Julia dan Thalia terlihat tak sabar menunggu kepulangan Ali dan Prilly dari rumah sakit. Kedua wanita kesayangan Ali itu terlihat gelisah pasalnya selama tinggal bersama mereka Prilly tidak pernah sakit apalagi sampai harus dipapah seperti tadi oleh Ali."Mbak Prilly kenapa ya Mi?" Tanya Thalia yang tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Semenjak kejadian di mana Prilly membela dirinya yang kepergok berciuman dengan Keenan hubungan keduanya semakin dekat meskipun tak jarang jika bertemu Thalia masih sering memasang wajah juteknya begitupun dengan Prilly yang terlihat acuh bahkan nyaris tak peduli dengan Adik iparnya itu.
Padahal di dalam hati keduanya saling menyayangi hanya saja mereka enggan sekali memperlihatkannya terutama Thalia.
"Mami juga nggak tahu Dek tapi menurut Mami kayaknya Mbak kamu hamil deh."
"Hah? Mami tahu dari mana?" Thalia jelas kaget dengan pernyataan Ibunya meskipun ia berharap jika apa yang Ibunya perkirakan benar adanya.
Wah, Thalia benar-benar berharap bisa menggendong keponakannya tahun ini. Kayaknya seru sekali jika rumah mereka dipenuhi dengan tangisan bayi.
"Wajah Mbak kamu pucat terus kata Mas kamu sekarang Prilly jadi super sensitif bahkan beberapa waktu lalu Mbak kamu sempat muntahin suaminya loh." Terang Julia yang membuat mata Thalia berbinar. "Semoga aja benar ya Mi. Thalia kepengen banget punya keponakan."
"Iya Sayang, Mami juga udah nggak sabar pengen gendong cucu." Julia tersenyum lebar. Ia benar-benar beruntung dan bersyukur karena Tuhan mengirimkan sosok baik seperti menantunya yang membawa begitu banyak perubahan di kehidupan mereka terutama putra sulungnya.
Dalam rentan waktu yang cukup singkat, Prilly berhasil membujuk suaminya untuk terapi sampai akhirnya Ali bisa kembali berjalan bahkan sekarang putranya sudah kembali mengambil alih perusahaan.
Benar, Julia sudah pensiun semenjak Ali kembali bangkit dan meninggalkan masa lalu suramnya. Kini perusahaan sepenuhnya ada ditangan Ali juga Abimanyu yang masih menempati posisi penting di sana.
"Itu kayaknya suara mobil Mas Ali deh Mi, ayo kita keluar!" Julia terkekeh geli melihat si bungsu yang sudah berlari menuju pintu utama rumah mereka. Sepertinya Thalia benar-benar sudah tidak sabar bertemu dengan Kakak iparnya.
Namun langkah Thalia terhenti saat melihat Mas Ali-nya turun dari mobil dengan wajah merah padam bahkan pria itu dengan sengaja membanting pintu mobilnya hingga berdentum keras sebagai bentuk pelampiasan dari emosinya.
Thalia juga melihat wajah sembab Kakak iparnya sepertinya pasangan suami itu baru saja bertengkar hebat.
Prilly menundukkan kepalanya ketika melangkah menyusul suaminya yang sudah terlebih dahulu berjalan meninggalkan dirinya. Prilly terlihat tidak baik-baik saja, kepalanya tiba-tiba terasa begitu pusing bahkan tubuhnya nyaris limbung jika ia tidak segera berpegangan pada pilar teras rumah mertuanya.
"Mbak Prilly!" jeritan Thalia membuat Ali yang nyaris memasuki rumahnya menoleh dan terkejut saat melihat tubuh istrinya tiba-tiba merosot ke lantai.
"Prilly! Ya Tuhan anakku!" Julia juga ikut berlari menghampiri menantunya yang sudah memejamkan mata. Prilly sudah berada dalam pangkuan Thalia ketika Ali datang dan menggendong tubuh lemah istrinya.
Prilly benar-benar kehilangan kesadarannya sesaat setelah berada dalam gendongan suaminya dan penyesalan sontak menggerogoti Ali yang mengabaikan istrinya karena perdebatan mereka disepanjang jalan pulang.
"Bawa ke kamar cepat! Thalia telpon Dokter Nak!" Julia berjalan menyusul Ali yang berlari menuju lift sedangkan Thalia berbelok menuju ruang tengah dimana ponselnya ia letakkan tadi.
Seluruh keluarga Sadewa tampak kalut bahkan Thalia sampai tidak sadar jika air matanya sudah menetes. Ia takut, jika dirinya akan kembali kehilangan seseorang yang ia sayangi.
Sudah cukup Amara meskipun wanita itu pergi karena ketidaksetiaannya tapi tetap saja Thalia merasa sangat kehilangan dan sekarang ketika ia kembali menyayangi Prilly, Thalia tidak ingin Prilly juga pergi meninggalkan dirinya.
"Lindungi Mbak Prilly ya Tuhan, Thalia mohon..." Ibanya sambil menempelkan ponselnya di telinga sebelah menekan panggilan untuk menghubungi Dokter keluarganya.
***
"Darimana kamu?"
Amara sontak menghentikan langkahnya saat mendengar suara berat seorang pria blasteran yang menatap tajam kearahnya.
"Bukan urusan kamu!" Jawab Amara ketus.
Laki-laki yang sedang menatap tajam kearahnya itu adalah suaminya. Jacob Kennedy, pria berdarah Indo-Prancis yang dinikahi Amara beberapa tahun lalu tepatnya setelah Ali dinyatakan lumpuh.
Amara memejamkan matanya saat bayangan wajah tampan Ali kembali terlintas di benaknya. Pria itu sudah kembali menjalani hidup normalnya bahkan Ali kembali menjadi pemimpin diperusahaan keluarganya.
Amara benar-benar menyesal meninggalkan Ali hanya demi pria ringan tangan seperti Jacob ini.
Amara seketika memasang wajah waspada saat Jacob beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri dirinya. Jacob memang memiliki kekayaan yang tak jauh berbeda dengan Ali hanya saja yang membuat Amara muak dengan pria ini adalah sifat ringan tangannya.
Jacob akan dengan mudah melayangkan tamparan bahkan pukulan jika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginannya.
"Kamu pikir aku tidak tahu apa tujuanmu kembali ke Indonesia? Kamu ingin kembali ke pelukan mantan tunanganmu yang cacat itukan?" Ejek Jacob dengan suara beratnya yang dulu pernah membuat Amara jatuh cinta bahkan sampai meninggalkan Ali yang memperlakukan dirinya layaknya ratu hanya demi pria yang nyaris setiap saat melayangkan pukulan pada tubuhnya.
Amara memundurkan langkahnya saat Jacob semakin mendekati dirinya. "Pergi dari sini kamu Jac! Aku benar-benar ingin pernikahan sialan ini berakhir! Tolong ceraikan aku!!"
Plak!
Bugh!
Amara memejamkan matanya saat Jacob melayangkan tamparan di ikuti dengan tubuhnya yang di dorong hingga menabrak dinding di belakangnya. Amara merasakan sakit pada tulang punggungnya begitu juga pipi kanannya yang terasa perih.
"Kamu pikir aku akan menceraikan kamu Amara? Tidak akan! Aku tidak akan pernah menceraikan kamu!" Teriak Jacob sebelum kembali melayangkan pukulan pada tubuh Amara hingga wanita itu meringkuk di lantai sampai berteriak meminta pertolongan.
Namun sayangnya tidak ada yang menolong dirinya sampai akhirnya Jacob merasa lelah lalu berbalik meninggalkan Amara yang terkapar. Wajahnya babak belur juga bagian tubuhnya terutama bagian perut terasa sangat menyakitkan.
Namun sekuat tenaga Amara berusaha untuk bangkit ia harus segera meninggalkan apartemen ini sebelum dirinya benar-benar mati di tangan laki-laki keparat itu.
Dengan tertatih-tatih Amara keluar dari apartemen dan tujuannya hanya satu kediaman Ali, hanya keluarga itu yang bisa melindungi dirinya dari ancaman suaminya.
Apapun akan ia lakukan untuk terbebas dari pria jahat yang berstatus suaminya itu.
*****
Update lagi nggak pas hari aku tanpa komenan kalian seriuss, biasanya mood aku langsung bagus kalau baca komenan kalian nih sepi banget.. :(
Yang mau po cerita ini masih bisa yaa langsung list nama ke wa 081321817808 khusus hari ini aku bakalan kasih promo 3 pdf 120k termasuk PO slot hanya untuk 5 orang. Jangan sampai ke lewat yaa..

KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
RomanceSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...