Sepanjang perjalanan pulang Prilly tidak henti-hentinya menitikkan air mata meskipun tidak sampai bersuara justru tangisan tanpa bersuara itulah yang menjelaskan betapa dalam luka yang dialami gadis itu sebenarnya.Berulang kali gadis itu menyeka air matanya diam-diam berharap jika pergerakan tangannya tak diketahui oleh sang suami yang sejak tadi tak melepaskan genggamannya pada sebelah tangannya.
Ali sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini, ia merasa kesal, marah juga benci pada mereka-mereka yang sudah membuat gadis tangguh seperti istrinya menangis tak berdaya seperti sekarang ini.
Namun satu perasaan yang paling dominan yang Ali rasakan saat ini adalah kesedihan. Ia turut merasa sedih juga terluka atas apa yang menimpa istrinya. Ali tidak menyukai linangan air mata yang diam-diam diseka oleh istrinya seolah-olah setiap tetesan itu menghantarkan begitu banyak luka dan derita pada istrinya yang ia sendiri juga turut merasakannya.
Ali benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya. Satu hal yang pasti ia lebih menyukai gadis ini berontak melawan dirinya daripada menangis tak berdaya seperti saat ini.
Prilly adalah sosok yang rapuh hanya saja gadis malang ini begitu baik menyembunyikan kerapuhannya di balik keberanian juga ketengilannya yang selama ini gadis itu perlihatkan.
"Nggak sakit matanya?" Tanya Ali yang membuat Prilly menoleh menatap suaminya. "Mata kamu nggak sakit dari tadi nangis terus hm?" Ulang Ali lagi kali ini tangan pria itu yang menggantikan tugas tangan Prilly untuk menyeka air matanya.
Bibir Prilly sontak melengkuh kebawah dan Ali sudah bersiap jika gadis itu mengucurkan air matanya kembali namun Prilly tidak menangis melainkan kedua sudut bibirnya perlahan naik mengukir senyuman yang terlihat begitu indah di mata Ali.
"Baru kali ini aku ngerasa nggak sendirian Mas." Ujar Prilly menatap lembut suaminya. Perlahan sebelah tangannya naik mengusap lembut pipi Ali yang refleks membuat pria itu memejamkan matanya.
Ali menyukai sentuhan lembut istrinya dan Prilly menyukai sisi lain sang suami ternyata Ali memang tidak seburuk yang ia kira.
Pria ini memiliki sisi manis yang tak sembarangan ia perlihatkan, beruntunglah Prilly bisa menikmati sisi manis pria tampan ini.
Perlahan Prilly memajukan wajahnya mendekati telinga kiri sang suami lalu berbisik pelan. "Bagaimana kalau hak kamu aku berikan sekarang?"
Mata Ali sontak terbuka menatap istrinya dengan pandangan sulit diartikan tapi Prilly bisa melihat kobaran gairah di mata tajam suaminya.
"Saya nggak mau hak saya kamu berikan di dalam mobil." Kata Ali yang sontak membuat senyuman di wajah Prilly menghilang.
Ya kali mereka anuan di mobil! Gila aja.
Prilly mendengus jengkel sebelum menjauhkan dirinya dari Ali yang sekuat tenaga menahan tawanya. "Udah ah bikin bad mood aja kamu Mas!"
"Kenapa kamu benar-benar udah nggak sabar mau anuan sama saya?" Ejek Ali dengan ekspresi datarnya yang sama sekali tidak cocok dengan suaranya yang terdengar geli.
Prilly mengalihkan pandangannya keluar jendela sebelum tawanya meledak karena tangan jahil suaminya mulai bergerilya di pinggang rampingnya.
"Hahahaha.. Geli Mas! Ampun!" Prilly sangat sensitif jika disentuh diarea pinggang sedangkan Ali begitu bersemangat menggelitiki istrinya yang menjerit-jerit meminta ampun.
"Aduh mau pipis aku Mas! Hahahaha!"
Ali tak juga berhenti keduanya terlihat seperti bocah yang sedang bercanda tanpa menghiraukan Keenan yang tiba-tiba merasa gerah berada satu mobil dengan pengantin baru ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
Storie d'amoreSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...