Prilly terpaksa mengurungkan niatnya untuk membalas dendam pada pria sombong yang sudah menghina dirinya habis-habisan kemarin. Jika memang yang ingin dijodohkan dengan pria itu Amel lalu kenapa dirinya yang harus menerima hinaan?Prilly sama sekali tidak berminat pada harta kekayaan pria itu toh mati nanti ia tidak membawa apa-apa ke dalam kuburnya.
Mendengus kesal Prilly mulai menyusun barang-barang baru yang baru saja tiba di gudang supermarket. Ia terpaksa kembali ke tempatnya bekerja karena Dimas menghubungi dirinya.
"Jangan terlalu dipaksakan Prilly, kerjanya santai aja." Prilly menoleh menatap Dimas yang datang dengan dua botol minuman ditangannya.
Prilly tersenyum kecil, hari sudah menjelang sore namun ia masih harus bekerja. Tak apalah setidaknya ia tidak menyusahkan Ayahnya lagi.
"Nggak kok Mas biar cepat aja takutnya kemalaman." Ujar Prilly sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dimas tersenyum kecil, ia sangat menyukai kegigihan gadis ini. Salah satu penyebab Dimas jatuh hati pada gadis ini adalah kegigihannya. Prilly tak gampang menyerah dan juga sangat jarang mengeluh. Dia menyukai tipikal wanita yang mau berusaha dan mandiri.
"Nih minum dulu!"
"Ah ya makasih Mas." Prilly tersenyum lebar ketika menerima minuman kalengan dari Dimas. Ia sudah haus sejak tadi.
Setelah meneguk nyaris setengah botol Prilly berniat kembali bekerja namun lengannya sudah terlebih dahulu ditahan oleh Dimas.
"Mas tahu ini bukan waktu yang tepat tapi jujur Mas tidak bisa menahan perasaan Mas lagi. Mas jatuh cinta sama kamu Prilly jangan tanyakan kapan atau kenapa karena semuanya mengalir begitu saja. Intinya Mas mencintai kamu." Ujar Dimas dalam satu tarikan nafas. Pria itu jelas terlihat gugup namun sekuat tenaga ia berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.
Prilly terpana tanpa bisa di cegah wajahnya sontak merona. Demi Tuhan, akhirnya Dimas menyatakan perasaannya.
"Eum.."
"Kamu nggak perlu jawab sekarang Pril. Mas bakalan nunggu kapan kamu siap kasih Mas jawaban kamu punya waktu untuk memikirkan semuanya." Potong Dimas yang membuat senyuman di wajah Prilly sedikit memudar namun ia tetap berusaha baik-baik saja didepan pria ini.
Padahal aku sudah punya jawabannya Mas.
"Ya udah kalau gitu Mas ke depan dulu ya? Sebentar lagi Amar sama Lyra bakalan datang bantuin kamu." Dimas segera beranjak meninggalkan Prilly yang menatap kepergiannya dengan helaan nafas panjang.
"Padahal kamu bisa mendapatkan jawabanku sekarang Mas tanpa harus menunggu." Lirih Prilly sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
Perihal Dimas biarkan begini saja dulu mungkin pria itu tidak mau menekan dirinya meskipun Prilly sendiri sama sekali tidak merasa ditekan ia justru bahagia mengetahui jika Dimas menyimpan perasaan yang sama dengan dirinya.
***
Pukul delapan malam Prilly tiba di rumahnya yang langsung disambut tawa bahagia Lisa dan Amel. Ibu dan anak itu terlihat sangat bahagia malam ini.
Prilly melangkah menuju ruang tamu yang ukurannya tidak terlalu besar matanya sontak menangkap jajaran paper bag dari brand ternama sepertinya mereka baru saja selesai shopping.
"Eh babu udah pulang!" Celetuk Amel yang sama sekali tidak digubris oleh Prilly.
Lisa berteriak marah karena Prilly terus melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan teriakan mereka.
"Kenapa lagi sih Ma?" Tanya Prilly saat Lisa menarik tali tasnya hingga ia nyaris tersungkur.
"Kamu nggak liat ini rumah berantakan banget? Beresin cepat!"
"Aku capek Ma! Seharian kerja lagian yang berantakin semua ini Amel kan? Kenapa nggak Mama suruh dia beresin sendiri?" Lawan Prilly yang membuat Lisa dan Amel terperanjat, mereka tidak menyangka jika Prilly akan seberani ini melawan mereka.
"Heh anak kurang ajar!"
"Jaga mulut lo ya Mel! Selama ini gue diam bukan karena gue takut sama lo! Gue cuma nggak mau ngotorin mulut gue cuma buat balas mulut busuk lo!" Prilly menatap tajam Amel yang terlihat kicep dan berlindung dibalik tubuh Ibunya.
Lisa membalas tatapan tajam Prilly namun bukannya mengendurkan tatapannya Prilly justru semakin berani menatap Ibunya. Ia sudah muak dengan drama-drama murahan yang dimainkan Ibu dan anak ini.
"Lihat saja kamu kalau putri saya menikahi putra Nyonya Julia saya pastika kamu---"
"Seharusnya Mama mengkhawatirkan nasib putri Mama yang manja ini ketika benar-benar dinikahi oleh pria itu." Prilly dengan berani menyela perkataan Ibu tirinya.
Tidak tahu saja mereka siapa pria yang akan dijodohkan dengan Amel, Prilly yakin satu hari bersama pria sombong bermulut pedas dengan kapasitas otak dibawah rata-rata itu Amel akan menangis darah.
"Kamu jangan berani-beraninya menghina anak saya ya?!" Marah Lisa yang sama sekali tidak membuat Prilly gentar. Biasanya ia akan memilih menghindar setiap Lisa maupun Amel mencari masalah dengannya tapi tidak untuk malam ini.
Prilly masih menyimpan dendamnya pada pria sombong itu dan belum bisa melampiaskannya jadilah Lisa dan Amel yang akan menjadi pelampiasan dirinya malam ini. Jangan salahkan Prilly, mereka yang terlebih dahulu mencari masalah dengannya.
Lisa berdecih pelan menatap Prilly dengan pandangan penuh cemoohan. "Jangan berlagak sok kenal sama calon menantu saya kamu! Dasar anak sialan!" Maki Lisa yang justru membuat tawa geli Prilly terdengar. Dengan seringai mengejeknya ia balas tatapan penuh penghinaan yang Lisa layangkan padanya.
"Kita lihat saja nanti kalaupun putri kesayangan Mama ini akan tertawa bahagia dengan pria yang Mama sebut calon menantu itu aku benar-benar akan angkat kaki dari rumah ini dan membiarkan kalian menguasai harta peninggalan Ibuku tapi jika tidak persiapkan diri kalian untuk pergi dari kehidupanku dan Ayah, bagaimana?" Tantang Prilly yang berhasil membuat amarah Lisa bergejolak nyaris saja ia melayangkan pukulannya jika ponselnya tak berdering.
"Awas saja kamu anak sialan!" Prilly mengedikkan bahunya dengan acuh lalu berjalan menuju ke kamarnya. Ia butuh tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa pegal setelah seharian bekerja.
Samar-samar ia bisa mendengarkan percakapan Ibu tirinya dengan sang Ayah, sepertinya mereka sedang membahas perihal makan malam mereka di kediaman Bos Ayahnya.
Prilly tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi pria sombong itu jika tebakannya benar-benar tepat bahwa dirinya akan dijodohkan dengan Amel, putri tiri Ayahnya.
Prilly tidak mengkhawatirkan Amel dan Ibunya, ia hanya mencemaskan Ayahnya, bagaimana jika Ayahnya dipermalukan di sana? Mulut pria sombong itu sangat berbisa Prilly takut jika Ayahnya tak sanggup menerima semburan dari pria itu.
"Gue ikut aja kali ya? Kalau pria itu macam-macam tinggal gue tenang otongnya. Mampus-mampus deh!" Prilly berbicara sendiri sambil melangkah menuju kamarnya.
Prilly tahu jika malam ini Ayahnya sedang menghadiri jamuan makan malam di kantor pusat perusahaan dimana Ayahnya bekerja. Prilly tidak terlalu mengetahui perihal pekerjaan Ayahnya terlebih setelah hubungan mereka merenggang namun Prilly berharap malam ini Ayahnya baik-baik saja.
Entah kenapa Prilly sedikit was-was terlebih setelah mendapat kecaman dari pria sombong itu. Prilly sama sekali tidak menyadari jika istilah dunia ini begitu sempit kini benar-benar dirasakan olehnya.
Ia tidak menyangka gadis manja yang ia tampar tempo hari adalah putri dari Bos Ayahnya yang tidak lain adalah Nyonya baik hati.
Tapi kenapa jika Ibunya memiliki sifat dan sikap layaknya malaikat lalu kenapa anak-anak beliau menjelma layaknya titisan setan?
Benar-benar mengerikan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
RomanceSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...