Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat dan hari yang dinanti-nantikan oleh Julia akhirnya tiba. Pagi ini kediamannya terlihat ramai dimana sanak saudaranya mulai berdatangan untuk menyaksikan pernikahan si sulung yang beberapa tahun terakhir terlihat seperti mayat hidup namun secara mengejutkan tiba-tiba Julia datang menghebohkan keluarga besar dengan membawa kabar pernikahan putra sulung kesayangannya.Seluruh keluarga besar dibuat penasaran dengan sosok wanita yang mampu meluluhkan hati si sulung.
"Mi.."
"Iya Nak? Kenapa Sayang?" Julia berjalan cepat menghampiri putranya yang sebentar lagi akan menyandang status baru yaitu suami.
"Ini kenapa pakaiannya begini? Ali nggak mau pakai ini!" Ujar Ali sambil mendorong kotak berisi pakaian untuk ia kenakan nanti pas akad dilaksanakan.
"Ini baju akad kamu Nak kan udah Mami kasih tahu kemarin modelnya memang beskap seperti ini." Ujar Julia sambil membuka kotak lalu memperlihatkan pada putranya pakaian yang akan ia kenakan. "Ini sengaja Mami desain sendiri dan pertama kalinya juga Butik Mami mengeluarkan brand ini khusus untuk pernikahan putra kesayangan Mami." Jelas Julia panjang lebar.
Semenjak tadi malam mood putranya memang timbul tengelam, Ali bisa tertawa terbahak-bahak lalu di detik berikutnya laki-laki ini akan kembali memasang wajah menyerahkannya.
Julia mengerti putranya sedang deg-degan saat ini. Ali pernah merancang sebuah pernikahan impiannya bersama wanita yang kala itu atau mungkin sampai detik ini masih ia cintai setengah mati namun sayangnya pernikahan impian itu harus kandas karena kecelakaan yang menimpa dirinya.
Meskipun sekarang mereka tahu hikmah dibalik musibah ini adalah sosok Amara gadis yang pernah mereka sayangi tak lebih dari seorang pengkhianat. Amara tidak tulus mencintai Ali, wanita itu bahkan tega meninggalkan Ali begitu tahu jika Ali tidak bisa menggunakan kedua kakinya lagi. Ali lumpuh dan wanita itupun pergi.
"Sayang dengerin Mami.." Ali mendongak menatap Ibunya. "Kamu memang jelas terlihat ragu dengan pernikahan ini atau mungkin sekarang kamu sedang menyesali keputusan kamu yang sudah menerima perjodohan ini tapi ingat satu hal Sayang jangan permainkan pernikahan kamu tidak hanya berjanji dihadapan saksi tetapi juga di hadapan Tuhan." Ali kembali mengingat perkataan Prilly beberapa hari yang lalu.
Wanita itu juga mengatakan hal yang sama seperti Ibunya. Apakah Ali benar-benar berdosa karena menganggap pernikahan ini tak lebih dari sekedar arena bermain? Ali berniat mempermainkan Prilly yang sebentar lagi menjadi istrinya.
Berdosakah ia?
Tapi bukan Ali tidak sepenuhnya salah toh sejak awal ia sudah mengatakan bahwa ia menikahi Prilly bukan karena cinta melainkan keterpaksaan jadi jangan salahkan dirinya jika pada akhirnya ia akan membuat Prilly menderita salah perempuan itu kenapa masih tetap melanjutkan pernikahan ini padahal jelas-jelas ia sudah tahu jika Ali tidak akan memberikan hatinya.
"Mami tahu kamu tidak mencintai Prilly tapi Nak Mami yakin seiring berjalannya waktu kalian akan jatuh cinta, tidak akan sulit mencintai gadis sebaik Prilly percaya sama Mami." Ujar Julia sambil mengusap kepala putranya dengan lembut.
"Ali masih mencintai Amara Mi." Lirihnya begitu pelan.
"Mami tahu tapi Mami yakin perasaan yang kamu rasakan saat ini bukan lagi cinta." Ali mendongak menatap Ibunya. "Kamu terobsesi untuk memiliki Amara karena kamu tidak terima ia meninggalkan kamu disaat kamu terpuruk Nak dan semua yang kamu rasakan padanya bukan lagi tentang cinta melainkan obsesi." Lanjut Julia dengan senyuman teduhnya.
Ali terhenyak benarkah perasaan yang selama ia agungkan untuk Amara hanyalah sebuah obsesi?
"Sudah jangan dipikirkan lagi tugasmu sekarang adalah menghafal nama Prilly lengkap supaya akad nanti lancar." Julia kembali menepuk pelan pundak putranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
RomanceSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...