"Mbak Amara?""Oh hai Thalia Sayang.."
Thalia masih membeku menatap wanita berparas cantik yang sedang tersenyum manis kearahnya. Thalia masih belum percaya jika wanita yang berdiri dihadapannya saat ini adalah mantan tunangan Kakaknya.
Amara masih sama cantiknya dengan yang terakhir kali ia ingat. Hanya rambut wanita itu terlihat lebih panjang dan warnanya juga sudah berubah.
Thalia sama sekali tidak menyangka jika nomor asing yang menghubungi dirinya benar-benar Amara. Thalia mengira itu hanya nomor iseng yang mengaku-ngaku sehingga Thalia meminta si penelepon tersebut untuk mendatangi kampusnya.
Dan sekarang apa yang harus ia lakukan? Thalia memang masih mengharapkan Amara namun ia tidak bisa memungkiri jika dirinya sudah mulai nyaman dan menerima kehadiran Prilly di kehidupannya sebagai Kakak iparnya.
Tidak ada yang salah dengan Prilly selain kasta mereka yang berbeda. Thalia sendiri sudah tidak terlalu ambil pusing perihal kasta toh ia sendiri mencintai laki-laki yang berbeda kasta dengannya.
"Kamu nggak mau peluk Mbak? Thalia nggak kangen sama Mbak?" Amara merentangkan kedua tangannya bersiap menyambut Thalia yang kini sudah menjadi seorang mahasiswi. Ternyata ia menyadari jika dirinya lumayan lama sekali meninggalkan mereka, orang-orang yang sudah menganggap dirinya sebagai keluarga.
Thalia bergeming tatapannya masih terfokus pada Amara yang mulai merasa jengah karena Thalia tak kunjung berlari memeluk dirinya.
"Kenapa Mbak kembali di saat Mas Ali sudah bahagia dengan Mbak Prilly?" Tanya Thalia dengan suara lirihnya.
"Oh namanya Prilly. Jadi benar Mas kamu menikahi perempuan dari kelas rendahan?" Tanya Amara dengan senyuman manis yang entah kenapa terlihat mengejek dimata Thalia.
Dan Thalia sangat membenci siapapun yang mengejek Kakaknya!
"Memangnya apa beda dengan Mbak Amara bukankah Mbak Amara juga dari kalangan rendahan sebelum Mas Ali mungut Mbak dan dijadikan ratu di hatinya namun sayangnya Mbak justru mencampakkan pria yang sudah berbaik hati menaikkan derajat Mbak!" Thalia dan mulut pedasnya benar-benar membuat Amara muak namun ia tidak mungkin membalas perkataan pedas Thalia dengan perkataan pedas pula bisa-bisa rencananya kacau.
"Mbak nggak mencampakkan Mas kamu waktu itu Mbak hanya shock dan--"
"Bullshit! Mbak nggak shock bahkan Mbak terlihat waras ketika meninggalkan Mas Ali dan memilih pria lain kala itu. Lalu sekarang kenapa Mbak kembali hm? Atau jangan-jangan Mbak sudah dicampakkan oleh pria pilihan Mbak itu? Karma is real huh?" Ejek Thalia yang membuat senyuman di wajah Amara sontak menghilang.
"Aku sudah tahu maksud Mbak menghubungiku Mbak berniat kembali ke kehidupan Mas Ali melalui aku kan?" Ternyata waktu merubah segalanya termasuk kasih sayang Thalia pada mantan calon Kakak iparnya.
"Sayangnya aku bukan lagi gadis bodoh yang mau-mau saja memohon pada Mas Ali supaya menjadikan Mbak bagian keluarga kami secepatnya dulu. Andai aku tahu Mbak Amara memiliki hati sebusuk itu sampai matipun aku tidak akan membiarkan Mas Ali jatuh hati pada Mbak Amara." Thalia benar-benar menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan uneg-unegnya pada Amara.
"Satu lagi Mbak buang jauh-jauh pikiran Mbak untuk kembali bersama Mas Ali dan berharap menjadi bagian dari keluarga kami karena posisi itu kini sudah ditempati oleh wanita yang benar-benar layak untuk menjadi pendamping Mas Ali dan menantu kesayangan keluarga Sadewa." Setelah mengatakan hal itu Thalia segera berbalik dan kembali ke kampusnya.
Thalia berusaha berjalan tegak ia tak boleh goyah meskipun kedua lututnya seperti melemah namun Thalia tetap memaksakan dirinya. Jujur, Thalia takut ia takut jika kehadiran Amara kembali membawa kehancuran pada Mas Ali-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
RomanceSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...