Bab 21

2.1K 316 8
                                    


"Pril ada yang nyariin lo di depan." Prilly yang sedang menyusun kotak susu di rak menoleh menatap salah satu rekan kerjanya.

Hari ini Lyra tidak masuk, sahabat Prilly itu harus menghadiri acara rekan kerja Ayahnya. Sehingga gadis itu belum tahu perihal perjodohan antara Prilly dan pria sombong itu berhasil.

Meskipun tidak seperti mereka-mereka yang rata-rata dijodohkan oleh orang tuanya bersedia menjalani hubungan layaknya hubungan pada umumnya jika Prilly ia justru merasa terjebak alih-alih membina hubungan bersama calon suaminya.

"Siapa ya?"

"Nggak tau gue. Tapi gue liat dari ciri-cirinya orang kaya sih mana ganteng banget lagi." Celetuk temannya yang membuat Prilly semakin penasaran.

Kaya dan ganteng? Apa mungkin Ali ya?

Prilly rasanya tidak pernah berhubungan dengan pria yang masuk ke dalam kategori kaya dan ganteng selain calon suaminya.

"Buruan gih kasihan cowok ganteng gitu disuruh nunggu lama-lama." Kata temannya lagi.

Prilly meninggalkan pekerjaannya yang akan dilanjutin oleh rekannya tadi. Dengan sedikit tergesa-gesa ia berjalan menuju pintu keluar supermarket dan di sana ia melihat seorang pria berperawakan tinggi namun wajahnya memang Prilly akui sangat tampan namun tetap tidak bisa mengalahi ketampanan calon suaminya.

Eh! Mikir apa sih nih otak!

Prilly buru-buru menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh memuji pria sombong itu kalau dia tahu bisa-bisa pria itu semakin besar kepala.

"Maaf ada apa ya Mas?" Tanya Prilly setelah berdiri tak jauh dari laki-laki berjas hitam itu.

"Saya Keenan, mulia sekarang saya ditugaskan oleh Tuan Ali untuk mengawal Anda Nyonya."

Mulut Prilly sontak terbuka lebar. Mengawal dirinya? Memangnya siapa dirinya pejabat? Sampai-sampai harus dikawal seperti ini. Gila!

"Maaf Mas---"

"Panggil saja saya Keenan Nyonya."

"Ah baiklah. Kee gue--eh saya tidak merasa perlu diberi pengawalan atau apapun. Tolong katakan pada Tuan Ali saya tidak ingin dikekang selama ini hidup saya aman-aman saja tidak ada hal yang menakutkan yang terjadi." Jelas Prilly panjang lebar namun sama sekali tidak direspon oleh Keenan.

"Saya hanya menjalankan tugas saya Nyonya. Kalau Anda ingin protes silahkan protes ke Tuan Ali." Keenan menunjuk kearah mobil mercedes benz warna hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Prilly menyipitkan matanya berusaha menembus kaca hitam mobil tersebut sampai akhirnya kaca itu perlahan terbuka dan memperlihatkan sosok laki-laki tampan yang sombongnya sudah nauzubillah itu sedang menatap tajam kearahnya.

Melalui gerakan matanya pria itu meminta Prilly untuk menghampiri mobilnya meskipun berat namun Prilly tetap memaksa langkahnya menghampiri calon suaminya. Huek!

Dengan sangat terpaksa Prilly melangkahkan kakinya menuju mobil sedangkan Keenan sudah menghilang ke dalam toko entah apa yang akan pria itu lakukan disana.

"Kenapa?!" Tanya Prilly ketus begitu tiba di samping mobil Ali.

"Kalau jumpa calon suami salim dulu pernah diajarin sopan santun nggak sih kamu? Nih!" Setelah mencerca Prilly pria sombong itu menyodorkan tangannya keluar jendela supaya bisa dicium oleh Prilly.

Meskipun matanya mendelik kesal kearah laki-laki sombong itu Prilly tetap membungkukkan sedikit badannya untuk menggapai tangan Ali lalu menciumnya sekilas. Meskipun hanya sekilas namun entah kenapa Prilly merasa debaran jantungnya berubah menggila.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang