16 - Lovebird

199 17 0
                                    

Erlan dan Vico sedang asyik bermain game mobile legend di ponsel mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, Michelle sudah duduk disamping Erlan, dan juga berhadapan dengan Vico.

"Kok cuma berdua? Raga mana?" tanya Michelle.

"Nggak tau." sahut Erlan cepat.

Michelle berdecak, "Vico, Raga kemana? Nggak masuk? Kenapa dia? Sakit?"

"Nggak tau." jawab Vico yang sama dengan Erlan. Keduanya menjawab pertanyaan Michelle tanpa menoleh pada gadis itu.

"Kalian tuh ya kalo diajak ngomong hargain yang ajak ngomong dong. Main game mulu," omel Michelle.

"Bacot, pergi sana!" usir Vico.

Michelle semakin kesal dengan ucapan Vico dan mencak-mencak tak jelas. "Awas ya lo, Vic, sampai kapanpun gue nggak akan suka balik sama lo!" ujarnya.

Vico terkekeh, "Lah siapa juga yang suka sama lo, Jaenab?!"

Erlan tertawa mendengar Vico menyebut Jaenab. "Nama Michelle jadi Jaenab. Bagus tuh buat nama panggilan sehari-hari di kampus. Kaya tukang jamu di komplek rumah gue," ujarnya kemudian tertawa lagi bersama Vico.

"KALIAN SEMUA ANJING!" ujar Michelle marah kemudian ia meninggalkan Erlan dan Vico dengan umpatan dan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.

Jika kalian berpikir bahwa Michelle itu gadis yang anggun, sopan dan tidak pernah mengeluarkan kata kasar itu berarti tidak benar. Karena sudah menjadi kebiasaan Michelle sejak dulu bahwa kata kasar dan umpatan keluar dari mulutnya apalagi jika sedang marah pada seseorang.

*****

Pukul 15.00 Raga baru saja sampai di rumahnya diantar oleh Fikri. Raga tersenyum melihat rumah yang selalu ia rindukan dan selalu menjadi tempat yang ia ingin kunjungi.

Raga menginjakkan kaki di rumahnya lagi setelah beberapa bulan merantau. Kemudian ia mengetuk pintu rumahnya.

"Sebentarrr!" Suara teriakan Raya— adik kesayangannya itu membuat Raga lagi-lagi tersenyum. Ia tak sabar melihat ekspresi Raya akan kehadirannya.

Cklekkk...
Suara pintu dibuka dan Raya yang membukakannya.

"Surprise!" ujar Raga excited.

Raya terkejut, "Kak Raga?! Aaaaaa!!!!" Suara melengking milik gadis itu keluar dan langsung memeluk Raga dengan erat.

"Kak Raga, Raya kangen banget!" ujar Raya sembari masih berada di pelukan hangat milik kakaknya.

"Kakak juga kangen banget sama Raya. Raya sama Papa baik-baik aja kan?"

Raya melepas pelukannya, dan menggandeng tangan Raga untuk masuk ke rumah dan duduk di sofa,"Baik. Papa masih di kantor, Kak. Akhir-akhir ini sibuk banget. Pulang malem terus,"

"Oh ya? Kenapa gitu?"

"Nggak tau deh, katanya ada klien dari luar negeri jadi ada project besar gitu."

Raga mengangguk paham, "Kamu baru pulang sekolah apa gimana nih? Sekolah lancar kan?"

"Lancar dong. Aku udah pulang dari jam 1 tadi sih, Kak. Oh iya kok kakak tiba-tiba pulang kesini sih? Mana nggak ngabarin lagi! Tau gitu kan Raya bisa siapin makanan sama bibi!" ujar Raya sembari cemberut.

Raga merangkul adiknya, "Iya maaf ya, kakak juga dadakan kesini. Kakak ipar kamu tuh lagi ngambek sama kakak. Jadi yaudah nggak ada pilihan lain selain kesini,"

"Kenapa sama kak Zahra? Kalian berantem ya?"

Raga mengangguk lemah, "Gitu deh, Ray, mana WA kakak masih di blokir,"

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang