Bab 36

2.8K 380 51
                                    


"Prilly!" Teriakan cempreng Lyra membuat Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali ia seperti ditarik paksa dari lamunannya. "Kenapa sih Ra?" Tanya Prilly sedikit kesal.

Lyra sontak mencibir menatap sahabatnya. "Lo yang kenapa? Kita ketemuan buat kangen-kangenan bagi cerita eh lo malah ngelamun lagi mikirin apa sih lo kayak berat banget beban hidup lo sekarang." Cerocos Lyra yang membuat Prilly menghela nafasnya.

Prilly menopang kepalanya sebentar sebelum menegakkan tubuhnya hingga bersandar pada kursi yang ia tempati. "Gue lagi nggak pas aja sama suami gue." Ujar Prilly terlihat sekali perempuan itu ogah-ogahan menceritakan tentang suaminya.

Prilly merasa semakin kesal saja pada Ali setelah bertemu dengan wanita bernama Amara. Prilly memang tidak tahu siapa perempuan itu tapi entah kenapa hatinya mengatakan wanita itu tidak sebaik kelihatannya. Ia merasa cepat atau lambat Amara akan menjadi batu sandungan untuk rumah tangganya.

"Nggak pas kenapa? Lo ribut sama laki lo?" Tanya Lyra setelah mencomot risol pesanannya yang baru saja tiba.

Prilly mengedikkan bahunya acuh. "Ya gitu deh biasa namanya juga berumah tangga." Prilly benar-benar enggan membahas perihal masalah antara dirinya dan Ali.

"Laki lo selingkuh?" Mata Lyra membola sempurna sebelum selembar tisu bekas milik Prilly menghantam tepat di wajahnya. "Bangke!" Makinya yang sama sekali tidak digubris oleh Prilly.

"Tuh congor hati-hati kalau ngoceh! Amit-amit suami gue selingkuh." Ucap Prilly mengetuk kepalanya dan meja dihadapannya secara bergantian.

Lyra kembali cengengesan. "Kan gue nanya lo nya aja yang sensian sama gue atau jangan-jangan lo hamil ya?" Prilly nyaris melemparkan gelasnya supaya sahabatnya itu sadar dan tidak berbicara ngawur.

"Mati aja lo Ra!" Prilly kembali menghempaskan tubuhnya berbicara dengan Lyra ternyata sama melelahkannya dengan beban hidup yang ia pikul sekarang.

"Eh lo tau nggak Dimas udah nikah loh dia kemarin." Prilly menanggapinya dengan acuh karena ia tak merasa perihal tersebut penting untuk ia urusi.

"Dan ternyata bener dia nikah karena mantannya keburu hamil. Untung aja lo kagak jadi sama dia Pril kalau sempat jadi gue yakin lo lagi nangis darah sekarang." Oceh Lyra yang sama sekali tidak mendapat tanggapan dari Prilly.

Ia juga sudah melupakan perihal kisahnya yang bahkan belum sempat dimulai bersama Dimas. Laki-laki yang ia pikir baik ternyata tak lebih dari seorang pendusta.

Benar kata Lyra untung saja ia tidak terlibat hubungan apa-apa dengan pria itu meskipun sekarang ia juga tidak bisa dikatakan bahagia dengan pria yang menyandang status sebagai suaminya tapi setidaknya Ali jauh lebih baik dari Dimas, meskipun sombong dan angkuh setidaknya Ali tidak murahan seperti Dimas.

"Tapi gue yakin si Dimas pasti nyesel banget sekarang Pril kan kita semua tahu gimana cintanya Dimas sama lo!" Ujar Lyra lagi yang lagi-lagi tak mendapat respon berarti dari Prilly.

Namun beberapa saat kemudian suara berat seorang pria yang berdiri di belakang Prilly menyentakkan keduanya.

"Tapi sayangnya wanita yang dicintai Dimas itu sudah sah menjadi milik saya!"

Prilly sontak menoleh dan matanya seketika membulat saat melihat suaminya berdiri dibelakangnya tanpa menggunakan kursi roda meskipun terlihat Keenan yang berjaga-jaga dibelakang pria itu.

Dasar pria keras kepala!

Ali tersenyum kecil pada istrinya yang sama sekali tidak mendapat balasan karena alih-alih tersenyum Prilly justru mengalihkan pandangannya pada Lyra.

"Ra gue balik duluan ya, lo langsung balik juga jangan kelayapan!" Ujar Prilly sambil meraih tasnya lalu beranjak meninggalkan mejanya.

Namun sayangnya Prilly tidak akan semudah itu melarikan diri dari suaminya. "Siapa yang mengizinkan kamu pergi hm?" Tanya Ali setelah menahan lengan istrinya.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang