Hari ini adalah hari terakhir Raga latihan basket bersama tim nya karena besok adalah hari ujian akhir semester. Satya berkata bahwa latihan akan diliburkan selama ujian berlangsung agar para anggotanya dapat fokus belajar dan tidak mengulang semester.
Raga meneguk botol minuman yang sudah ia siapkan sejak di rumah. Sembari meneguk air putih, ia menatap Michelle yang berjalan mendekati Satya. Samar-samar ia mendengar percakapan dua bersaudara itu.
"Sorry, Chel, ini beneran nggak bisa nganter kamu pulang dulu. Coach nya kakak nyuruh kakak buat nemuin dia dulu." ujar Satya pada Michelle saat sang adik menagih janjinya untuk pulang bersama. Kebetulan memang Michelle juga baru selesai latihan cheers bersama tim nya.
"Gimana sih, Kak. Terus aku pulangnya gimana?" tanya Michelle dengan sedikit kesal pada kakaknya. "Lama nggak kira-kira? Aku tungguin aja ya," lanjutnya.
"Nggak bisa dipastiin. Tapi kemungkinan lama. Nggak mungkin kalo kamu nunggu dulu. Habis ini gelap dan disini udah nggak ada siapa-siapa. Pulang naik ojol ya. Kakak pesenin." bujuk Satya.
Mendengar percakapan itu, Raga pun menghampiri Satya dan Michelle.
"Sorry, gue nggak sengaja denger percakapan kalian. Michelle bisa pulang bareng gue kok. Lagian gue juga kosong jadwal hari ini. Jadi bisa nganter lo dulu," ujar Raga menawarkan.
Satya berbinar mendengar penawaran Raga, "Serius lo mau nganter adek gue? Gue makasih banget kalo kaya gitu. Lebih tenang soalnya," ujarnya.
"Nggak usah. Gue bisa balik sendiri." jawab Michelle menolak yang membuat Satya terkejut. Kemudian Michelle menatap Satya, "Pesenin sekarang aja ojolnya, Kak. Takut kemalaman." ujarnya.
"Lo yakin mau naik ojol? Habis ini gelap." tanya Raga pada Michelle.
"Yakin." jawab Michelle.
"Bareng Raga aja. Kalo lo naik ojol, gue yang kepikiran nanti." ujar Satya.
"Kak—"
Satya menepuk bahu Raga, "Ga, titip adek gue ya. Thank's sebelumnya." ujarnya pada Raga tanpa menghiraukan penolakan Michelle.
Dengan terpaksa, Michelle pun harus menuruti kata kakaknya untuk pulang bersama Raga.
*****
Di dalam mobil tidak ada percakapan antara kedua insan itu. Michelle dan Raga sama-sama diam dan sibuk dengan isi pikiran masing-masing. Sejujurnya mereka juga tidak tahu harus membahas apa.
Tak lama kemudian, ponsel Raga berbunyi yang membuat atensi Raga maupun Michelle teralihkan pada ponsel itu. Raga memasang airpods nya dan menggeser tombol hijau di layar ponselnya. Ternyata Vico yang menelfonnya.
"Hallo, kenapa Vic?" tanya Raga.
"Lo dimana?" tanya Vico di seberang sana.
"Di jalan. Baru mau balik. Kenapa?"
"Gue tunggu lo di apart Erlan. Main PS bareng."
"Oh oke, nanti gue kesana."
"Oke gue tunggu sama Erlan."
Raga mematikan sambungan telfonnya dan melepas airpodsnya.
"Tumben lo mau nganterin gue. Perasaan dulu kalo gue minta lo nggak pernah mau." Michelle akhirnya membuka obrolan.
"Gue cuma mau berbuat baik." jawab Raga santai.
Michelle mengerutkan keningnya, "Atas dasar apa?"
Raga terdiam sebentar seperti memikirkan jawaban yang pas atas pertanyaan Michelle itu. "Ya gue mau berbuat baik aja sama temen gue. Salah emang?" Ia menanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRAGA 2
Ficção AdolescenteCOMPLETED✅ HIGHEST RANK🏅 #1 in ceritajadian (23-02-2024) #1 in duniakuliah (24-02-2024) #2 in ldr (24-02-2024) "Ketika hubungan kita dijatuhi beberapa rintangan" Masa SMA telah usai. Kini masa kuliah yang tiba. Raga Pratama Setiawan memutuskan untu...