Bab 35

2.7K 364 59
                                    


Satu minggu sudah berlalu semenjak Ali dan Prilly bersitegang perihal sikap dan perkataan Ali yang begitu melukai hati Prilly. Keduanya masih terlibat perang dingin terutama Prilly wanita itu sama sekali tidak ingin berada didekat suaminya apalagi sampai satu ruangan.

Bahkan Prilly sudah mengungsi ke kamar tamu atas izin Julia yang sedikit banyak sudah tahu perihal sikap putranya pada menantu kesayangannya sehingga ia membebaskan Prilly melakukan apapun demi mengobati luka dihatinya.

Namun sayangnya Ali tak sependapat dengan Ibunya, ia tak merasa menyakiti istrinya ia hanya menegaskan supaya Prilly tahu posisinya dan tidak bersikap kekanak-kanakkan seperti tempo hari.

Ali dan segala keegoisannya.

Prilly tak lagi ambil pusing ia juga tak terlihat perduli dengan apa yang suaminya lakukan termasuk ketika Ali terjatuh setelah nyaris satu jam melakukan terapinya. Prilly tak lagi perduli sehingga ketika Ali terjatuh alih-alih cemas seperti kemarin-kemarin gadis itu justru terlihat biasa saja.

Dokter dan perawat yang menemani Ali juga merasa ada yang aneh dengan pasangan yang dikenal mesra ini. Siapa lagi coba yang berani berciuman dengan mesra di ruang terapi ini selain Ali dan Prilly.

Biasanya Prilly juga terlihat sangat antusias ketika melihat suaminya berjalan bahkan Prilly akan sangat cemas jika Ali terjatuh ketika sedang belajar tapi hari ini wanita itu terlihat santai memainkan gawainya.

Ekspresi wajahnya juga tak terlihat ramah seperti biasanya. Mereka yakin ada yang tidak beres dengan pasangan ini.

"Jangan dipaksa Pak! Kaki Bapak bisa kenapa-napa kalau Bapak memaksa seperti ini." Ujar salah seorang Perawat yang bertugas menjaga Ali selama melakukan terapi.

Ali mendengus pelan. "Jangan ikut campur urusan saya kamu!" Marah Ali sejujurnya pria itu sedang kesal pada istrinya namun ia jelas tidak bisa melampiaskannya sehingga Perawat inilah yang menjadi sasaran pria itu.

Prilly yang mendengar suara keras Ali menoleh dan mendapati seorang Perawat yang menundukkan kepalanya takut-takut di sebelah Ali. "Maaf Pak saya tidak bermaksud buat ikut campur urusan Bapak. Saya hanya mengingatkan Bap--"

"Diam kamu!"

"Udah Sus biarin aja dia mau ngapain!" Suara tegas Prilly terdengar membuat Ali dan Perawat itu kompak menoleh kearahnya. "Biarin aja dia mau jalan kek, jungkir balik, atau ngapain aja biarin! Suka-suka hati dia aja kan orang egois begitu memang yang penting dirinya perihal orang lain ya bodo amat." Ejek Prilly yang membuat dada Ali membara namun tak satu katapun yang keluar dari mulutnya.

"Masih lama terapinya Sus?" Tanya Prilly pada Perawat yang masih berdiri di dekat Ali.

"Udah Bu hanya saja--"

"Oh berarti udah ya, berarti saya boleh pergi kan? Saya ada urusan." Prilly bisa melihat alis suaminya yang menukik tajam kearahnya.

"Ya Buk tapi--"

"Ya sudah saya titip Tuan Ali ya kalau ada apa-apa hubungi saja orang-orang penting di hape beliau." Kata Prilly menyindir Ali sebelum benar-benar pergi dan meninggalkan suaminya.

Jika pria itu pikir dirinya akan kembali seperti semula dalam hitungan hari maka pria itu salah besar. Prilly tidak akan merubah sikapnya sebelum Ali benar-benar meminta maaf padanya.

Dan lihat saja cepat atau lambat pria itu akan meminta maaf padanya.

***

Prilly berjalan cepat menuju sebuah cafe dimana Lyra sudah menunggu dirinya di sana. Benar, urusan penting yang Prilly maksud adalah bertemu dengan sahabatnya.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang