Bab 3

2K 250 8
                                    

"Mama aku benar-benar mau kuliah kedokteran Ma!" Amel terus merengek pada Ibunya.

Lisa yang sedang membersihkan kuku-kuku jarinya mendelik kesal pada putri kesayangannya itu. "Berhenti gangguin Mama! Kamu nggak liat Mama lagi ngapain?" Lisa sangat menyayangi putrinya namun ia jelas tidak suka jika ada yang menganggu aktivitas dirinya seperti saat ini.

Bagi Lisa penampilan adalah nomor satu, ia harus pandai-pandai merawat diri supaya suaminya makin sayang dan makin membebaskan dirinya dalam hal apapun terutama keuangan.

Sejak menikahi suaminya ini kehidupan Lisa dan putrinya benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat. Dulu mereka hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil dan sering kelaparan apalagi setelah mantan suami Lisa pergi meninggalkan dirinya dan putri mereka.

Lisa harus pontang-panting bekerja demi sesuap nasi sampai akhirnya ia berkenalan dengan Sapto yang kebetulan kala itu juga baru kehilangan istrinya. Lisa jelas tidak akan melepaskan kesempatan emas kala Sapto melamar dirinya.

Sapto memang bukan pria kaya raya tapi pekerjaannya sebagai mandor jelas cukup menghidupi dirinya dan putrinya.

Bahkan akhir-akhir ini uang bulanan yang ia terima dari suaminya bertambah hingga tiga kali lipat sepertinya proyek yang dikerjakan suaminya berjalan lancar.

"Maa..."

Usia Amel tidak jauh berbeda dengan Prilly hanya saja sejak kecil Amel sudah terbiasa dimanja sehingga sifat itu masih melekat sampai gadis beranjak dewasa berbeda sekali dengan Prilly, Kakak tirinya.

Prilly sudah terbiasa hidup mandiri apalagi setelah Ayahnya berubah acuh padanya, kehidupan gadis itu benar-benar berubah. Prilly terbiasa melakukan semuanya sendiri bahkan ketika sakit gadis itu juga harus merawat dirinya sendiri.

Menyedihkan sekali.

"Kamu sabar kenapa sih Nak? Kamu mau kuliah kedokteran ya sabar kamu pikir kuliah disana nggak perlu duit?" Omel Lisa yang mulai mengoleskan kutek warna merah di kuku-kuku jarinya.

"Tapi sebentar lagi pendaftarannya sudah di buka Ma!"

"Ya kan masih sebentar lagi nggak sekarang."

Amel sontak mendengus kesal mendengar jawaban Ibunya. Matanya melirik kearah jam yang tertempel di dinding kamarnya.

"Anak pungut itu kemana sih?"

Anak pungut yang dimaksud oleh Amel adalah Prilly. Sejak semua kasih sayang dan perhatian Ayah mereka tertuju padanya, Amel kerap kali menyebut Prilly anak pungut. Jelas saja anak pungut kalau anak kandung kenapa nggak disayang oleh Ayah mereka benarkan?

"Kerja dia cari duit!"

"Kenapa nggak Mama minta aja tabungan si anak pungut untuk biaya kuliah ku Ma?" Amel tiba-tiba mendapatkan ide cemerlang itu. "Wah! Kenapa nggak kepikiran dari kemarin-kemarin sih?" Amel berdecak pelan.

Lisa menatap putrinya. "Memangnya berapa sih tabungan si babu hm? Palingan cuma cukup buat biaya luluran Mama satu bulan." Ejek Lisa yang untuk satu bulan perawatan tubuhnya saja bisa mencapai jutaan rupiah.

Tentu saja uang yang suaminya titipkan untuk Prilly ia gunakan untuk merawat tubuhnya. Enak saja suaminya pontang-panting cari uang malah dikasih cuma-cuma untuk anak sialan itu.

Lisa dan putrinya lupa jika anak sialan yang mereka hina habis-habisan itu adalah putri kandung dari suami dan ayah tiri mereka. Benar-benar tidak tahu diri Ibu dan anak ini!

"Sudah nanti biar Mama ngomong dulu sama Ayah kamu tentang keinginan kamu ini. Mama yakin Ayah kamu akan melakukan apapun untuk putri kesayangannya ini." Ujar Lisa sambil mencolek dagu putrinya. Senyum lebar seketika terbit di wajah putrinya, Amel begitu bangga ketika karena berhasil merebut seluruh kasih sayang Ayah tirinya.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang