Bab 25

2.3K 306 10
                                    


Setelah seharian disibukkan dengan rangkaian acara pernikahan mereka dimulai dari akad lalu resepsi yang diadakan kecil-kecilan di kediaman Sadewa yang dihadiri nyaris 5000 tamu undangan kini Prilly bisa menghembuskan nafas lega.

Ia dan Ali dipaksa menempati kamar pengantin mereka untuk beristirahat sebelum besok mereka akan terbang ke sebuah negara yang ada di benua Eropa.

"Saya tidak akan kemana-mana besok!" Kata Ali begitu memasuki kamarnya yang kini sudah disulap menjadi kamar pengantin.

Ali mendesah kesal saat melihat ranjang miliknya sudah dipenuhi dengan taburan bunga mawar juga lilin-lilin kecil yang mengelilingi ranjang kesayangannya itu.

Sedangkan Prilly sama sekali tidak terlihat perduli meskipun jauh didalam lubuk hatinya ia terus memuji keindahan didalam kamar ini.

"Dengar nggak kamu?"

"Kenapa sih Mas? Kamu nggak capek apa marah-marah terus hm? Aku aja yang denger capek loh Mas." Prilly melirik suaminya sekilas sebelum merebahkan tubuhnya diatas ranjang tanpa menghiraukan tatapan tak suka suaminya.

"Saya tidak akan mengajakmu bulan mad--"

"Iya-iya nggak apa-apa lagian aku juga nggak minat ke Eropa mending duitnya kamu cairin aja terus kamu kasih ke aku." Jawab Prilly asal dengan mata setengah terpejam. "Sekarang aku pengangguran Mas jadi sebisa mungkin harus mencari celah supaya ada pemasukan." Lanjutnya lagi.

Ali menekan tombol kursi rodanya mendekati ranjang untuk melihat wajah istrinya. "Saya akan menanggung semua biaya hidup kamu!"

"Harus! Kan itu sudah menjadi kewajiban kamu sebagai suami Mas." Ujar Prilly dengan suara terdengar melemah sepertinya sebentar lagi gadis itu akan tertidur.

"Bangun mandi dan ganti baju kamu setelah itu baru tidur!" Prilly membuka matanya menatap sang suami. "Ternyata diam-diam kamu perhatian juga ya Mas?" Godanya yang membuat dengusan dari mulut Ali terdengar.

"Saya cuma nggak suka sama manusia jorok! Apalagi berbagi ranjang dengannya." Ujar Ali sebelum berbalik meninggalkan istrinya yang bersiul menggoda dirinya.

Ali menghilang di balik pintu kamar mereka entah kemana pria itu. Prilly kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia benar-benar lelah sekali hari ini.

Tidak hanya fisiknya tetapi batinnya juga terlebih ketika ia mulai memikirkan hari-hari yang akan ia jalani bersama suaminya karena mulai malam ini ia akan menetap di kediaman suaminya.

Prilly sendiri tidak terlalu ambil pusing perihal adik bungsu suaminya yang terus menatapnya tajam entah kenapa Prilly yakin cepat atau lambat Thalia akan menyayangi dirinya.

Gadis itu sebenarnya baik hanya saja pembawaan dirinya yang judes dan tempramen membuat orang-orang malas berdekatan dengan bungsu Sadewa itu.

Kalau Abi, Prilly sangat menyukai kepribadian Adik iparnya yang satu itu. Abi memiliki kepribadian yang hangat dan menyenangkan yang selalu menebarkan aura positif bagi orang-orang disekitarnya.

Jauh berbeda dengan suaminya, aura yang ia keluarkan suram terus alih-alih positif seperti Abi.

Dosa Prilly! Ingat si aura suram itu adalah suamimu.

Bodo amat!

Prilly segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya yang benar-benar terasa remuk hari ini.

Ah, ternyata pernikahan tak seindah yang ia bayangkan selama ini.

***

"Kak!"

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang