Bab 4*

5.9K 421 106
                                    


"Eugh!!"

Ali segera menegakkan tubuhnya saat suara lenguhan istrinya terdengar. Ia bisa melihat mata istrinya bergerak pelan sebelum kedua mata itu benar-benar terbuka.

"Kamu sudah sadar? Apa kamu merasa sakit? Saya panggilkan Dokter lagi ya?" Ali bertanya dengan nada memburu yang membuat kepala Prilly semakin pusing.

"Mending Mas diam aja deh kepalaku makin sakit dengar suara kamu." Ali sontak menutup mulutnya, tidak apa-apa ia terlihat bodoh seperti ini asal istri dan calon anaknya baik-baik saja.

Prilly melepaskan tangannya yang berada dalam genggaman Ali namun terasa sulit karena pria itu justru mengeratkan pegangannya.

"Mas.."

"Kenapa?"

"Tangan kamu ih!" Ali seolah baru sadar. "Maaf." Ucapnya setelah melepaskan tangan Prilly.

Prilly tidak menjawab kepalanya masih terasa pusing perutnya juga terasa tidak enak. "Mual Mas.." Adunya pada suami.

Ali dengan sigap menyentuh lalu mengusap lembut perut istrinya. "Mau muntah?" Tanya Ali yang dibalas gelengan kepala oleh Prilly.

Kedua mata wanita itu kembali terpejam, jujur usapan lembut Ali pada perutnya membuat rasa mualnya sedikit mereda.

"Kamu makan dulu mau? Perut kamu nggak boleh kosong kasihan anak kita." Ujar Ali hati-hati. Ia sudah di wanti-wanti oleh Dokter kandungan yang menangani istrinya supaya lebih memaklumi jika sifat istrinya berubah semakin menyebalkan.

Ia harus extra sabar.

Prilly membuka matanya secara perlahan menatap langsung wajah suaminya yang terlihat begitu tampan. Sebelah tangannya bergerak menyentuh wajah suaminya yang membuat Ali refleks memejamkan matanya.

"Rasanya sekarang memakan kamu terdengar lebih menggoda Mas." Bisik Prilly dengan suara yang tiba-tiba berubah serak.

Ali membuka matanya pria itu tidak berbohong jika saat ini ia juga mulai tergoda untuk 'memakan' istrinya terlebih setelah ia mendengar suara serak istrinya. "Aku mau kamu Mas.." Desah Prilly sambil menarik tangan suaminya yang ada diperut ratanya menuju dadanya yang membusung dibalik bra yang ia kenakan Prilly bisa merasakan jika putingnya mulai mengeras.

Prilly tidak tahu apakah ini murni keinginannya atau bawaan bayi dalam kandungannya yang pasti ia sangat menginginkan suaminya.

"Mas juga ingin berada di dalammu tapi bagaimana dengan.." Mata Ali beralih pada perut istrinya, ia takut jika ia menuruti hawa nafsunya ia justru membahayakan calon anaknya.

Prilly ikut menoleh menatap kearah yang sama dengan suaminya. "Dia kuat aku yakin selama kita berhati-hati ia tidak akan kenapa-napa." Lirih Prilly yang membuat gairah Ali semakin membumbung tinggi.

Tanpa menunggu lama, laki-laki tampan itu segera menundukkan kepalanya meraup bibir pucat istrinya yang ternyata masih mampu membuatnya candu.

Lenguhan serta desahan lirih yang terdengar dari mulut istrinya membuat Ali semakin bersemangat untuk memacu gairah bersama istrinya.

Prilly menahan dada suaminya yang ingin melahap putingnya. "Kamu sudah kunci pintu Mas?" Tanya Prilly dengan suara beratnya. Meskipun sedang dilanda gairah ia tetap meningkatkan kewaspadaannya tidak lucu sekali jika tiba-tiba mertua atau Adik iparnya masuk disaat dirinya sedang digagahi oleh suaminya.

Ali meraup wajahnya kasar sebelum beranjak dari tempatnya menuju pintu kamar lalu menguncinya dengan tergesa-gesa. Ali sudah tidak sabar ingin memuncaki puncak kenikmatan bersama istrinya.

Setelah memastikan pintu terkunci Ali kembali ke ranjang dan di sana ia melihat istrinya sedang menunggu sambil meremas payudaranya sendiri dan hal itu berhasil membangkitkan sisi liar Ali.

Ali membuka seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya sebelum bergabung bersama istrinya yang masih berpakaian meskipun kancing kemejanya sudah dilepaskan.

"Mas harus hati-hati.." Ujar Prilly yang diangguki oleh Ali.

Kini keduanya sudah siap dengan posisi masing-masing, desisan lirih sontak keluar dari mulut Prilly ketika suaminya memasuki dirinya secara perlahan. Meskipun sudah puluhan kali melakukannya rasanya tetap saja perih.

"Kamu mau Mas berhenti?" Tanya Ali meskipun terdengar tidak rela jika Prilly benar-benar memintanya untuk berhenti Ali yakin dirinya akan berakhir dengan bersolo karir di dalam kamar mandi.

"Nggak apa-apa Mas cuma perih kamu lanjut aja." Suara Prilly sudah tidak terdengar seperti biasa, wanita itu berbicara disela suara desahannya yang membuat Ali tersenyum lebar.

Dengan perlahan Ali mulai memacu dirinya dan berikutnya hanya suara desahan dan lenguhan yang tedeng bersahutan di dalam kamar itu.

***

Suasana hati Prilly mulai membaik meskipun rasa khawatir tentang bayinya masih terus bergelayut di dadanya namun ia berusaha mengenyahkan segala pemikiran buruk tentang suaminya. Ia yakin Ali tidak akan menyia-nyiakan anaknya lalu bagaimana dengan dirinya? Akankah Ali menyia-nyiakan dirinya?

"Hei kenapa ngelamun?" Tanya Ali saat melihat istrinya sedang termenung di atas ranjang. Mereka masih menempati kamar tamu dan Ali baru saja selesai membersihkan dirinya.

Prilly menoleh menatap suaminya lalu menggeleng pelan. "Kita ke atas ganti baju ya." Prilly mengangguk setuju. Mereka hanya mengenakan bathrobe yang memang selalu disediakan di setiap kamar mandi yang ada di rumah ini.

Ali berjalan menghampiri istrinya lalu mengusap rambut basah istrinya dengan pelan. "Kita keringin rambut kamu di kamar kita saja ya?" Lagi-lagi Prilly menganggukkan kepalanya.

Entah kenapa ia tiba-tiba merasa malas untuk berbicara padahal saat bercinta dengan suaminya tadi ia begitu manja dalam menyandungkan nama suaminya.

Ali sendiri sudah mengerti dengan perubahan mood istrinya sehingga ia tidak terlalu mempermasalahkannya. Perlahan Ali meraih tangan istrinya lalu menggenggamnya erat.

"Ayok!" Ajaknya yang diikuti Prilly.

Keduanya melangkah keluar dari kamar tamu, sejujurnya Prilly sangat malu dengan penampilan dirinya saat ini. Siapa saja sudah pasti menebak apa yang telah ia lalukan dengan Ali melihat rambut keduanya sama-sama basah.

Prilly merapatkan tubuhnya pada sang suami sebelum tiba-tiba ia mendengar teriakan kencang memanggil suaminya diikuti dengan dorongan yang ia dapatkan sehingga genggaman tangan suaminya terlepas.

Mata Prilly membulat sempurna saat melihat sosok wanita yang berpakaian berantakan memeluk erat tubuh suaminya tepat didepan matanya.

Alis sendiri masih shock dengan apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba Amara datang dan memeluk tubuhnya seperti ini?

"Tolongin aku Mas! Aku takut.. Aku butuh kamu.." Bisik Amara dengan isak tangisnya yang membuat Prilly muak.

Prilly mendengus pelan. "Ck murahan!" Makinya yang membuat Ali terkejut sepertinya pria itu lupa dengan kehadiran dirinya.

Prilly tersenyum kecut menatap suaminya dengan tatapan dingin sebelum beranjak meninggalkan Ali yang masih berada dalam pelukan mantan kekasihnya.

Sekuat tenaga Prilly berusaha melangkahkan kakinya menaiki tangga. Baru saja ia merasa hatinya sedikit tenang karena perlakuan Ali terhadap dirinya dan sekarang masalah kembali datang.

Prilly memasuki kamar lalu mengunci pintunya dari dalam, ia tidak akan membiarkan siapapun menemui dirinya terutama Ali.

Perlahan Prilly menyentuh perut ratanya lalu bergumam pelan. "Kenapa kamu hadir di saat tidak tepat seperti ini Nak? Maafin Mama jika keputusan Mama nanti akan menyakitimu."

*****

Up 1 part lagi yaaa setelah ini ceritanya benar-benar nggak up lagi.

Aku kangen komenan kalian makanya aku Up. Dan yang mau ikut PO masih bisa ya harga pdfnya 65k. List nama ke wa 081321817808

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manisnya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang