6 - Nongki

171 17 1
                                    

"Haiiiiii!!!!" seru Zahra saat ia baru saja memasuki sebuah cafe elite di Jakarta. Zahra langsung melambai-lambaikan tangannya saat melihat Nadien, Tasya, dan Rania yang sudah pada datang sebelumnya.

Zahra menghampiri ketiga temannya itu dengan wajah sumringah.

"Aaa kangen!" ujar Zahra sembari memeluk teman-temannya satu persatu.

"Sama! Lama banget sih datengnya!" protes Nadien.

"Iya sorry, gue tadi bantu nyokap bentar."

"Yaudah duduk, Ra. Ini tadi udah kita pesenin. Masih suka sama hazelnut latte kan?" tanya Tasya.

Zahra mengangguk, "Masih dong! Makasih ya!" ujarnya. "Oh iya gimana kabar kuliah? Lancar?" tanyanya pada ketiga sahabatnya itu.

"Lancar jaya karena sekelas sama ayang!" Tentu tau kan siapa yang menjawab? Ya dialah si bulol alias bucin tolol Tasya!

Nadien menggerutu, "Bisa nggak pikiran lo nggak ayang-ayang mulu. Jijik gue dengernya!"

"Apasih lo? Iri ya?" Tasya mengejek Nadien.

"Bukan cuma Nadien doang. Kuping gue panas daritadi yang dibahas ayang-ayang mulu heran!" balas Rania.

"Nah kan Rania juga ngerasain hal yang sama!" kata Nadien.

"Apasih lo--"

"Udah, apaan sih kok malah pada ribut. Gue kan nanya kalian semua kuliahnya gimana kok jadinya ribut!" kesal Zahra.

"Ya gitu deh, Ra. Agak pusing tapi harus kuat." ujar Nadien.

"Susah nggak Nad, di manajemen?" tanya Rania.

"Susah sih nggak seberapa. Ya cuma kaya gimana ya, harus teliti dan bisa pahamin aja biar bisa dapet jawabannya!"

Rania mengangguk paham.

"Kalo lo gimana, Ran? Aman di teknik mesin?" tanya Zahra.

"Gue masih belum menemukan hal yang bikin susah sih. Jadi masih lancar-lancar aja. Nggak tau deh kalo udah naik semester nanti. Lagian di teknik mesin tuh cewek nya nggak seberapa. Dominan cowok. Jadi ya cowok-cowok sering bantuin yang cewek biar paham."

"Lo sendiri gimana, Ra?" Kini, giliran Tasya yang bertanya pada Zahra.

Zahra berdehem, "Masih aman juga sih. Karena masih materi doang. Ya cuma harus sering belajar aja biar lebih paham materi."

"Udah lama banget ya kita nggak nongkrong kaya gini. Padahal dulu waktu masih SMA kita bisa kumpul kapanpun," kata Nadien sendu.

"Udah beda, Nad. Kita semakin dewasa, urusan juga udah beda." Rania menanggapi yang diangguki oleh Zahra, Nadien, dan Rania.

Tiba-tiba ponsel Zahra berbunyi. Zahra merogoh dari sling bag nya. Nama Raga tertera disana untuk meminta video call.

"Tumben." lirih Zahra.

"Guys, gue sambil angkat video call bentar ya. Ini Raga tiba-tiba nelfon." ujar Zahra meminta izin pada ketiga sahabatnya.

Zahra menggeser tombol hijaunya ke atas dan langsung menampakkan wajah Raga disana. Cowok itu terlihat baru selesai mandi karena rambutnya yang basah dan cukup berantakan karena mungkin belum disisir.

"Kenapa?" tanya Zahra.

"Lagi dimana? Bukan di rumah kan itu?"

"Ya emang bukan."

"Terus dimana?"

"Di cafe, Ga. Kenapa tiba-tiba nelfon?"

"Emang nggak boleh nelfon pacar aku sendiri? Ada larangan ya sekarang?"

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang