Bab 11

1.9K 267 12
                                    


"Pak Sapto pasti kaget karena saya minta datang menemui saya ya?" Julia bertanya ramah yang membuat hati Sapto sedikit lega.

Setidaknya ia tidak perlu menghadapi kemarahan pemilik perusahaan tempat dimana ia bekerja.

"Maaf Bu saya sudah berpikir yang tidak-tidak." Jawab Sapto yang disambut tawa oleh Julia.

Sapto tidak tahu saja jika Julia berubah pikiran setelah mengetahui sosok wanita bernama Prilly adalah salah satu putri dari mandornya ini.

"Oh tidak apa-apa wajar jika Bapak berpikir begitu karena saya yang tiba-tiba meminta Bapak menemui saya di sini. Silahkan diminum Pak." Sapto meraih cangkir kopi yang memang sudah disediakan untuk dirinya.

Sekarang Sapto bisa bernafas lega sehingga ia bisa menikmati rasa pahit dari cairan hitam yang begitu disukai olehnya.

"Jadi Pak Sapto bisakah kita memulai pembicaraan kita sekarang?"

Sapto meletakkan cangkirnya lalu menganggukkan kepalanya. "Silahkan Buk!" sahut Sapto sopan.

"Saya hanya ingin memastikan apakah benar Prilly adalah putri Bapak?" Tanya Julia yang membuat Sapto membulatkan matanya. "Prilly Buk? Benar, Prilly adalah putri saya. Apakah putri saya melakukan kesalahan sehingga Ibu memanggil saya?" Jika memang benar maka Sapto akan memberi pelajaran pada putrinya itu. Kenapa sekarang Prilly terus membuat dirinya kesusahan karena ulahnya?

Sapto mulai berpikir yang tidak-tidak pada putri kandungnya sendiri sampai akhirnya Julia membuka suara. "Tidak Pak. Putri Bapak sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun justru saya merasa sangat beruntung karena bisa mengenal putri Bapak." Julia menjelaskan pada Sapto yang terlihat menahan emosi, pria ini pasti berpikir bahwa ia memanggil dirinya karena kesalahan putrinya.

Padahal Julia justru ingin mengenal Prilly secara lebih dalam melalui Ayah kandungnya karena menurut informasi yang Keenan berikan, Prilly merupakan seorang piatu sedangkan yang bersamanya sekarang adalah Ibu tirinya.

Keenan juga menjelaskan bahwa Prilly kerap kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Ibu tirinya namun sepertinya Sapto sama sekali tidak mengetahui hal itu.

Yang membuat Julia semakin yakin menjodohkan Prilly dengan putranya Ali adalah pembawaan gadis itu yang tegas sangat cocok untuk menghadapi sikap keras kepala putranya. Intinya Julia benar-benar berharap mereka berjodoh dan semoga saja Sapto memberikan restunya.

"Begini Pak Sapto saya akan langsung berbicara ke intinya saja. Maksud saya meminta Bapak datang tidak lain tidak bukan adalah untuk melamar putri Bapak untuk putra sulung saya."

Deg.

Sapto tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya lagi. Ia benar-benar shock setelah mendengar perkataan Bosnya ini. "Me--lamar putri saya Buk?" Tanyanya memastikan.

"Benar Pak Sapto."

"Tapi kenapa Ibu sampai melamar putri saya? Maaf Buk, rasanya timpang sekali perbedaan di antara putri saya dan putra Ibu." Sapto bukan sehari bekerja di perusahaan ini, ia tentu sudah cukup tahu siapa putra sulung Julia dan bagaimana kondisinya sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa justru Prilly yang dipilih oleh Julia.

Julia tersenyum kecil, ia sangat mengerti kebimbangan pria dihadapannya ini. Tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba putrinya dilamar oleh Bosnya sendiri.

"Bapak sudah mengenal putra saya bukan?"

"Iya Buk."

"Apa Bapak keberatan dengan lamaran ini karena kondisi putra saya yang caca--"

"Tidak Buk sama sekali tidak saya benar-benar tidak mempermasalahkan hal itu justru saya merasa terhormat karena Ibu memilih putri saya." Potong Pak Sapto terburu-buru ia tidak ingin Julia berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang