19 - Ikut Tournament

116 12 0
                                    

Zahra saat ini sedang ada mata kuliah Keperawatan Maternitas dimana ilmu yang dipelajari yaitu tentang ibu hamil, bayi baru lahir, dan apapun yang berhubungan dengan itu. Menurut Zahra ini adalah mata kuliah tersusah karena yang ia tau jadi perawat hanya tentang merawat orang yang sakit, bukan ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan apapun yang berhubungan dengan itu. Karena setau Zahra itu adalah tugas bidan. Ternyata dalam keperawatan juga belajar tentang itu pula.

Zahra berkali-kali menatap jam yang melingkar di tangan kanannya. 15 menit lagi mata kuliah ini akan usai dan Zahra akan terbebas dari mata kuliah yang tak ia sukai ini.

15 menit akhirnya berlalu. Dosen keperawatan maternitas pun berpamitan pada mahasiswanya dan keluar dari kelas. Akhirnya Zahra bisa bernapas lega kembali.

"Ra, kantin nggak?" Sheza menghampiri Zahra.

Zahra mengangguk, "Yuk, laper!" ujarnya.

Kedua gadis itu kemudian beranjak menuju kantin yang mulai dipadati oleh mahasiswa.

"Jadi gimana, Ra, kemarin sama pacar lo? Udah kelar belum masalahnya?" tanya Sheza.

"Udah, She. Nggak mungkin juga nggak diselesaiin sih orang dia udah effort banget sampe sini!" kata Zahra.

"Udah gue bilang lo jangan gampang kepancing sama pelakor karena mereka tuh malah seneng kalo kalian berantem. Kalo akur gini kan enak, lo jadi bisa ngelawan tuh si pelakor nggak tau diri!"

Zahra terkekeh, "Iya iya, Sheza si pawang pelakor!" ledeknya.

"Babi lo!" kata Sheza sembari tertawa kemudian kembali menyedot es cappucino yang ia beli.

"Oh iya, Ra, gue mau tanya, Raga tuh kuliah di Malang kan ya?" tanya Sheza.

Zahra mengangguk, "Kenapa emang?"

"Lo mau nggak temenin gue ke Malang?"

"Hah? Lo mau ke Malang? Ngapain?" tanya Zahra terkejut.

"Jadi Rean tuh minta gue temenin ke Malang. Dia mau ada bisnis gitu. Tentang per-cafe-an lah. Nah nanti itu niatnya kan mau cari hotel, gue nggak mungkin dong tidur berdua sama Rean tapi gue juga nggak berani tidur sendiri. Makanya gue mau ajakin lo. Rean juga berpikiran yang sama kaya gue. Sekalian lo ketemu pacar lo disana. Gimana?"

Zahra nampak diam dan berpikir, "Kapan emang?"

"Masih lama kok, palingan juga kalo udah mendekati libur semester atau kalo nggak ya waktu libur semester."

"Yahhh, kalo pas liburan semester juga Raga pasti pulang kali, She,"

Bahu Sheza merosot, ia baru sadar akan hal itu, "Iya juga ya, kenapa gue nggak kepikiran."

"Tapi kita lihat nanti aja ya, siapa tau Raga masih mau diajak stay Malang dulu biar bisa jalan sama gue disana jadi gue bisa nemenin lo," ujar Zahra menenangkan Sheza.

Raut wajah Sheza kembali sumringah, "Serius? Aaaa makasih Zahra. Lo emang temen terbaik gue,"

"Iya sama-sama. Tapi gue nggak janji sepenuhnya loh ya. Kita lihat nanti dulu," ujar Zahra yang dibalas anggukan oleh Sheza.

*****

"TUH KAN BENER DUGAAN GUE!!" seru Erlan tiba-tiba. Kemudian ia mengambil gelas berisi lemon tea milik Vico tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"BANGSATT MINUMAN GUE! LO UDAH PESEN SENDIRI YA NYET JANGAN NGEREBUT DONG!" protes Vico tak terima karena hampir separo minumannya habis karena diteguk Erlan.

Erlan berdecak, "Kaya orang miskin aja lo. Beli lagi sana! Gue haus!" ujarnya pada Vico.

Raga hanya menggeleng sembari tertawa menonton aksi debat antara kedua temannya itu yang sudah menjadi makanannya setiap hari.

ZAHRAGA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang