Sepulang kuliah, Michelle benar-benar sibuk mengobrak-abrik lemari pakaiannya. Ia mengambil satu persatu pakaian yang ia punya dan menempelkan pada tubuhnya sembari melihat cermin.
"Duh pakai baju yang mana ya? Kok kelihatannya nggak ada yang bagus sih!" dumel Michelle. "Gue kan harus kelihatan cantik di depan Raga malam ini. Gue harus bisa dapetin hatinya dia. Nggak peduli deh kalo dia udah punya pacar. Pasti juga masih cantikan gue!" ujarnya percaya diri.
Tok...tok...tok...
Suara pintu kamar Michelle diketuk yang membuat sang empu menatap pintu kamarnya yang masih dalam keadaan tertutup."Iya siapa?" tanya Michelle dengan sedikit berteriak.
"Gue." ujar seseorang dari balik pintu.
"Masuk aja kak! Nggak gue kunci pintunya." kata Michelle saat mengetahui suara kakak satu-satunya itu.
Satya Andriano. Ya, dia merupakan kakak Michelle Andriana. Kedua bersaudara itu hanya tinggal sendiri bersama dengan pembantunya yang sudah tinggal bersama mereka sejak kecil. Kedua orang tua mereka sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu karena kecelakaan di salah satu tol saat hendak bekerja ke luar kota.
Satya hanya mempunyai Michelle di dalam hidupnya, begitupula dengan Michelle. Satya selalu menyayangi adik perempuannya itu. Ia bahkan rela berkorban apapun demi membuat adiknya bahagia. Satya adalah anak pertama dan sudah menjadi tugasnya untuk menggantikan sosok papa mereka. Satya yang bertanggung jawab untuk keperluan hidup Michelle.
"Berantakan banget kamar lo, Dek! Kapal pecah kalah kayanya. Perasaan yang cowok gue kenapa yang berantakan kamar lo ya?" tanya Satya heran saat memasuki kamar adiknya yang berantakan. Baju berserakan dimana-mana dan tidak ada space yang kosong di kamar itu.
"Bagus deh lo ada disini, Kak, mau minta saran dong!"
Satya tersenyum, kemudian mendekat ke arah Michelle, "Saran apa adikku sayang?" tanyanya lembut.
"Pilihin baju yang bagus dong buat nanti malam. Yang buat aku cantik pokoknya!"
"Kamu pakai baju apapun itu pasti cantik, Michelle. Karena emang dari sananya kamu udah cantik."
"Kak, nggak usah gombal ya. Aku nanya serius!" kesal Michelle. Ia sudah kebal mendengar pujian yang keluar dari mulut kakaknya itu.
Satya terkekeh, "Emang mau kemana sih kok harus banget kelihatan cantik?"
"Ih kak Satya lupa ya? Kan aku kemarin yang minta tolong kakak biar bisa keluar bareng Raga!" jawab Michelle.
Ya memang itu semua sudah di skenario oleh Michelle. Saat Michelle mengetahui bahwa Raga akan menjadi anggota basket, Michelle dengan cepat mendaftar anggota cheers yang notabenya akan sering berhubungan dengan tim basket. Awalnya ia sempat ragu karena ia belum pernah menjadi anggota cheers, namun demi mendapatkan cintanya ia pun memberanikan diri untuk mendaftar UKM itu.
Saat itu, Satya bercerita pada Michelle bahwa ia sedang melakukan beberapa tes untuk dijadikan anggota inti tim basket kampus. Satya pun bercerita bahwa ia tertarik melihat skill salah satu maba, yaitu Raga. Michelle sangat antusias saat Satya menceritakan Raga. Michelle pun mempunyai ide cemerlang untuk berduaan bersama Raga, yaitu dengan alasan memesan jersey basket dan cheers. Satya yang baru kali ini melihat Michelle sebahagia itu pun langsung menuruti keinginan adiknya. Lagian keinginannya adiknya masih masuk akal dan dapat ia kabulkan dengan mudah juga kan?
"Oh ada yang mau ngedate ini ceritanya," goda Satya.
"Kak udah deh. Mendingan buruan pilihin aku baju yang pas dan cocok biar aku kelihatan cantik malam ini!"
*****
Malam ini, Michelle sudah siap dengan outfitnya yang tentunya dengan pendapat Satya. Michelle juga memakai make up tipis agar terkesan natural.
081235609890 : Hai, Ga, gue udah siap nih. Gue tunggu lo di rumah ya... See u!
Raga yang baru saja mengeluarkan motor dari halaman rumahnya terganggu dengan bunyi notifikasi di ponselnya. Ia merogoh saku celananya dan membaca pesan dari nomor tak dikenal. Raga langsung tahu siapa yang mengirimkan pesan itu. Tak perlu waktu lama lagi, Raga langsung mendiall nomor tersebut.
"Hallo, Raga, kenapa nelfon? Lo udah nggak sabar ketemu gue ya?" tebak Michelle dari seberang sana yang amat percaya diri.
Raga hanya bisa menghela napas menghadapi tingkah Michelle yang selalu diluar nalar, "Lo nggak dengerin gue ngomong tadi sore? Lo berangkat sendiri! Nanti ketemuan di tempatnya langsung!" ujarnya ketus.
"Hmm, lo nggak bisa apa kalo jemput gue dulu? Gue nggak dibolehin keluar sendiri kalo malem."
"Nggak bisa!"
Michelle terdiam sebentar, "Ehm, Ga, ada yang mau ngomong nih sama lo!"
Raga mengernyitkan dahi, "Siapa?"
"Gue, Ga." ujar Satya yang baru saja menerima ponsel dari tangan Michelle.
Raga pun terdiam saat mendengar suara yang cukup familiar baginya meskipun ia baru mengenal sang kapten basket di universitas nya itu.
"Kak Satya?" tanya Raga memastikan bahwa memang benar bahwa suara itu milik Satya, kapten basket.
"Iya ini gue, Satya. Gue cuma mau minta tolong ya sama lo buat jemput adek gue malem ini. Gue nggak tega kalo dia harus berangkat sendiri apalagi ini udah malem. Gue minta tolong banget sama lo buat jagain dia juga ya,"
"Hah? Adek?" tany Raga masih tak mengerti.
"Ahh iya, sorry gue lupa jelasin, gue itu kakaknya Michelle. Michelle sekelas sama lo juga kan?"
Raga diam. Ia masih mencerna dengan semua yang terjadi ini. Bagaimana bisa Satya adalah kakak Michelle. Dan sekarang Raga malah disuruh menjaga Michelle? Oh tidak, itu tidak mungkin. Ia tak akan mau menyakiti perasaan kekasihnya, Zahra. Namun ia juga tak enak jika menolak permintaan Satya.
"Ga, hallo? Lo masih disana kan?" Ucapan Satya membuyarkan lamunan Raga.
"Oh iya kak gue denger kok."
"Jadi gimana? Bisa kan jemput adek gue di rumah? Habis ini gue share loct ya!"
"O—oke kak."
******
Raga dan Michelle telah selesai memesan jersey basket dan cheers untuk timnya. Raga melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sedari tadi cowok itu tidak membuka obrolan apapun dengan gadis yang ia bonceng. Ia hanya fokus pada jalanan dan mendengarkan arahan dari Michelle saat menunjukkan tempat pemesanan jersey.
"Ga, gue laper deh, mampir ke resto dulu yuk!" ajak Michelle dengan sedikit berteriak karena jalanan Kota Malang saat ini cukup padat oleh kendaraan.
"Makan di rumah lo sendiri. Gue ada urusan." jawab Raga dengan nada yang sama sekali tak bersahabat.
Michelle mengerucutkan bibirnya, "Gue maunya ditemenin lo. Sekali-sekali doang. Gue laper banget sekarang."
"Salah lo sendiri gak makan!"
"Biasanya kalo nggak makan tuh gue suka sakit perut! Maag gue kambuh. Nanti kakak gue marah."
Raga terdiam, benar juga kata Michelle. Nanti yang ada dia yang disalahkan oleh Satya. Raga malas beradu argumen dengan kakak tingkat. Ia hanya ingin menempuh kuliah dengan tenang di kampusnya.
"Yaudah oke, makan dulu!" putus Raga. Michelle pun tersenyum puas mendengar keputusan Raga yang memang sedari tadi ia tunggu keluar dari mulut Raga. Dan sekarang Michelle pun mengerti kelemahan Raga.
*****
TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA CERITA INI❤️
JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA YA
SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRAGA 2
Fiksi RemajaCOMPLETED✅ HIGHEST RANK🏅 #1 in ceritajadian (23-02-2024) #1 in duniakuliah (24-02-2024) #2 in ldr (24-02-2024) "Ketika hubungan kita dijatuhi beberapa rintangan" Masa SMA telah usai. Kini masa kuliah yang tiba. Raga Pratama Setiawan memutuskan untu...