Bab 6

1.9K 227 5
                                    


"Saya benar-benar tidak menyangka jika proyek ini akan sesukses ini." Julia tersenyum lebar, ia benar-benar bersyukur proyek besar yang dulu sempat dipegang oleh putra sulungnya lalu vakum karena kecelakaan Ali kini bisa kembali berjalan bahkan dalam hitungan bulan pengerjaan proyek itu sudah nyaris rampung.

"Saya suka sekali dengan ide-ide yang tim lapangan kemukan." Sambung Julia lagi. Kini ia sedang menghadiri rapat bersama pemegang saham juga beberapa investor menggantikan posisi putra keduanya yang masih berada diluar kota.

"Benar sekali Bu. Saya tidak menyangka jika mereka memiliki kemampuan untuk itu." Jawab salah seorang dari anggota rapat.

Julia tersenyum lebar lalu mulai kembali membahas beberapa hal yang berkaitan dengan proyek sampai akhirnya ia membuka suara mengemukakan niatnya yang ingin menjamu mereka-mereka yang bekerja di lapangan sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan mereka.

Proyek memang belum selesai namun dalam hitungan bulan, Julia yakin proyek itu sudah benar-benar rampung. Dan Julia merasa tindakannya ini tidak berlebihan, ini murni ia lakukan sebagai bentuk rasa syukur sekaligus rasa bangganya.

Setelah rapat selesai Julia beranjak dari sana diikuti oleh sekretaris pribadinya yang berusia sepantaran putra keduanya.

"Selanjutnya apa jadwal saya Keenan?" Tanya Julia sambil melangkah menuju lift.

"Tidak ada Bu. Setelah rapat tadi jadwal ibu kosong." Jawab Keenan sopan.

Julia mengangguk pelan. "Syukurlah saya harus segera pulang dan membujuk putri bungsu saya." Thalia masih betah mendiamkan dirinya padahal sudah dua hari berlalu semenjak kejadian itu.

Keenan mengangguk pelan, ia tidak memiliki kapasitas untuk berkomentar posisinya disini hanyalah pekerja bukan keluarga.

"Kamu tahu akhir-akhir ini saya merasa umur saya semakin berkurang namun beban hidup saya justru semakin bertambah." Keenan tetap memilih bungkam membiarkan Bosnya bercerita.

Suara dentingan terdengar diikuti pintu lift yang terbuka. Keenan mempersilahkan Julia untuk melangkah memasuki lift diikuti dirinya dari belakang.

"Putra sulung saya masih terus terpuruk berkubang pada masa lalunya." Julia kembali membuka suara. Keenan sendiri sudah terlebih dahulu bekerja dengan Ali jelas ia tahu apa yang terjadi mantan Bosnya itu.

"Saya ingin putra saya kembali, bangkit dan memulai kehidupan barunya. Apakah saya salah jika menginginkan putra saya membuka hatinya kembali dan hidup bahagia?" Tak terasa air mata Julia menetes dengan sigap Keenan menyodorkan sapu tangan miliknya yang diterima Julia dengan senang hati.

"Terima kasih Nak." Ucap Julia yang dijawab anggukan kepala oleh Keenan.

Suara dentingan pintu lift yang terbuka membuat Julia dan Keenan kembali melangkah menuju ruangannya. Julia ingin mengambil tasnya lalu segera pulang dan menyiapkan sedikit kejutan untuk sang putri.

"Oh ya Keenan saya dengar salah seorang mandor di proyek kita memilki putri cantik benarkah?"

Keenan mengangguk pelan. "Benar Bu. Pak Sapto memiliki dua orang putri dan beliau adalah mandor yang kerap kali memberikan ide-idenya untuk pembangunan proyek di sana." Keenan menjelaskan bagaimana kinerja Sapto yang membuat Julia menganggukkan kepalanya, sepertinya tindakannya benar-benar tidak salah dengan mengundang Sapto ia ingin berkenalan dengan dua putri pria itu siapa tahu salah satunya jodoh putranya kan?

"Siapkan undangan pribadi saya untuk Pak Sapto dan keluarganya. Pastikan kedua putrinya datang memenuhi undangan dari saya."

"Siap Bu."

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang