Bab 19

2.1K 289 14
                                    


"Jangan senang dulu saya hanya melindungi martabat Ibu saya yang dilecehkan oleh keluargamu yang tidak tahu diri itu."

Prilly menolehkan kepalanya setelah pria tampan yang duduk disampingnya berbisik tegas di telinganya.

Prilly tak membalas perkataan Ali ia lebih memilih menatap ke sekeliling dimana orang-orang yang hadir di sana sedang memperhatikan mereka terutama Lisa dan Amelia.

"Nggak apa-apa deh aku ditolak lagian aku juga nggak mau punya suami cacat kayak Tuan Ali." Celetuk Amelia yang sontak membuat suasana dimeja makan itu kembali berubah tegang.

Lisa menatap putrinya dengan tatapan tak percaya lalu beralih menatap Sapto yang juga sama terkejutnya dengan dirinya.

Julia, Abi serta Thalia serempak menoleh kearah Ali yang terlihat begitu tenang menyantap makan malamnya namun mereka bisa melihat rahang Ali yang menegang kaku.

"Lo ngomong apa sih Amelia?" Tegur Prilly sambil melirik sekilas kearah Ali. Ia memang tidak menyukai sifat sombong pria ini tapi entah kenapa ia merasa tak terima ketika Amelia menghina fisik pria ini.

Ali tidak meminta kondisinya seperti ini. Semua orang ingin memiliki fisik yang sempurna tapi jika Tuhan sudah berkehendak kita bisa apa?

"Jangan sok hebat lo depan gue! Lo ngerasa hebat karena dipilih sama pria cacat ini?"

Byur!

Amelia memejamkan matanya sebelum teriakan kesakitannya terdengar setelah Thalia menyiram wajahnya dengan semangkuk kuah kari.

Sapto dan Lisa langsung menolong putrinya sedangkan Julia berteriak memanggil pelayan meminta mereka membawakan air untuk mencuci wajah Amelia yang memerah selain panas kuah itu juga pedas.

Keenan yang melihat kebar-baran putri bungsu Bosnya hanya mampu menggelengkan kepalanya. Thalia ini memang luar biasa.

"Sekali lagi lo ngehina Kakak gue bukan cuma kuah kari yang gue siram ke wajah lo yang sok cantik itu tapi minyak tanah biar sekalian gue bakar tubuh lo yang penuh dosa itu. Sok cantik banget jadi perempuan cantik kagak kampungan iya!" Thalia begitu lancar mengeluarkan kata-kata penuh penghinaan terhadap Amelia yang sudah menangis sesenggukan.

Abi menatap Keenan lalu mengerakkan dagunya meminta orang kepercayaan Ibunya itu untuk segera membawa Thalia menyingkir dari sana. Takut-takut tidak hanya Amel yang ia siram bisa saja Lisa dan Sapto menjadi korban berikutnya.

Keenan segera melaksanakan perintah Abimanyu ia beranjak mendekati Thalia lalu menarik Thalia untuk menjauh dari sana. Thalia menatap genggaman tangan Keenan yang merengkuh hangat jemarinya tanpa perlawanan Thalia mengikuti langkah Keenan.

"Maaf untuk ketidaknyamanan ini Bu Julia. Saya benar-benar minta maaf atas kekacauan yang putri saya lakukan." Sapto rasanya sudah tidak punya muka lagi dihadapan Bosnya karena ulah putri tirinya.

Julia memaksakan senyumannya sejujurnya ia sakit hati atas penghinaan terhadap putranya namun ia berusaha tenang dan tetap bersikap hangat pada keluarga Sapto.

Prilly juga tak kalah segan berkali-kali gadis itu menatap pria disampingnya yang terlihat tenang menghabiskan makan malamnya. Tidak ada yang tahu apa yang sedang pria itu pikirkan sekarang, wajah tampannya terlihat tenang dan tak terbaca sama sekali.

Lisa akhirnya selesai membersihkan wajah putrinya meskipun sudah dibersihkan dengan air dingin Amelia masih merasakan perih di sekitaran wajahnya terutama bagian matanya.

"Dan Pak Sapto saya masih pada rencana awal tentang perjodohan putra saya dengan putri kandung Bapak." Julia sengaja menekankan kata kandung seolah-olah menyiratkan keberadaan Lisa dan putrinya sama sekali tidak dibutuhkan.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang