24 - Foto

130 13 0
                                    

Zahra, Edgar, dan Clara yang sudah janjian di sebuah cafe yang cukup elite namun juga terbilang sepi karena hanya ada beberapa pengunjung saja disana. Edgar sengaja memilih cafe ini agar mereka bertiga dapat membahas proposal kegiatan untuk acara mereka.

Sudah terhitung 3 jam lamanya mereka berada di cafe itu. Makanan dan minuman yang mereka pesan pun mulai habis karena sejak tadi menggarap proposal sambil berbincang santai. Zahra pun merasa nyaman. Ternyata menjadi sekretaris HIMA tidak seseram yang ia bayangkan karena ia memiliki senior yang baik.

Bunyi ponsel Clara membuat ketiganya mengalihkan fokus mereka pada ponsel Clara. Clara menyengir karena lupa mematikan nada deringnya hingga konsentrasi mereka harus terganggu beberapa detik. Clara pun izin kepada Edgar dan Zahra untuk mengangkat telfon dan menjauh sedikit dari keduanya.

Tak lama kemudian, Clara kembali, namun gadis itu malah merapikan barang-barangnya.

"Kenapa, Ra?" tanya Edgar pada Clara.

"Sorry, Gar, Ra, gue harus balik sekarang. Pacar gue udah nungguin di depan. Kalo nggak balik sekarang gue bisa diamuk kakak gue," ujar Clara.

"Sekarang banget nih?" tanya Edgar sembari melirik jam yang melingkar di tangannya. Ternyata sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Clara mengangguk, "Kita lanjut besok aja ya di kampus. Gue duluan. Bye! Thank you buat hari ini!" kata Clara sembari berjalan menjauh dari Edgar dan Zahra.

"Udahan dulu aja, Ra. Dilanjut besok ya, soalnya tentang proposal tuh ya bidangnya Clara. Jadi kalo nggak ada dia, gue jug nggak bisa bantu banyak." ujar Edgar pda Zahra.

Zahra mengangguk, kemudian gadis itu menutup laptopnya dan ia masukkan ke tas.

"Gue pulang dulu ya, kak," pamit Zahra.

"Eh, pulang naik apa?" tanya Edgar.

"Taxi online, maybe," jawab Zahra dengan nada ragu.

"Yakin malam-malam mau naik taxi online?" tanya Edgar memastikan.

"Nggak papa, kak. Udah biasa kok." jawab Zahra.

Kemudian gadis itu mengeluarkan ponselnya untuk memesan taxi online. 1 detik 2 detik 3 detik, ponselnya tak mau nyala.

"Pake lowbat lagi," keluh Zahra.

Edgar tersenyum tipis, "Pulang bareng gue aja. Lagian rumah kita searah kan?"

Zahra menggeleng, "Gue bisa cari taxi di depan, kak. Thanks tawarannya. Gue nggak mau ngerepotin," tolaknya secara halus.

"Gue nggak ngerasa direpotin sama lo kok. Lagian ini kan gue yang nawarin lo. Jadi gue nggak ngerasa kalo lo ngerepotin." ujar Edgar. "Ini udah malam, Ra. Cewek jangan pulang malam sendirian. Bahaya." peringatnya.

Zahra terdiam, lalu berpikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Edgar. Mana ponsel Zahra lowbat. Jika ada apa-apa di jalan, ia tak akan bisa menghubungi siapapun.

"Bener ya nggak ngerepotin?" tanya Zahra memastikan.

Edgar mengangguk mantap, "Iya." balasnya.

"Yaudah oke, gue balik sama lo." putus Zahra. Tidak ada pilihan lain bukan?

*****

"Malam banget, Ra, pulangnya," ujar Anjani saat baru mengetahui anak gadisnya baru saja menginjakkan kaki di rumah disaat waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam.

Zahra menuangkan air pada gelas kaca diatas meja makan, lalu ia duduk dan meneguknya, "Iya maaf, Ma. Tadi bahas tentang proposal kegiatan soalnya." terang Zahra.

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang