4 - Dua Manusia Dakjal

201 29 8
                                    

Pukul 3 pagi Raga baru saja sadar dari mabuk nya. Ya, ia mabuk hingga dini hari. Namun anehnya, Raga saat ini berada di suatu tempat yang sungguh asing baginya. Ia mengerjapkan matanya pelan-pelan.

"Gue dimana, anjir?!" tanya Raga entah pada siapa karena nyatanya di dalam kamar itu tidak ada siapa-siapa.

Raga merogoh ponsel yang masih ada di sakunya. Ponsel itu masih mati dan tak bisa ia nyalakan sama sekali. Raga mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar, lalu ia menemukan charger. Langsung saja Raga menghubungkan ponselnya dengan charger dan segera menyalakannya.

Banyak sekali notifikasi yang masuk di ponselnya. Beberapa panggilan dan beberapa chat langsung memenuhi ponselnya. Raga membacanya perlahan-lahan.

26 panggilan tak terjawab Om Deni

15 panggilan tak terjawab Azzahra Paramita

"Mampus gue!" panik Raga.

Tanpa membalas dan menelpon balik, Raga bergegas untuk bangkit dan segera pulang ke rumah om nya sebelum semuanya menjadi runyam.

Kemudian saat keluar kamar, Raga disuguhkan pemandangan dua manusia yang ia benci, yaitu Erlan dan Vico. Raga mendengus sebal. Mungkin unit apartemen ini milik salah satu dari mereka. Raga semakin malas berteman dengan mereka itu.

Tanpa berpamitan, Raga segera keluar dan pergi dari sana. Ia tak peduli jika ini sudah dini hari yang terpenting adalah ia harus di rumah sebelum om dan tante nya bangun tidur.

*****

Raga berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara berisik di rumah om nya. Ia sangat takut jika om nya tau Raga pulang jam segini. Beruntunglah semua lampu sudah mati yang berarti kemungkinan besar om dan tante nya masih terlelap.

Namun tiba-tiba saat Raga hendak menaiki tangga dan menuju ke kamarnya, semua lampu menyala. Raga menoleh ke arah bawah, melihat om nya telah bersidekap dada.

"Dari mana? Kenapa baru pulang jam segini?" tanya Om Deni.

Raga menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf, Om. Raga ada kerja kelompok. Nggak sengaja ketiduran di apart temen." ujarnya berbohong.

Bukannya marah, Om Deni malah tertawa keras. Hal ini membuat Raga sangat bingung.

"Kok Om malah ketawa?" tanya Raga.

Om Deni menggelengkan kepalanya pelan, "Raga Raga, kamu kira Om ini di Malang baru satu bulan dua bulan? Om ini tau gimana kehidupan di  kota ini apalagi untuk seumuran kamu ini." ujarnya. Namun jawaban om nya semakin membuat Raga bingung. "Kamu habis mabok kan?" tanya Om Deni tepat sasaran.

Raga membelalakkan matanya terkejut, "Om kok--"

"Kamu kira sejak kamu masuk nggak ada bau alkohol? Bau alkohol itu menyengat, Raga. Jangan coba-coba bohong sama, Om."

Raga menunduk, "Maaf, Om. Raga nggak berniat buat mabok. Tapi tadi--"

"Sudah sudah. Kamu ini kaku amat. Dikira Om nggak pernah muda? Om juga pernah kali mabok!" Om Deni tertawa setelahnya.

Raga semakin terkejut dengan reaksi Om nya. Om nya sama sekali tak memarahinya. Padahal ia sudah takut jika Om nya akan melaporkan kejadian ini pada Papanya di Jakarta.

"Om nggak marah?" tanya Raga hati-hati.

"Marah? Buat apa? Selama kamu masih tau batasan ya lakuin semau kamu. Nanti kalo udah bosen sama hal ginian juga berhenti sendiri." ujar Om Deni. "Yang penting kamu nggak aneh-aneh di kelab. Jangan main cewek. Kamu punya pacar kan?"

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang