan berarti nyerah. Ya, bener, gue gak nyerah." Tangannya bergerak cepat menaruh kertas itu, beralih mengambil salah satu buku di antara banyak tumpukkan lainnya, dan mulai mencari materi yang akan di pelajari.
Kalau ingin menyerah, maka ingatlah bagaimana kamu memulainya dengan susah payah. Rasanya sia-sia jika berhenti tanpa hasil di saat dirinya diberi kesempatan tuk meningkatkan sesuatu secara bertahap. Ini bukan bidangnya, tetapi Jordan tidak bisa membiarkan ia hidup berdampingan dengan nilai merah dan hukuman.
Kamar yang hanya diterangi oleh lampu belajar membuat suasana menjadi lebih tenang. Jordan merasa ia pasti akan fokus belajar walau perutnya kosong. Tak mengindahkan rasa lapar yang perlahan memudar tersebut, Jordan terbiasa oleh waktu.
Pagi tadi ia mendapat 4 noda merah di lembar tugasnya, jadi ia berniat untuk mengurangi salah satunya. Semoga anak itu diberi kesabaran ekstra kali ini.
Cklek!
Suara decit pintu yang terbuka membuat Jordan menoleh cepat, seseorang berkaos biru tua dengan bawahan celana pendek rumahan menjadi pemandangan pertama yang Jordan lihat.
Ia menghela napas, berdeham kecil sebelum berbicara seraya memalingkan muka. "Masuk aja."
Sang adik yang tengah memegang kantung plastik hitam di tangan kirinya pun menurut. Menutup pintu kamar, lalu berjalan dan duduk di atas tempat tidur kakak laki-lakinya.
Matanya tertuju pada Jordan yang duduk membelakangi, memfokuskan diri pada buku sekolahnya. Ardan diam-diam mengukir senyum. Ia paham si sulung sedang bekerja keras.
Akhir-akhir ini ada yang selalu mengganggu pikirannya.
Bukan tanpa alasan ia datang menghampiri, ia memiliki tujuan sendiri. Yah, pertama kalinya ia melakukan hal ini dan rasanya super duper canggung. Dadanya terus berdebar.
Sebenarnya Ardan bisa saja melaksanakan rencananya sejak kemarin, namun rasa gengsi menjadi tembok penghalang terbesar baginya saat itu. Sekarang juga masih gengsi, tetapi bermodal nekat Ardan akan melakukannya meski gerakannya jadi mendadak kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]
FanfictionCOMPLETE Ini tentang Jordan yang jatuh cinta sama kakak kelasnya. Highest rank #1 jungwonenhypen [250422] #1 yangjungwon [280522] Spin-off The Things About Us Fanfiction local vers. [START 20.03.22] [FINISH 27.06.22]