Bab 2

2.3K 253 3
                                    

"Prilly tolong susun kotak ini ya?"

"Ah iya Mas. Sebentar ya Mas aku selesaikan ini dulu." Sahut Prilly memperlihatkan beberapa barang yang ada di tangannya.

Pria berwajah manis khas pria Indonesia bernama Dimas itu mengacungkan jempolnya. "Oke Prilly-ku." Ucapnya lantang yang sontak membuat para karyawan supermarket yang lain berteriak menggoda mereka terutama Laura.

Prilly hanya bisa tertawa guna menutupi rona merah yang mulai menjalar di wajahnya. Prilly dan Dimas beberapa waktu ini memang terlihat dekat bahkan sangat dekat hanya saja keduanya sama-sama belum meresmikan hubungan mereka.

Entah Prilly yang terlalu santai menjalani hidupnya sehingga tak mendesak kepastian dari Dimas atau mungkin Dimas sendiri yang terlalu pengecut untuk memberikan kejelasan status ada Prilly wanita yang sudah mencuri hatinya.

Prilly kembali melanjutkan pekerjaannya begitupula dengan yang lain, awal bulan suasana supermarket tempat mereka bekerja memang sedikit beda karena banyak barang-barang baru yang masuk sehingga mereka harus menyusun barang-barang tersebut pada rak yang sudah ditetapkan.

Prilly dan Laura memang lebih sering bekerja dibalik meja kasir namun disaat-saat seperti ini mereka juga diharuskan untuk bekerja menyusun barang seperti yang lain tak terkecuali Dimas yang posisinya jauh lebih senior serta jabatan manager yang dipercayakan kepadanya sejak satu tahun terakhir ini.

Namun karena dasarnya Dimas memiliki pribadi yang baik dan sederhana ia sama sekali tidak ragu untuk turut berkerja bersama karyawan yang lain seperti saat ini.

Supermarket yang menjadi ladang mereka mencari rezeki itu memang terbilang cukup luas dengan bangunan seluas lima toko yang dijadikan satu juga memiliki beberapa tingkat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang juga area khusus lainnya.

Di lantai satu khusus untuk berbelanja kebutuhan pokok serta bahan-bahan yang sering digunain sehari-hari. Dilantai dua khusus pakaian sedangkan lantai tiga dan empat dikhususkan untuk barang-barang elektronik serta wahana bermain anak.

Selengkap itu memang ditambah lokasinya yang strategis jelas tempat bekerja Prilly itu tidak pernah sepi pengunjung.

Prilly benar-benar bersyukur bisa bekerja di sini selain rekan-rekan kerjanya yang baik hati ia juga merasa beruntung karena bisa berkenalan dengan Dimas, pria penyayang yang entah sejak kapan sudah menyusup ke dalam hatinya.

Prilly memang menaruh harapan pada sosok Dimas, ia berharap pria itu bisa menjadi alasan dirinya untuk bahagia dengan segera keluar dari lingkaran hitam keluarganya.

Prilly mulai merasa bosan sekaligus muak dengan penderitaan yang selama ini ia alami. Semakin kesini ia semakin merasa dirinya tersisihkan terutama dari kasih sayang Ayah kandungnya sendiri.

Sejujurnya ia sangat membutuhkan pelukan Ayahnya, menyandarkan kepalanya di dada lebar sang Ayah lalu mengadukan semua kesusahan dan kesulitan yang terasa begitu mencekik dirinya.

Prilly memang sudah selelah itu menghadapai kedua manusia yang menyandang status sebagai Ibu dan saudara tirinya.

"Pril lo liat si Amar nggak?"

Prilly mengerjapkan matanya lalu menoleh tatkala suara cempreng sahabatnya terdengar tak jauh dari tempatnya berjongkok.

"Didepan kayaknya. Kenapa Ra?" Tanya Prilly sambil beranjak menghampiri sahabatnya.

Prilly berniat melakukan pekerjaan yang diperintahkan Dimas tadi.

"Gue mau tanya list barang yang masuk hari ini dia taruh dimana." Jawab Laura. "Ya udah gue cari Amar dulu ya." Katanya sebelum beranjak meninggalkan Prilly yang juga ikut beranjak menuju rak di mana kardus-kardus berisi berbagai macam makanan masih tersusun rapi.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang