Bab 40

3.2K 326 37
                                    


Semua berjalan dengan normal meskipun masa lalu suaminya sempat kembali namun sampai detik ini wanita itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya di hadapan Prilly.

Prilly sudah menyiapkan diri jika sewaktu-waktu wanita itu muncul dan menggoyahkan pertahanan suaminya. Prilly juga tidak melihat keanehan apapun pada suaminya bahkan semakin hari Ali justru semakin lengket padanya meskipun belum ada kata cinta yang terucap dari mulut laki-laki itu.

Sedangkan Prilly? Sama saja ia juga enggan sekali mengungkap cinta meskipun ia sudah menyadari jika dirinya sudah jatuh dalam perangkap cinta suaminya. Prilly tidak tahu kapan tepatnya tapi yang pasti saat ini hanya Ali satu-satunya laki-laki yang ia cintai.

"Saya mau jujur sesuatu sama kamu."

Prilly yang sedang melamun sontak menoleh saat melihat sosok suami yang sudah berdiri di samping sofa yang ia tempati.

"Tentang?" Prilly mendongakkan kepalanya menatap sang suami yang hari ini terlihat tampan dengan kaos navy yang membungkus tubuh atletisnya.

Memangnya kapan Ali terlihat tidak tampan? Jawabannya tidak ada. Ali selalu tampan setiap waktu.

Ali menyerahkan map coklat yang ia bawa kepada istrinya. "Buka dan kamu akan tahu semuanya." Ali sudah cukup lama bungkam perihal ini namun ia tahu tidak selamanya ia bisa menyembunyikan fakta ini dari istrinya.

Prilly berhak tahu.

"Ini apa Mas?"

"Sertifikat rumah dan semua tanah milik almarhumah Ibu kamu yang sudah dibalik nama atas nama kamu semuanya sah dan tidak bisa digugat oleh siapapun termasuk Ayah kamu." Jelas Ali kini laki-laki itu menempati sisi kosong sofa yang ada di sebelah istrinya.

Dan Prilly kembali dikejutkan dengan foto-foto yang ada di dalam amplop yang diserahkan suaminya. Di sana Ayahnya terlihat menerima uang dan difoto berikutnya juga terlihat sang Ayah sedang menyeret koper memasuki bandara tak lupa dayang-dayang kesayangannya yang ikut serta dan yang terakhir Prilly tidak tahu ini dimana tapi ia yakin Ayahnya serta keluarga kecilnya sedang berada diluar negeri.

Jika Ayahnya keluar negri lalu dirinya? Jadi ini jawaban atas tanda tanya yang selama ini menganggu pikirannya? Ayahnya tidak lagi menghubungi dirinya karena beliau sudah bahagia bersama istri dan anaknya. Singkat cerita dirinya benar-benar telah dibuang oleh Ayah kandungnya sendiri.

"Kenapa Mas? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanya Prilly dengan mata berkaca-kaca. "Kamu sengaja ngebuat semuanya jelas hm?" Air mata Prilly mulai berjatuhan. "Kamu sengaja ngebuktiin ke aku kalau aku benar-benar tak berarti apa-apa untuk Ayah kandungku sendiri?" Prilly tidak bermaksud menyalahkan Ali karena yang sepatutnya ia salahkan adalah ketamakan Ayahnya.

Ayah mana yang rela menukar putrinya dengan uang?

Hati Prilly semakin hancur saat Ali memutar rekaman yang berisi suara Ayahnya. Ternyata Ayahnya secara sukarela meninggalkan dirinya bukan karena keterpaksaan, Ali tidak bersalah pria itu justru membuat dirinya semakin yakin jika dirinya bukanlah bagian berarti didalam hidup Ayahnya.

Ali membiarkan saja istrinya menangis sampai akhirnya ia merengkuh tubuh mungil sang istri yang bergetar hebat.

"Hari ini saya izinkan kamu menangis sepuasnya tapi besok dan seterusnya saya tidak akan membiarkan air mata istri saya jatuh berhamburan seperti ini. Sakit hati saya liat kamu nangis seperti ini." Prilly tidak tahu apakah perkataan suaminya benar-benar murni dari hati atau sekedar gombalan untuk menenangkan dirinya saat ini tapi yang pasti Prilly akui jika perkataan suaminya mampu membuat perasaannya membaik.

Prilly merasa masih ada yang menginginkan dirinya di dunia ini dan orang itu adalah suaminya.

"Terima kasih Mas.. Terima-- Hueek!!" Prilly tidak dapat menyelesaikan perkataannya ketika perutnya tiba-tiba bergejolak ia benar-benar tidak bermaksud memuntahkan isi perutnya di tubuh sang suami.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang