"Kakak ngapain kesini?" Tanya Thalia saat melihat Keenan menyusul dirinya ke taman belakang.Thalia memang sudah berniat ke kamarnya namun ketika ingin menapaki tangga ia justru membelokkan langkahnya menuju taman belakang.
Dan ternyata Keenan menyusul dirinya, jujur Thalia merasa bahagia dengan kehadiran laki-laki ini meskipun ekspresi bahagianya tak ia tunjukkan.
Ingat Thalia masih dalam misi memberi pelajaran pada pria tua ini.
Keenan tak menghiraukan wajah tak bersahabat Thalia padanya, dengan menebalkan mukanya ia memilih tempat tepat di samping Thalia hingga mengundang kalimat pedas kembali keluar dari mulut gadis itu namun ia tetap tidak perduli.
"Jangan marah-marah kalau ada masalah atau ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu mending cerita sama Kakak. Marah-marah nggak akan menyelesaikan masalah apapun." Kata Keenan lembut sambil mengusap kepala Thalia, ia sedikit lega karena Thalia tak menepis tangannya.
Thalia memangku tatapannya pada Keenan. Ia masih belum percaya jika laki-laki ini akan bersikap seperti ini padanya bukankah selama ini Keenan selalu menjauhi dirinya dengan membangun benteng antara mereka, laki-laki ini selalu bersembunyi dibalik kata Tuan dan Nona yang ia sematkan pada anggota keluarga Sadewa.
"Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan Kak?" Tanya Thalia yang membuat kening Keenan berkerut dalam. "Maksud kamu?" Tanya Keenan tak mengerti.
Thalia menepis tangan Keenan yang bertengger nyaman di kepalanya lalu menggeserkan posisinya membentangkan jarak di antara mereka yang berhasil membuat sudut hati Keenan seperti tercubit.
Ternyata beginilah rasa sakit yang selama ini Thalia rasakan ketika dirinya terus menerus memberi jarak ketika gadis itu ingin menggapai dirinya.
"Jawab dengan jujur sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kamu sampai-sampai kamu mendekatiku seperti ini bukankah selama ini kamu sendiri yang memintaku untuk sadar perbedaan di antara kita? Lalu kenapa disaat aku sudah menyerah kamu malah bersikap seperti ini Kak?!" Thalia mengeluarkan uneg-unegnya pada Keenan. Meskipun ia tak benar-benar berniat menyerah namun tidak ada salahnya ia kembali memberi pelajaran pada pria ini.
Lihat saja wajah sendu Keenan yang benar-benar terlihat lucu di mata Thalia. Sekuat tenaga Thalia memasang wajah garangnya, ia tidak boleh luluh hanya karena tatapan menggemaskan itu! Jika ia luluh sekarang tidak menutup kemungkinan di masa depan Keenan akan kembali menyakiti dirinya.
Sejenak Thalia lupa perihal Amara yang sejak tadi menganggu pikirannya.
"Kakak tahu Kakak salah karena memperlakukan kamu seperti kemarin tapi sekarang Kakak ingin berubah tidak bisakah kamu memberi Kakak kesempatan?" Mohon Keenan sungguh-sungguh.
Tentu saja bisa hanya saja kamu tidak akan semudah itu mendapatkan kesempatan dariku Kak!
"Tidak ada kesempatan apapun untuk Kakak!" Putus Thalia yang sontak membuat wajah tampan Keenan meredup bahkan mata pria itu tampak berkaca-kaca.
Oh My! Sedikit lagi Thalia kamu hanya perlu menahan diri sedikit lagi! Jangan luluh sekarang please jangan sekarang!
"Kakak yang memintaku untuk menjauh kan? Dan sekarang aku sedang mengusahakan hal itu dan lihat aku hampir berhasil jika Kakak tidak bersikap seperti ini." Thalia beranjak dari posisinya diikuti Keenan yang juga ikut berdiri entah karena refleks atau memang pria itu ingin beranjak pergi Thalia tidak tahu.
"Dan rasanya memulai hubungan yang baru dengan Leon bukan ide buruk. Dia pria baik dan---"
Mata Thalia sontak terbelalak saat Keenan tiba-tiba membungkam mulutnya dengan mulut pria itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/304596109-288-k213494.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
RomansaSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...