29 - Masih Keras Kepala

129 11 0
                                    

Sheza panik saat mengetahui berita bahwa Zahra pingsan tiba-tiba. Gadis itu langsung berlari menuju UKS. Tanpa sadar pula ia tak menyapa Edgar dan Clara yang berada di ruangan itu karena ia hanya terfokus untuk melihat kondisi Zahra.

"Ra, lo nggak papa?" tanya Sheza dengan nada khawatir.

Zahra tersenyum, "Nggak papa, She. Cuma capek aja." ujarnya.

Sheza lega mendengarnya, "Gue khawatir banget tau waktu gue denger lo pingsan."

"Zahra udah sadar?" tanya Clara yang baru saja masuk ke UKS karena mendengar perbincangan Zahra dan Sheza.

"Iya, kak." jawab Zahra.

"Gimana? Masih pusing?" tanya Clara.

Zahra mengangguk, "Sedikit, Kak."

"Istirahat aja dulu disini. Atau mau pulang aja?" tanya Edgar.

Zahra menggeleng, "Nanti aja, Kak. Nggak enak sama yang lain." jawabnya. "Kak Edgar, Kak Clara, sepertinya aku mau ngundurin diri dari jabatan sekretaris ini." ujarnya tiba-tiba.

Bukan hanya Edgar dan Clara yang terkejut, Sheza juga terkejut mendengar penuturan Zahra.

"Ra, kok tiba-tiba?" tanya Edgar tak mengerti.

"Lo denger percakapan kita sama Maria tadi ya?" tebak Clara.

Zahra mengangguk, "Maaf, Kak."

"Ra, omongan Maria nggak usah dipikirin. Dia emang selalu gitu. Dia punya obsesi buat jadi pengurus inti HIMA tapi selalu gagal." tutur Edgar.

"Bener, Ra. Lo udah dipilih melalui voting sama anggota yang lain. Masa iya lo mau ngundurin diri dari orang yang udah kalah voting sama lo? Ini yang kecewa bukan hanya gue atau Edgar tapi semua anggota." tambah Clara.

"Aku ngerasa nggak pantas buat ada di pengurus inti HIMA, Kak. Aku sadar aku masih MABA, dan nggak seharusnya punya jabatan tinggi kaya gini. Aku juga belum mengusai tentang HIMA." ujar Zahra menjelaskan kegelisahannya. "Dan aku juga nggak mau kalo kak Maria jadi benci sama aku dan nuduh yang enggak-enggak." tambahnya lagi.

"Nggk ada yang nuduh lo. Tanya sama semua anggota yang udah ngerti gimana watak Maria, lo bakal ngerti kenapa dia kaya gitu. Ada gue, ada Clara dan anggota lain yang siap bantu lo buat tetep jadi sekretaris." ujar Edgar menenangkan Zahra sembari memegang bahu kanan gadis itu.

Hati Zahra tersentuh mendengar penuturan Edgar.

"Udah ya, pokoknya lo tetep jadi wakil gue. Karena gue juga nggak mau kalo punya wakil sejenis Maria. Lebih baik gue yang mundur daripada partner gue Maria." kata Clara.

"Makasih atas kepercayaannya, Kak." ujar Zahra yang akhirnya menyerah dan tetap menuruti kata Edgar dan Clara untuk menjadi sekretaris.

"Lo masih kelihatan pucet, lebih baik pulang aja. Tugas lo juga udah kelar di acara ini. Tapi jangan lupa untuk laporan pasca acara nya. Deadline 2 minggu selepas acara ya." ujar Edgar mengingatkan.

"Aku nggak enak, Kak, kalo pulang duluan. Yang lain pda kerja masa aku malah pulang ke rumah." kata Zahra.

"Nggak papa. Lo sakit, dan gue nggak mau kalo lo malah nggak bisa ngerjain laporan lo nantinya. Laporan itu tugas lo, jadi yang disini tugas lo udah selesai. Edgar juga udah ngizinin lo buat pulang duluan kan," ujar Clara.

"Iya, Ra, pulang aja, pucet banget loh wajah lo," bisik Sheza.

"Yaudah, Kak. Aku izin pulang dulu ya, kalo butuh bantuan aku bisa langsung hubungi aku aja." ucap Zahra.

"Pulang naik apa? Mau gue anter aja?" tawar Edgar.

Zahra menggeleng sembari tersenyum, "Aku bisa telfon Mama habis ini. Makasih tawarannya, Kak."

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang