Bab 17

1.9K 283 20
                                    


"Mas Mami nyuruh Mas siap-siap sebentar lagi calon istri Mas datang." Ali melirik sinis kearah Adik keduanya sebelum kembali memfokuskan tatapannya pada pemandangan diluar jendela kamarnya.

Sejak tadi pagi laki-laki itu menolak keluar dari kamarnya. Ali sedang melangsungkan aksi protesnya, pria itu menolak keras perjodohan yang Maminya rencanakan ini dan salah satu aksinya adalah menolak keluar dari kamar bahkan Ali mengabaikan makanan-makanan yang diantar ke kamarnya.

"Mas!"

"Tinggalin gue Bi! Gue lagi nggak mau ketemu siapapun termasuk lo!" Sahut Ali tanpa menoleh kearah Adiknya.

Alih-alih meninggalkan Kakaknya seperti perintah Abimanyu justru melangkahkan kakinya memasuki kamar sang Kakak.

"Sampai kapan lo mau kayak gini Mas?" Ali bergeming ia sedang tidak membutuhkan ceramah dari siapapun saat ini yang ia butuhkan adalah seseorang yang mengabari dirinya bahwa perjodohan itu dibatalkan.

Namun sayangnya keinginan Ali itu tidak akan terwujud.

"Lo nggak kasihan liat Mami berjuang mati-matian buat kebahagiaan lo ini Mas? Niat Mami baik walaupun dimata lo caranya salah." Abi benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Kakaknya ini.

"Mau sampai kapan lo nungguin perempuan yang lo sendiri tahu kalau dia nggak akan pernah kembali lagi ke dalam dekapan lo?"

Mata Ali sontak memicing menatap Adiknya. "Jangan ikut campur urusan gue!"

"Jelas gue bakalan terus ikut campur karena gue Adek lo. Gue sayang sama lo dan gue nggak akan biarin lo menghabiskan sisa hidup lo dengan keadaan menyedihkan seperti ini." Balas Abi tanpa memperdulikan tatapan tajam Kakaknya.

"Sekarang gue minta lo siap-siap berhenti bertingkah seolah-olah hidup lo berakhir hanya karena satu perempuan seperti Amara." Kedua tangan Ali mengepal kuat.

"Lo nggak pantas ngomong seperti itu Abi. Gue Kakak lo!"

"Dan kalau lo ngerasa Kakak yang perlu dihormati maka berhenti bersikap pengecut seperti ini. Gue nggak akan biarin lo mempermalukan Mami malam ini Mas! Mami sudah berjuang keras untuk kebahagiaan lo bahkan terkadang mengabaikan keberadaan gue sama Thalia karena terlalu fokus sama lo." Ali terhenyak ia tidak menyangka jika Abi akan berbicara seperti itu padanya.

"Jadi sekarang lo siap-siap sebelum lo ngeliat gue bertindak lebih gila dari ini. Sorry, kalau kata-kata gue nyakitin lo tapi gue bersikap seperti ini karena gue yakin wanita pilihan Mami adalah kebahagiaan lo yang sesungguhnya." Kata Abi sebelum benar-benar berbalik dan meninggalkan Ali yang termenung menatap kepergian Adiknya.

***

Semua sudah siap, Julia juga sudah terlihat cantik dan anggun dengan dress berbahan sifon yang membalut tubuh langsingnya. Meski sudah tidak muda lagi namun Julia sangat menjaga bentuk tubuhnya sehingga tidak heran diusianya yang sekarang ia masih terlihat seperti seorang gadis.

"Kamu belum siap-siap Dek?" Julia menatap putri bungsunya yang masih mengenakan pakaian rumahan padahal jam nyaris menunjukkan pukul 8 malam.

Thalia melirik Ibunya sekilas lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. "Acara ini bukan untukku jadi nggak ada keharusan aku ada disanakan Mi?" Tantang Thalia yang nyaris memancing emosi Ibunya jika saja Keenan tidak terlebih dahulu datang.

"Maaf Bu ada telpon penting dari investor Jerman." Keenan membungkukkan sedikit tubuhnya dihadapan Julia tanpa menatap Thalia yang sejak kehadiran Keenan tidak mengalihkan pandangannya.

"Oh baiklah saya akan segera ke sana Nak." Julia berjalan menuju ruang kerjanya diikuti oleh Keenan yang sempat terhenti langkahnya karena sentuhan Thalia.

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang