13 - Penerbangan Dadakan

196 16 0
                                    

Raga menemani Michelle makan malam di salah satu restaurant Jepang di Kota Malang itu. Tadi Michelle berkata bahwa ia ingin makan sushi. Raga yang tidak mood meladeni gadis itu pun hanya mengiyakan saja karena malas mengobrol terlalu lama dengannya.

"Aku mau teriyaki sushi roll ya mbak. Sama orange juice deh. Raga mau apa?" tanya Michelle setelah ia menyebutkan menu favoritnya kepada sang pelayan.

"Lo aja." balas Raga.

Raut wajah Michelle berubah kecewa, kemudian ia menatap si pelayan yang masih menunggu menu yang dipesan, "Nggak jadi deh mbak. Temen saya nggak mau makan juga soalnya. Maaf ya." ujar Michelle pada si pelayan restaurant.

Raga mengernyitkan dahinya. Ia sangat kesal dengan kelakuan Michelle. Padahal Michelle sendiri yang ingin makan dan ditemani olehnya. Raga memang bersedia menemani Michelle tapi tidak untuk makan bersama gadis itu.

"Lo apa-apaan sih?!" tanya Raga dengan sedikit membentak. "Samain aja mbak." ujar Raga pada si pelayan.

"Baik, ditunggu pesanannya." ujar si pelayan yang kemudian pergi untuk menyiapkan pesanan.

"Gila lo!" ketus Raga.

"Kamu kenapa sih kasar banget? Kenapa emosian banget sama aku?"

Raga hanya menggelengkan kepalanya, tak paham lagi ia dengan sikap Michelle yang makin lama makin aneh. Raga memilih untuk mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Tak lama kemudian ponsel tersebut berbunyi dan menampilkan nama Zahra yang memanggil video call disana.

Raga berdiri dan menjauh dari Michelle tanpa meminta izin kepada Michelle. Kemudian Raga menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Hai sayang," sapa Raga saat wajah Zahra telah nampak di layar ponselnya.

"Haiii!!" jawab Zahra dengan senyum manis yang disukai oleh Raga. "Eh lagi dimana? Kaya lagi di resto?" tanya Zahra.

"Iya sayang, ini aku lagi di resto." jawab Raga jujur.

"Sama 2 temen kamu itu? Siapa namanya? Erlan sama Vico ya? Boleh dong aku ngobrol lagi sama mereka. Mereka asyik tau, tapi kamu jangan cemburu kaya kemarin." ujar Zahra sembari terkekeh.

Raut wajah Raga berubah. Ia sedang memikirkan bagaimana cara ngomong ke Zahra bahwa ia sedang makan bersama cewek lain disini. Raga tidak mungkin mengatakan sejujurnya, timing nya tidak tepat. Ia tidak bisa mengangkat telfon lama-lama. Raga akan bercerita nanti setelah ia sampai di rumah dan akan mengobrol dengan Zahra melalui call yang mereka lakukan hampir setiap malam.

"Ga, kok diem? Nggak boleh ya aku ngobrol sama temen kamu?" tanya Zahra yang menunggu jawaban sang kekasih.

"I-iya sayang, nanti kamu ngobrol ya sama mereka!" jawab Raga dengan terbata-bata karena bingung harus menjawab bagaimana.

"Raga lagi ngapain? Itu makanannya udah datang!" Tiba-tiba suara Michelle mengejutkan Raga dari belakang. Sudah dipastikan pula Zahra melihat Michelle yang berada di belakang Raga dari layar ponselnya.

Zahra memutuskan sambungan telfonnya. Sedangkan Raga masih terkejut dengan kehadiran Michelle dan ia tau pasti Zahra sedang marah padanya saat ini.

"Lo ngapain sih?!" tanya Raga dengan nada emosi.

"So-sorry, gue cuma mau bilang kalo makanannya udah datang. Gu-gue nggak tau kalo lo lagi video call sama pacar lo." ujar Michelle takut. "Dia marah ya?" tanyanya lagi.

Raga meninggalkan Michelle tanpa sepatah kata pun, kemudian ia meninggalkan sejumlah uang di mejanya dan bergegas pergi.

"Lo makan sendiri, gue balik!" ujar Raga pada Michelle. Habis sudah kesabaran Raga meladeni cewek nggak jelas seperti Michelle ini.

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang