Bab 20

2.3K 299 11
                                    


Keesokan harinya..

Ali baru saja keluar dari kamarnya berniat menuju ruang makan untuk sarapan namun moodnya terlebih dahulu kacau karena kehadiran sang Adik laki-laki.

"Ciee.. Yang mau kewong.." Ejek Abi dengan mata berkedip-kedip genit.

Ali mendengus pelan menatap Adiknya dengan tatapan tajam. "Minggir lo!" Perintah Ali yang tentu saja tidak dihiraukan oleh sang Adik.

Abi sudah terlihat rapi dengan stelan kerjanya berdiri tegak dihadapan sang Kakak. "Gue nggak nyangka ternyata diam-diam lo ada hati juga sama Pril--maksud gue Mbak Prilly." Kembali Abimanyu menggoda sang Kakak.

Ali memicing tajam menatap Adiknya. "Bukan urusan lo!"

"Jelas urusan gue kan lo Abang gue terus bentar lagi Mbak Prilly jadi Kakak ipar gue bagain mananya yang nggak menjadi urusan gue coba?" Abimanyu semakin menjadi-jadi saja.

"Dan satu lagi lo harus secepatnya terapi Mas supaya lo bisa ambil alih perusahaan lagi gue bosan harus berhadapan dengan kertas-kertas setiap hari Mas." Kali ini Ali yang mendengus mendengar keluh kesah Adiknya.

Tadi saja sok-sokan ngata-ngatain Kakaknya sekarang Abi justru mengadu alias curhat sama sang Kakak. Dasar Abi!

"Minggir gue mau ke bawah!"

"Ayo gue bantuin." Dengan baik hati Abi mendorong kursi roda Kakaknya dan Ali membiarkannya saja.

Jika dilarang pun Abi akan tetap melakukannya jadi biarkan saja pemuda ini melakukan apa yang dia inginkan.

Ali memilih diam membiarkan Abi berceloteh panjang bahkan didalam lift sekalipun laki-laki berperawakan tinggi tak jauh seperti Ali itu terus bercerocos.

Ting!

Suara dentingan lift terdengar diikuti pintu besi itu terbuka. Abi kembali mendorong kursi roda Kakaknya menuju ruang makan.

"Gue baru sadar kalau ternyata rumah Nyonya Julia seluas ini." Celetuknya yang membuat Ali memutar bola matanya. "Dan Nyonya Julia adalah Ibu kandung lo monyet!"

"Lah monyet kalau gue monyet berati duluan lo dong yang jadi monyet kan lo anak pertama Nyonya Julia. Eh berati Nyonya Julia gue mony---"

"Selamat pagi kesayangan-kesayangan Mami.."

Abi dan Ali sontak menoleh menatap sang Ibu yang pagi ini terlihat sangat segar dan ceria.

"Pagi juga Mamiku sayang.." Balas Abi dengan gayanya yang begitu centil yang membuat perut Ali mendadak mual.

Dengan manja Abi berjalan menghampiri Ibunya lalu memeluk perempuan kecintaannya itu. Tanpa malu Abi mengecup wajah Ibunya hingga membuat Julia terkekeh karena geli.

Tak lama Thalia ikut bergabung ia turun melalui tangga tak menggunakan lift karena sebenarnya lift dirumah ini dibuatkan khusus untuk Ali.

"Menjijikkan!" Ucapnya sambil berjalan melewati Abimanyu yang sedang bermanja dengan Ibunya.

"Pagi Mas.." Sapanya pada Ali yang dibalas dengan senyuman hangat Kakak pertamanya.

"Pagi Dek.."

Kini mereka semua sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi bersama. Thalia terlihat seperti tidak bersemangat menjalani hari-harinya penyebabnya apalagi selain penolakan Keenan yang semalam kembali pria itu lakukan.

"Maaf Nona saya bukan laki-laki yang pantas untuk Anda cintai. Bukankah Anda sangat memuja kedudukan? Jika calon istri Tuan Ali bisa Anda benci karena kedudukannya yang tidak setara dengan keluarga Anda lalu bagaimana dengan saya?"

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang