Bab 34

2.7K 381 63
                                    


Prilly terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia merasa berat di atas perutnya. Sontak kepalanya menoleh dan ternyata lengan kekar suaminya yang bertengger nyaman di sana.

Setelah memastikan bahwa dirinya berada dalam pelukan suaminya perlahan Prilly menjauhkan wajahnya dari dada bidang sang suami.

Ali masih terlelap deru nafas pria itu terdengar teratur hingga membuat senyum Prilly mengembang lebar. Ia mulia menyukai pemandangan seperti ini dimana suaminya terlelap dengan begitu nyenyak bahkan sama sekali tak terganggu dengan sentuhan bahkan kecupan ringan yang Prilly berikan pada dagunya.

Prilly kembali merebahkan kepalanya pada dada sang suami ia tak perduli sudah pukul berapa sekarang yang pasti ia masih ingin bergelung lebih lama bersama suaminya.

Namun sayangnya Ali justru melenguh sepertinya pria itu terganggu dengan tingkah istrinya yang tidak bisa diam itu.

"Jam berapa sekarang?" Tanyanya dengan suara serak yang membuat sekujur tubuh Prilly merinding.

"Nggak tau Mas!" Jawab Prilly semakin menempeli suaminya.

Ali tak melayangkan protes namun pria itu sudah merasakan kebas karena terlalu lama dengan posisi miring ke kanan sehingga dengan perlahan ia bergerak sehingga pelukan Prilly merenggang.

Prilly menjauhkan tubuhnya membiarkan suaminya tidur dengan posisi terlentang.

Ali menoleh menatap Prilly dengan kening berkerut. "Kenapa? Nggak mau rebahan lagi?" Tanyanya sambil menepuk dadanya pelan.

Dengan senang hati Prilly kembali merebahkan kepalanya ke dada bidang sang suami. "Begini juga nyaman ternyata." Ujarnya dengan sebelah tangan kini memeluk erat tubuh sang suami.

Ali hanya melirik istrinya sekilas sebelum tangannya yang terbebas menggapai ponselnya yang ia letakkan dimeja kecil yang ada di samping kanan dan kiri ranjangnya.

"Mas mau makan apa malam ini?" Tanya Prilly yang mendapat atensi suaminya meskipun hanya sekilas karena setelahnya Ali kembali sibuk dengan benda pipih ditangannya.

"Apa aja yang kamu masak." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ali sedang mengecek rekaman juga beberapa file berkas dari Keenan salah satunya file yang berisi segala kelengkapan surat atas nama istrinya.

Ali tersenyum puas saat melihat semua sertifikat tanah dan rumah yang menjadi milik istrinya kini sudah berada ditangan Keenan.

Laki-laki tua itu memang tidak pernah mengecewakan jika diberi tugas.

"Kamu lagi ngapain sih Mas kenapa senyum-senyum sendiri begitu? Kamu lagi chattingan sama selingkuhan kamu ya?" Tuduh Prilly sambil menegakkan tubuhnya. Sorot matanya tampak tajam menatap sang suami yang sama sekali tidak menghiraukan dirinya.

Ali membalas beberapa pesan dari Keenan juga kolega bisnis yang bertanya tentang keadaannya yang kebetulan memang seorang perempuan.

Prilly yang sudah tidak tahan diabaikan suaminya segera menarik paksa ponsel suaminya hingga menimbulkan teriakan kencang dari Ali.

"APA-APAAN KAMU HAH?!"

Prilly tidak perduli dengan teriakan suaminya namun senyum kecutnya seketika terbit saat melihat isi pesan suaminya.

"Aaa ternyata lagi asik chatan sama wanita cantik ini makanya istri ngomong nggak dipeduliin. Oohh yayaya.." Prilly melempar ponsel itu hingga mengenai dada suaminya dan tentu saja Ali kesakitan namun pria itu memilih diam dan tetap stay cool.

Prilly menatap suaminya sekilas sebelum berbalik dan beranjak turun dari ranjang. "Mau kemana kamu?" Suara Ali tak sekencang tadi namun tetap saja tidak dapat menghentikan langkah istrinya.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang