34 - Ketemu Zahra dan Cerita ke Papa

225 9 0
                                    

Pukul 9 pagi, Raga sudah bersiap dengan pakaiannya yang cukup rapi. Cowok itu menggunakan kemeja hitam panjang yang lengannya ia lipat sampai siku dipadukan dengan celana jeans berwarna cream.

Raga menuruni tangga dan mendapati Vico dan Raya yang tengah sarapan bersama di meja makan.

"Widih pagi-pagi udah rapi aja. Mau kemana tuh?" tanya Vico sembari melahap roti panggang rasa strawberry itu.

"Mau ketemu kak Zahra ya, kak?" tebak Raya.

Raga tersenyum, namun dibalik senyuman itu menyimpan luka yang sangat dalam. Raga mengangguk mengiyakan pertanyaan Raya. Raga belum mau jujur pada adiknya itu, ia tak mau membuat adiknya sedih jika tahu ia dan Zahra sudah selesai. Toh, Raga memang hendak bertemu Zahra habis ini, jadi ia tak sepenuhnya berbohong kan?

"Salam buat kak Zahra ya, kak. Bilangin suruh main kesini, Raya kangen." ujar Raya.

"Iya sayang, nanti kakak bilangin ya." jawab Raga. Kemudian cowok itu kembali menatap Vico, "Erlan mana?" tanyanya.

"Ke rumah tetangga lo tuh! Bangsat ya emang lo berdua. Gue disini tuh mau liburan bukan mau nontonin orang pada bucin sama ceweknya masing-masing. Terus kalo Erlan pergi, lo juga pergi, gue sama siapa anjing?" kesal Vico.

Raga melempari Vico dengan buntelan tissue, "Mulut lo dijaga. Ada adek gue disini. Jangan ngomong kasar!" peringatnya.

"Ahh iya maaf banget lupa. Maaf ya, Raya." ujar Vico pada Raya.

Raya tersenyum, "Nggak papa kok, Kak. Raya juga bukan anak kecil lagi. Emang kak Raga aja yang berlebihan!" ujarnya.

Raga mengacak rambut Raya gemas, "Mau seberapa besar kamu, bagi kakak kamu tetep adek kecil!"

Raya memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Raga.

"Yaudah kalo gitu, kakak berangkat dulu ya, Ray. Hati-hati di rumah sama om om ini." ujar Raga sembari terkekeh geli.

"Sono pergi daripada lo ngatain gue mulu." ujar Vico yang semakin kesal dibuatnya.

"Gue punya cctv di rumah dan kamera tersembunyi lainnya. Lo jangan macem-macem sama adek gue ya!" peringat Raga pada Vico. Sebenarnya Raga juga percaya pada temannya itu, namun ini hanya untuk jaga-jaga saja. Lagian di rumah juga ada bi Ani.

"Iya iya nggak percaya banget sama gue. Gini-gini gue tuh masih punya hati yang baik!" jawab Vico.

*****

Raga telah sampai di rumah Zahra. Ia belum mendekat ke rumah itu tetapi ia tengah mengawasi rumah itu dari motor nya. Raga menghela napasnya pelan. Biasanya jika ia datang bisa langsung masuk kesana, namun sekarang keadaannya sudah berbeda.

"Gue masuk nggak ya, takut diamuk Zahra." gumam Raga.

Tak lama kemudian, ia melihat Radit yang berjalan menuju mobil kemudian diikuti Zahra di belakangnya. Nampaknya kakak beradik itu mau pergi, pikir Raga.

Dan benar dugaan Raga, Radit melajukan mobilnya menjauhi pekarangan rumah. Dengan segera, Raga memakai kembali helm nya dan mengikuti mobil Radit. Ia ingin tahu mereka hendak pergi kemana.

Sekitar 20 menit perjalanan, mobil Radit berhenti di sebuah cafe elite di Jakarta. Namun anehnya Radit tidak memarkirkan mobilnya, melainkan hanya memberhentikan mobilnya di depan cafe. Dan ternyata Zahra turun dari mobil itu dan mobil itu kembali melaju.

"Zahra sendiri?" tanya Raga entah pada siapa.

Raga langsung memarkirkan motornya di tempat yang sudah disediakan. Kemudian ia mengendap masuk ke cafe itu dan mencari keberadaan Zahra. Sebisa mungkin ia tak boleh ketahuan Zahra jika ia sedang menguntit gadis itu.

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang