Bab 12

1.8K 265 12
                                    


Prilly sudah menurunkan seluruh dus pesanan dari pria sombong yang kemarin memberikannya segepok uang hanya untuk beberapa dus minuman saja.

Prilly tak heran kenapa pria tampan itu bisa sesombong itu padanya, kekayaannya pasti tidak akan habis tujuh turunan sehingga ia merasa bahwa dirinya pantas menyombong diri padahal jelas-jelas kesombongan adalah sifat yang tercela dan dibenci oleh Tuhan.

Tapi dasar manusia baru dititipkan harta sedikit saja sudah sombong bahkan berani menghina manusia yang lain. Tapi Prilly tak ambil pusing yang penting pria itu membayar pesanannya dan ia bisa pulang dengan hati bahagia.

Prilly merasa sedikit lega, perasaannya juga sudah membaik ternyata membagi cerita kita pada orang lain membuat beban kita sedikit lebih ringan. Tapi ingat hanya berbagi dengan orang yang benar-benar bisa dipercaya karena kebanyakan orang justru dihancurkan oleh orang-orang terdekatnya karena terlalu banyak tahu tentang kelemahan-kelemahan kita. Jadi, tetap harus berhati-hati yaa..

"Berapa semuanya?"

Prilly terlalu asik melamun sehingga tak sadar jika pria sombong itu sudah berada dihadapannya. Kali ini Prilly tidak perlu berkeliling karena saat ia datang tadi ada seorang pekerja yang bisa ia mintai tolong untuk memanggil Tuannya.

"2.5 juta." Jawab Prilly singkat sambil menyerahkan secarik kertas untuk pria itu tanda tangani.

Prilly menghela nafas lega saat pria itu menyerahkan uang tidak sampai segepok seperti kemarin meskipun jumlahnya Prilly yakini lebih dari lima juta tapi masih mending daripada yang kemarin.

"Saya ingin memberitahu kamu satu hal." Kening Prilly berkerut, ia tak merasa ada yang perlu ia ketahui toh ia tidak kenal dan tidak memiliki hubungan apapun dengan pria ini tapi demi kesopanan ia tetap menganggukkan kepalanya. "Silahkan!" Ujarnya pelan.

"Dengar apapun yang sedang direncanakan Ibu saya perihal perjodohan saya harap kamu menolaknya karena saya tidak sudi menikahi wanita seperti kamu."

Tunggu dulu, maksud pria ini apa ya? Prilly tidak mengerti sama sekali. Perjodohan? Menikahi? Memangnya siapa yang ingin dinikahi oleh pria bermulut pedas seperti ini?

"Ck! Sepertinya Anda sedang bermimpi Tuan sombong bangunlah! Lihat kenyataan memangnya siapa yang ingin dinikahi pria sombong seperti Anda?" Balas Prilly sambil bersidekap menatap Ali dengan tatapan meremehkan. "Jangan takut lagipula saya tidak dekat dengan Ibu Anda jadi tidak mungkin perjodohan itu terjadi." Prilly tetap menanggapi perihal perjodohan yang bahkan dia sendiri tidak mengetahuinya.

Sepertinya pria ini benar-benar sedang mengigau. Pikir Prilly tidak mau ambil pusing.

"Terserah Anda mau berkata seperti apa yang pasti katakan pada orang tua Anda kalau perjodohan ini sama sekali tidak akan terjadi. Jangan bermimpi untuk hidup mewah hanya dengan menumpang pada kekayaan orang lain!" Ucap Ali kejam sebelum berbalik meninggalkan Prilly yang terpaku. "Ini bayaran Anda dan silahkan tinggalkan rumah saya!" Kata terakhir yang Ali ucapkan sebelum pria itu benar-benar meninggalkan Prilly yang masih belum bergerak ditempatnya.

Prilly harus segera pulang dan memastikan apakah benar orang tuanya menyetujui perjodohan ini tanpa memberitahunya? Jika benar, sungguh Prilly tidak akan pernah memaafkan mereka.

***

"Jadi Nyonya Julia mengundang kita makan malam dirumahnya?" Lisa tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Mimpi apa ia semalam sampai-sampai ia bisa menginjakkan kakinya di istana salah satu konglomerat di negaranya.

Sapto tersenyum lembut pada istrinya. "Dan kabar bahagianya lainnya, Nyonya Julia ingin menjodohkan putranya dengan salah seorang putri kita." Mata Lisa seketika membola ia luar biasa terkejut dengan kabar yang dibawa oleh suaminya.

"Be--neran Mas? Nyonya Julia menginginkan putri kita menjadi menantunya? Amel pasti bahagia sekali mendengar kabar ini." Kata Lisa tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Ia sudah membayangkan bagaimana kehidupan putrinya jika menikahi salah satu putra konglomerat itu.

Amelia putrinya pasti akan hidup bahagia tanpa takut kekurangan, ia bisa menikmati kekayaan suaminya yang tidak sanggup mereka bayangkan itu dan yang paling penting Lisa juga akan ikutan bahagia karena putrinya pasti akan melimpahkan sedikit kekayaan itu untuknya.

Akhirnya ia bisa lepas juga dari kehidupannya yang pas-pasan ini.

"Tapi Sayang Prilly-lah yang---"

"Tidak apa-apa Mas, Mas tenang aja jangan khawatir walaupun Prilly bukan saudara kandung Amel, aku yakin Amel tidak akan melupakan Prilly setelah resmi menjadi menantu Nyonya Julia. Amel pasti akan memberikan sedikit uang bulanannya untuk anakmu itu." Kata Julia penuh percaya diri.

Sapto ingin menjelaskan pada istrinya bahwa bukan Amel yang diinginkan oleh Bosnya melainkan putrinya Prilly namun sebelum ia membuka mulut pintu kamarnya sudah terlebih dahulu dibuka dengan penuh paksaan hingga terdengar bunyi dentuman yang membuat dirinya dan sang istri terlonjak kaget.

"Apa-apaan kamu anak sia--"

"Katakan pada Prilly jika Ayah tidak benar-benar berniat menjodohkan Prilly dengan siapapun!" Prilly tidak tahu jika Ali adalah putra dari Bos Ayahnya. Ia hanya tahu ia dijodohkan dengan salah seorang pria kaya raya yang telah menghinanya habis-habisan.

Sapto menatap tajam putrinya. "Jaga sopan santun mu Prilly! Kalau mau buka pintu kamar Ayah ketuk dulu pintunya." Tegur Sapto yang sama sekali tidak diindahkan oleh putrinya.

Prilly masih ingin mengonfirmasi apakah yang pria itu katakan benar adanya atau jangan-jangan pria itu hanya membual supaya bisa menghina dirinya. Jika benar begitu Prilly bersumpah ia tidak akan tinggal diam.

"Eh jangan kepedean kamu ya! Memangnya siapa yang ingin menjodohkan kamu dengan pria kaya ha?! Nyonya Julia Bos Ayah memilih Amel untuk dijadikan menantu bukan kamu! Jadi jangan kepedean!" Ucap Lisa yang membuat atensi Prilly beralih pada Ibu tirinya.

"Jadi pria sombong itu putra dari Bos Ayah?"

"Heh! Jangan berani-beraninya kamu menyebut calon menantuku sombong ya?!" Lisa yang terlalu mendalami perannya sebagai calon mertua dari putra konglomerat itu sontak marah ketika anak tirinya dengan berani menghina calon menantunya.

"Kamu kenal dengan Tuan Ali?" Tanya Sapto pada putrinya. Prilly mengangguk pelan. "Ia memiliki perangai yang buruk dan aku mohon sama Ayah tolong batalkan perjodohan ini aku tidak sanggup mendengar hinaan yang keluar dari mulutnya tentang keluarga kita Ayah." Permintaan Prilly ini berhasil membuat Ibu tirinya marah besar padanya.

"Anak kurang ajar kamu ya!"

Sapto sontak menahan tubuh istrinya yang ingin maju berniat menghajar putrinya. "Sayang tenanglah! Prilly tidak tahu apa-apa ia hanya salah paham."

"Salah paham gimana sih Mas ha?! Dia jelas-jelas iri karena Nyonya Julia memilih putri kita sebagai calon menantunya." Balas Lisa dengan penuh amarah. Matanya menatap nyalang kearah Prilly yang bergeming. Ia masih belum bisa menangkap kebenarannya, jika bukan dirinya yang akan dijodohkan dengan pria itu lalu kenapa pria sombong itu menghina dirinya seperti tadi?

Prilly yakin pasti ada kesalahpahaman di sini. Tanpa menghiraukan teriakan Ibu tirinya Prilly memilih menyingkir dari kamar orang tuanya. Dia akan kembali menemui pria sombong itu lalu membalas semua hinaannya.

Awas saja pria itu!

***

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang