Bab 8

1.8K 248 13
                                    


Prilly segera berbalik dan matanya sontak bertemu dengan mata bersorot tajam namun begitu kelam seorang pria tampan namun sayangnya menempati kursi roda.

Prilly akui pria ini memiliki garis wajah yang bisa dikatakan nyaris sempurna meskipun memiliki kekurangan fisik namun ketampanan pria ini benar-benar membuat para wanita menjerit karenanya.

"Kenapa Anda cabul sekali?"

Mata Prilly sontak melebar setelah dikatakan kotor sekarang ia di bilang cabul? Fitnah macam apa ini?

"Dengar ya Pak Tua--"

"Pak Tua? Berani sekali gadis miskin sepertimu menyebutku tua!" Marah pria itu yang sama sekali tidak membuat Prilly takut.

"Terus kenapa kalau saya miskin hm? Situ merasa hebat karena lebih kaya dari saya iya?" Ejek Prilly dengan wajah songongnya. "Kaya pun saya yakin itu bukan hasil kerja keras anak palingan juga Anda numpang hidup pada orang tua Anda." Balas Prilly yang membuat si pria berkursi roda mengepalkan kedua tangannya.

Seumur hidupnya baru kali ini Ali dihina seperti ini. Siapa wanita gila ini yang berani-beraninya menghina dirinya?

"Pergi dari rumah saya!"

"Saya juga tidak akan menginjakkan kaki saya disini kalau bukan melaksanakan tugas saya." Balas Prilly cepat.

"Siapa diantara penghuni rumah ini yang memesan beberapa dus minuman kale--"

"Saya! Bawa kesini dan ambil uangnya lalu pergi! Saya muak liat wajah jelek Anda."

Prilly sontak membulatkan matanya seandainya saja ia tidak mengingat pekerjaannya mungkin sudah ia maki habis-habisan pria tua ini.

"Sabar Prilly sabar orang sabar pantatnya lebar." Kata Prilly sambil mengusap-usap dadanya.

"Cepat ambil pesanan saya!"

"Iya-iya. Sabar kenapa sih? Makin tua tau rasa!" Dumel Prilly sambil melangkah menuju sepeda motornya untuk mengambil pesanan pria ini.

"Pantas saja pria itu sekali memesan makanan sampai berdus-dus ternyata orang kaya." Ujar Prilly sambil mempercepat langkahnya.

Ali menunggu di taman sampai wanita gila pengantar barang itu kembali dengan membawa beberapa dus pesanannya. Lebih kurang 8 dus pesanan Ali kini sudah tertumpu di hadapannya.

Prilly terlihat kelelahan bahkan tetesan keringat di keningnya beberapa kali ia usap namun kembali terlihat. Teryata pekerjaan seperti ini berat juga, pikirnya.

"Mbak tolong buatin saya jus--" Teriakan seorang gadis terhenti saat matanya bertemu dengan mata bening perempuan yang pernah menamparnya tempo hari.

Prilly dan Thalia saling bertatapan. "Wanita jalang ngapain lo ke rumah gue hah?!" Maki Thalia yang mengejutkan Ali.

"Thalia apa yang kamu lakukan?" Ali sangat membenci perempuan-perempuan bermulut kotor meskipun perempuan itu adalah Adiknya.

Thalia sama sekali tidak menghiraukan teguran Kakaknya ia terus melangkahkan kakinya memasuki area taman tepatnya menghampiri Prilly yang masih berdiri tegak seolah menyambut gadis tempramen yang beberapa hari lalu pernah terlibat insiden dengannya.

Ah, ternyata rumah ini adalah milik Nyonya baik hati itu.

Plak!

Wajah Prilly sontak terlempar ke samping setelah Thalia menamparnya. Ali benar-benar terkejut dengan tindakan Adiknya namun ia lebih terkejut ketika gadis pengantar barang itu membalas tamparan Adiknya dengan tak kalah keras.

"Ternyata tamparan saya dan Ibu kamu tempo hari tak cukup untuk mengajari mulutmu yang kurang ajar itu." Desis Prilly menatap Thalia yang memegang pipinya.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang