Zahra masih menyuapi Raga dengan telaten. Meskipun terkadang Raga masih tak mau membuka mulutnya namun Zahra masih terus berusaha agar cowok itu tetap makan.
"Udah, Ra, gue udah nggak nafsu lagi." ujar Raga sembari masih mengunyah makanan di mulutnya.
"Ini belum ada separuh loh, Ga." ujar Zahra sembari menatap makanannya. "Dikit lagi ya," bujuknya.
Raga menghela napas, sejujurnya ia sudah tidak mood makan lagi, namun ia tak mau mengecewakan Zahra. Dengan terpaksa, Raga membuka mulutnya lagi dan menelan makanan dari Zahra.
"Lo jangan egois, Ga. Papa lo lagi sakit, Raya butuh lo sekarang, lo jangan malah nggak makan yang buat lo bakal ikut sakit juga. Lo nggak mikir nanti Raya gimana kalo lo juga sakit?" Zahra menasehati.
Raga terdiam. Hatinya rasanya begitu teduh mendengar omelan Zahra. Ia rindu. Ia sangat merindukan gadis ini.
Raga menatap Zahra yang masih sibuk dengan makanannya, memotong dengan sendok dan bersiap menyuapkan pada cowok itu lagi. Raga menatap Zahra cukup lama hingga yang ditatap pun merasa risih.
"Ngapain lihat-lihat gitu?" tanya Zahra sedikit ketus.
Bukannya menjawab, Raga malah tersenyum pada gadis itu. "I miss you." ucapnya jujur.
3 kata itu membuat Zahra tercengang dan cukup untuk membuatnya salah tingkah hingga pipinya memerah.
Raga melihat itu. Sekali lagi ia tersenyum melihat Zahra yang salah tingkah karenanya. Dengan sedikit keberanian, Raga mengambil telapak tangan Zahra dan menggenggamnya. Zahra yang melihat itu pun semakin bingung harus berbuat apa. Dalam otaknya ia ingin menolak namun di dalam hatinya ia membiarkan saja Raga menggenggam tangannya itu. Bahkan perasaannya menghangat akan genggaman itu. Genggaman yang sangat ia rindukan.
"Makasih, Ra, makasih karena masih disini dan perhatian ke aku meskipun kamu ngelakuin ini karena Raya. Aku udah cukup seneng, Ra. Jangan menjauh ya, aku nggak bisa tanpa kamu." ujar Raga mengungkapkan isi hatinya sembari menatap netra cokelat milik gadis di depannya ini.
Sempat tercengang dan dunia serasa berhenti, kini Zahra mulai kembali ke alam sadarnya. Gadis itu melepaskan genggaman tangan Raga dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Jangan menggantungkan hidup lo ke orang lain. Sebelum ada orang itu, lo juga bisa hidup sendiri kan? So, lo harus bisa kembali kehidupan lo yang dulu. Sebelum ada gue."
Raga masih enggan mengalihkan pandangannya pada gadis itu, "Tapi kamu udah menjadi bagian hidup aku. Yang tentunya kamu bakal selalu ada di hidup aku, bahkan mungkin aku nggak bisa hidup tanpa kamu." ujarnya.
"Kakkkkkk!!! Papaaaa!!!" Tiba-tiba suara teriakan Raya membuat Zahra maupun Raga terkejut dan menoleh ke sumber suara.
Beberapa tenaga kesehatan berlarian menuju kamar rawat papanya.
"Papa!" Raga langsung berdiri dan berlari masuk ke dalam ruang itu, namun ia ditahan oleh seorang suster dan menyuruhnya untuk menunggu di depan.
Raga mengintip dari balik pintu yang ada kaca kecil di atasnya. Ia melihat dokter yang tengah memeriksa papanya menggunakan stetoskop. Kemudian dokter itu menyuruh perawat untuk mengambilkan sebuah alat defibrilator untuk melakukan kejut jantung. Ia melihat papanya yang masih di RJP (Resusitasi Jantung Paru) oleh perawat, diberikan napas buatan melalui oksigen kemudian di kejut jantung dengan alat defibrilator.
Raga meneteskan air matanya melihat semua itu. Ia tak tega namun itu harus dilakukan oleh tenaga medis untuk menyelamatkan papanya. Dalam hati, Raga terus memanjatkan doa kepada Tuhan agar bisa menolong papanya kali ini. Jujur, Raga belum cukup kuat jika harus ditinggalkan oleh papanya. Bagaimana hidupnya nanti? Bagaimana hidup adiknya nanti jika harus hidup tanpa papanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRAGA 2
Ficção AdolescenteCOMPLETED✅ HIGHEST RANK🏅 #1 in ceritajadian (23-02-2024) #1 in duniakuliah (24-02-2024) #2 in ldr (24-02-2024) "Ketika hubungan kita dijatuhi beberapa rintangan" Masa SMA telah usai. Kini masa kuliah yang tiba. Raga Pratama Setiawan memutuskan untu...