Tok!Tok!
Prilly mengetuk pintu rumahnya beberapa kali namun pintu papan berwarna coklat tua itu tak kunjung terbuka.
"Kenapa kamu nggak langsung masuk saja?" Tanya Ali mendongak menatap istrinya yang juga menunduk kearahnya. "Nggak sopan Mas." Jawab Prilly yang terdengar aneh ditelinga Ali.
Bukankah ini rumah orang tua istrinya yang berarti Prilly punya hak untuk keluar masuk dari rumah ini bukan?
"Eh kamu udah datang.." Ekspresi wajah Lisa sontak berubah saat melihat Prilly datang bersama suami kayanya. "Mau sekalian pamer sama kita kalau hidup kamu sekarang udah enak iya?!" Lisa menatap benci kearah Prilly yang dandanannya sudah berubah semenjak menikahi Ali.
Prilly tak lagi menggunakan jeans lusuh atau baju-baju bekas Amelia sekarang Prilly sudah menjadi seorang Nyonya jelas tas yang di jinjing oleh Prilly saat ini harganya setara dengan rumah yang mereka tempati.
Prilly sendiri tak ambil pusing perihal sindiran Ibu tirinya, ia lebih memilih mendorong kursi roda suaminya untuk memasuki rumahnya. Sebenarnya rumah yang Lisa tempati adalah milik almarhumah Ibunya.
Nyaris semua yang dimiliki oleh Sapto sebelumnya adalah milik almarhumah istri pertamanya namun setelah wanita itu pergi untuk selama-lamanya, Sapto-lah yang menguasai semuanya namun ia hanya sebatas menguasai tak dapat memiliki karena berdasarkan surat wasiat yang sempat istrinya tuliskan menjelaskan jika seluruh harta benda miliknya semasa hidup sepenuhnya menjadi hak putri semata wayangnya sehingga Sapto tidak bisa berbuat apa-apa selain meminta atau mungkin memaksa Prilly untuk menjual sebagian harta milik Ibunya demi kelangsungan putri tirinya.
"Kami datang karena Ayah tadi nelpon aku Ma." Jawab Prilly sambil mendorong kursi roda suaminya memasuki kediamannya.
Ali terlihat canggung meskipun ekspresi wajah pria itu tetap datar terkesan tidak tersentuh.
Lisa tampak mendengus mengikuti langkah anak tirinya dari belakang dengan pandangan menghunus tajam. Jika tatapannya bisa melukai mungkin Prilly sudah bersimbah darah sekarang.
Amelia menghampiri Ibunya keduanya sama-sama terlihat sangat membenci kedatangan Prilly dan suami cacatnya.
"Untung bukan aku yang dipilih sama Nyonya Julia ya Ma kalau nggak Mama pasti akan malu sekali mempunyai menantu cacat seperti itu." Bisik Amelia yang diangguki oleh Lisa.
"Benar Sayang nggak sudi Mama punya menantu cacat seperti itu!" Lisa menjawab sambil menyeret lengan putrinya. "Hari ini juga Mama akan paksa Ayah kamu untuk mendapatkan persetujuan anak sialan itu supaya kamu bisa kuliah secepatnya." Ujar Lisa yang membuat senyuman Amelia mengembang lebar.
'Tunggu sebentar lagi ya Sayang setelah uangnya aku dapatkan kita akan hidup bahagia.'
"Selamat datang di kediaman kami yang sederhana ini Tuan Ali.."
"Ali saja Pak saya bukan lagi Bos Bapak melainkan menantu." Sahut Ali dengan senyuman tipisnya.
Prilly cukup terkesima dengan sikap suaminya yang biasanya kaku kurang ajar kini terlihat lebih manusiawi ketika berhadapan dengan Ayahnya. Dan perasaan Prilly menghangat karenanya.
Sapto terlihat salah tingkah bagaimana mungkin ia bisa memanggil Bosnya tanpa embel-embel Tuan atau sejenisnya.
Sapto tidak bisa bersikap seakrab itu dengan Ali entah karena belum terbiasa atau mungkin pria tua merasa terintimidasi dengan tatapan menantunya yang layaknya elang ingin menerkam mangsa.
Mengerikan.
"Ya sudah kalau gitu kami ke kamar dulu ya Yah, Mas Ali harus istirahat." Prilly mendorong kursi roda suaminya menuju ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
RomanceSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...