Bab 7

1.9K 256 10
                                    

"Lo kenapa dipanggil Bu Bos?" Tanya Lyra begitu Prilly kembali dari ruangan Bos mereka.

"Gue ditawarin kerja tambahan nganterin barang gitu ya lumayan sih pemasukannya bisa nambah-nambah tabungan gue." Jawab Prilly sambil menghitung berapa totalan uang yang akan ia terima.

Lyra menatap sahabatnya dengan kening berkerut. "Anterin barang? Berarti lo bakalan lembur tiap hari dong?" Prilly mengangguk membenarkan. "Gue juga males pulang ke rumah sebenarnya makanya gue terima tawaran Ibu Bos." Jawab Prilly santai.

Lyra menatap iba sahabatnya. "Kalau lo udah nggak tahan sama emak tiri lo kenapa nggak cabut aja dari neraka lo itu?" Tanyanya sewot. "Lo bisa kok tinggal dirumah gue lagian lo sendiri tahu gue kesepian selama ini." Lanjutnya lagi.

Prilly tertawa kecil, "Sabar ya mungkin sebentar lagi kesabaran gue habis dan gue benar-benar akan ninggalin neraka yang lo bilang itu." Jawab Prilly dengan kekehan gelinya.

Lyra tak puas dengan jawaban sahabatnya, apa perlu ia bernazar supaya Prilly benar-benar meninggalkan rumah yang layak disebut neraka itu?

"Oh ya lo liat Mas Dimas nggak?" Tanya Prilly yang dibalas gelengan kepala boleh Lyra. "Kayaknya Mas Dimas lagi ada masalah deh mukanya kusut banget apalagi pas liat gue kayak mau ditelan hidup-hidup tau nggak. Ngeri gue liat dia hari ini." cerita Lyra menggebu-gebu.

Kening Prilly berkerut perasaan tadi Dimas baik-baik saja ketika menghampirinya. "Terus sekarang Mas Dimas kemana?"

"Ya mana gue tahu kira gue emak dia." Jawab Lyra sewot yang membuat Prilly menghela nafasnya.

"Gue cariin Mas Dimas dulu ya sekalian Amar juga sih mau gue suruh packing barang biar nanti selesai shift gue bisa langsung anterin barangnya." ujar Prilly sebelum beranjak meninggalkan sahabatnya.

Dilain tempat terlihat seorang pria tampan yang entah kenapa hari ini tiba-tiba menginginkan sesuatu. Dan pria itu adalah Ali.

Pria berwajah dingin itu tiba-tiba menginginkan minuman kalengan yang sudah lama tak ia konsumsi. Sejak mengalami kecelakaan Ali memang mengabaikan semuanya termasuk kesukaannya pada minuman kalengan.

Ali bukanlah laki-laki suci, dulu saat masih menempuh pendidikan diluar negeri Ali bahkan sudah terbiasa dengan kehidupan malam di sana namun ia tidak pernah bertindak diluar batas, Ali hanya menghabiskan waktu dengan menegak minuman beralkohol tidak sampai tahap terlibat pergaulan bebas.

Dan semua kelakuan buruk itu ia tinggalkan sejak ia kembali ke tanah air dan sebagai pengganti alkohol Ali menjadikan minuman kalengan sebagai minuman favoritnya.

Ali meraih ponselnya lalu menghubungi salah satu pusat perbelanjaan yang letaknya tak jauh dari perumahan yang ia tempati untuk memesan beberapa dus minuman juga makanan yang ia inginkan.

"Saya ingin semua pesanan saya di antar sekarang juga!"

Tut.

Ali segera memutuskan sambungan telepon setelahnya lalu melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Ali mendorong kursi rodanya kearah tombol yang ada didinding kamarnya.

Tombol itu sengaja dipasangkan supaya memudahkan Ali memanggil para pelayannya. Ali tak suka ditemani dan pria itu juga irit sekali berbicara jadi Julia berinisiatif untuk meletakkan tombol itu didalam kamar putranya. Tombol itu memiliki fungsi layaknya bel dan Ali benar-benar terbantu dengan tombol ini.

Tak selang berapa lama salah seorang pelayan datang menghampiri Tuannya. "Ada apa Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya sopan.

"Saya ingin ke taman!"

"Baik Tuan.."

***

"Harus sekarang banget ya?"

"Iya yang mesan maunya di antar sekarang."

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang