Bab 16

1.9K 275 15
                                    


Prilly mengerjakan semua pekerjaannya dengan begitu terburu-buru meskipun tidak melakukan kesalahan namun tetap saja tindakan Prilly itu mengundang iba sahabatnya.

Lyra sudah mengetahui perihal Dimas dan Prilly setelah Amar menceritakan semuanya. Amar tidak sengaja melewati sudut toko dimana Prilly dan Dimas terlibat pembicaraan, sejujurnya Amar sudah ingin berbalik namun telinganya tanpa sengaja mendengar ucapan Dimas sehingga ia membatalkan niatnya untuk pergi dan memilih kembali lalu memaki Dimas.

Enak saja pria itu bersikap plin plan setelah membuat baper sahabatnya.

"Pril lo berhenti dulu kalau capek biar gue yang lanjutin!" Kata Lyra yang sama sekali tidak digubris oleh Prilly. Gadis itu terus melampiaskan kekesalan juga kekecewaannya dengan bekerja mati-matian seperti ini bahkan ia sudah melewatkan jam makan siangnya hanya demi membersihkan gudang yang sama sekali bukan tugas dirinya.

"Prilly!"

"Diam Ra! Gue lagi nggak mood sekarang!" Ketus Prilly yang sama sekali tidak membuat Lyra memundurkan langkahnya.

Gadis berwajah imut itu justru beranjak mendekati sahabatnya lalu meraih tangan Prilly dan menyeret sahabatnya keluar dari gudang.

Prilly baru akan mengeluarkan protesnya namun tatapan tajam Lyra sontak membuat mulutnya terkatup. Ia sedang tidak mood beradu mulut dengan sahabatnya ini jadi lebih baik ia mengalah saja lagipula lengannya sudah pegal karena terus dipaksa untuk bekerja.

"Prilly.."

Tak hanya Prilly yang menoleh tapi Lyra juga. Prilly sontak membuang pandangannya saat mengetahui sosok Dimas lah yang memanggil namanya.

"Mau apa lo Mas?" Lyra-lah yang terlebih dahulu menyambut pria itu. "Belum puas lo nyakitin sahabat gue?" Prilly pasrah saja ketika Lyra menyembunyikan tubuh kecilnya dibalik tubuh montoknya.

Prilly memang sedang tidak ingin melihat Dimas, hatinya sudah terlanjur sakit karena pria itu. Tega sekali Dimas mempermainkan perasaannya.

"Ly ini nggak ada urusannya sama lo, gue mau ngomong sama Prilly berdua!" Tegas Dimas yang sama sekali tidak membuat Lyra gentar. "Lo jangan pancing emosi gue Ly! Gue bisa pecah lo sekarang juga!" Ujar Dimas lagi yang kali ini tak hanya membuat Prilly sakit hati melainkan muak. Ternyata Dimas benar-benar tak sebaik yang ia pikirkan selama ini.

"Lo pikir gue takut sama ancaman murahan lo? Pecat gue silahkan tapi setelah itu jangan salahin gue kalau hidup lo bakalan merana." Balas Lyra yang membuat Dimas tertawa tepatnya mengejek Lyra seolah-olah apa yang Lyra katakan hanyalah sebuah lelucon.

"Belum tahu dia siapa gue Pril!" Bisik Lyra pada sahabatnya. Prilly sontak menahan lengan Lyra ketika sahabatnya itu berniat menghubungi seseorang yang Prilly yakini mampu memporak-porandakan kehidupan Dimas dalam hitungan detik.

"Jangan lo ladeni Ra mending kita cabut gue rasa nih laki mulai rasa ke ganggu kejiwaannya." Bisik Prilly sambil melirik kearah Dimas yang benar-benar terlihat berbeda, tak ada lagi sosok Dimas yang ramah dan baik hati.

Dimas berubah menjadi sosok pria mengerikan yang tatapannya saja terlihat begitu menyeramkan. Prilly bersyukur Tuhan masih menyayangi dirinya dengan membuka kedok pria itu lebih awal. Seandainya aja ia benar-benar menjalin hubungan dengan pria ini, Prilly yakin hidupnya jauh akan lebih menderita lagi.

"Pril Mas mau ngomong sama kamu!" Dimas berusaha mencegah kepergian Prilly dengan menahan lengannya namun dengan gesit Prilly menjauhkan dirinya. "Gue nggak ngerasa ada keperluan sama lo Mas. Tolong jangan ganggu gue lagi gue nggak mau berurusan apapun lagi sama lo kecuali pekerjaan." Tolak Prilly dengan tegas yang membuat kedua tangan Dimas terkepal.

Lyra segera menyeret sahabatnya dari sana bisa bahaya jika pria sinting itu bertindak macam-macam di sana, Gudang termasuk tempat sepi dan jarang ada karyawan yang mendatanginya jadi kecil kemungkinan ada yang menolong mereka jika Dimas bertindak gila.

"Mulai sekarang lo harus berhati-hati Pril. Firasat gue nggak enak banget gue takut dia berbuat aneh-aneh sama lo." Peringat Lyra yang diangguki oleh Prilly.

"Udah lewat jam makan siang nih sekarang kita ijin pulang ya takutnya keburu malam." Prilly memang meminta bantuan Lyra untuk mendandaninya nanti malam bukan karena ingin bertemu pria sombong itu jangan salah paham!

Prilly ingin membuktikan pada Ibu dan saudara tirinya jika ia bisa berubah lebih cantik dan mereka pasti menyesal telah menghina dirinya selama ini.

Katakan Prilly jahat! Tapi pembalasan ini belum ada apa-apanya dengan perlakuan mereka selama ini. Prilly tidak dendam ia hanya mulai berontak karena hatinya sudah terlalu lelah semakin ia mengalah semakin harga dirinya diinjak-injak oleh mereka.

"Gue gugup banget dandanin lo sumpah! Apalagi lo bakalan ketemu calon suami." Goda Lyra yang dibalas dengusan oleh Prilly. "Calon suami apaan! Calon Adek ipar iya."

"Ya mana tahu yang dilamar nanti lo bukan adik tiri lo!"

"Nggak mungkin! Ogah juga gue nikah sama laki modelan begitu!"

"Jangan sombong, hari ini bisa lo ngomong gitu siapa tahu besok atau bulan depan lo malah cinta mati sama tuh laki." Balas Lyra yang sontak membuat Prilly mengetukkan kepalanya beberapa kali sambil berkata amit-amit berulang kali.

"Hahaha..."

***

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan malam yang di tunggu-tunggu oleh Lisa dan putrinya telah tiba. Keduanya sudah terlihat rapi dengan makeup yang terlihat begitu mencolok.

"Mas ngerasa makeup kamu terlalu eum.." Sapto terlihat ragu-ragu ketika ingin mengutarakan maksudnya. "Kenapa Mas? Makeup ku wow kan? Kamu pasti terpana dengan kecantikanku malam ini." Ujar Lisa penuh percaya diri.

Amelia terlihat mengacungkan jempolnya pada sang Ibu. Malam ini keduanya terlihat kompak mengenakan gaun dengan model lumayan cantik hanya saja warnanya yang terlalu cerah membuat mata Sapto sakit.

Bayangkan saja Ibu dan anak itu kompak mengenakan gaun dengan warna merah darah yang benar-benar membuat kepala Sapto pusing. Mereka ingin menghadiri makan malam tapi kenapa dandanan istri dan anaknya kampungan seperti ini.

Tidak masalah jika gaunnya berwarna terang itu masih bisa dimaklumi tapi lihat saja wajah istri dan anaknya sudah seperti kena tonjok saja.

Sapto benar-benar pusing plus malu memikirkan bagaimana tanggapan keluarga Bosnya nanti.

"Prilly kemana sih? Pasti gadis itu sedang bersembunyi di suatu tempat karena malu bergabung dengan kita yang sudah cantik paripurna ini benarkan Sayang?" Amelia menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Benar banget Ma. Gimana kalau kita berangkat duluan saja aku takut makeup ku luntur ntar calon suamiku kecewa lagi."

Sapto hanya bisa menghela nafasnya sepertinya anak dan istrinya benar-benar terganggu kewarasannya karena terlalu larut dalam kehaluannya. Sapto belum memberitahu Lisa dan Amelia jika yang diinginkan oleh Nyonya Julia adalah Prilly bukan Amelia.

"Ayok Mas kita duluan saja nanti Prilly biar pergi sendiri." Lisa sontak mengalungkan lengannya pada lengan sang suami lalu menyeret Sapto menuju pintu rumahnya.

Amelia tersenyum lebar sambil mengikuti orang tuanya. "Aku benar-benar nggak sabar ketemu kamu calon suamiku."

*****

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang