Prilly kembali ke kamarnya lalu tersenyum kecil melihat suaminya yang terlelap di atas ranjang kecilnya yang terlihat kontras sekali dengan tubuh besar suaminya."Kasur aku pasti minder ditidurin sama Sultan kayak kamu ya Mas." Katanya setelah menempati sisi ranjang di samping suaminya.
Prilly menatap lembut wajah tenang suaminya. "Kamu kalau lagi merem gini keliatan banget baiknya loh Mas coba aja mata ini terbuka detik itu juga kamu terlihat bringas dan brengsek." Ujar Prilly lagi sambil terkekeh. Sebelah tangannya bergerak menyentuh wajah sang suami dimulai dari kening Ali yang tertutup sebagian rambutnya lalu kedua alisnya yang berjejer rapi.
"Alis kamu impian semua wanita loh Mas! Kalau aku minta nih alis pindah ke aku boleh nggak sih Mas?" Prilly terus berbicara sambil menyentuh suaminya. "Mata kamu kalau lagi natap tuh kayak mau nelan orang tau nggak sih Mas. Tajam banget nih mata untung aku punya mental baja jadi ditatap setajam apapun nggak akan buat aku takut, karena ada hal lain yang aku takutkan di dunia ini Mas." Suara Prilly mulai bergetar namun tangannya masih bermain-main di hidung mancung suaminya.
"Aku takut jika sebenarnya neraka yang aku jalani selama ini bukanlah neraka yang sesungguhnya." Prilly menggigit bibirnya kuat-kuat menahan matanya supaya tidak mengeluarkan air mata.
"Sebenarnya aku ini beneran anak kandung Pak Sapto bukan sih? Atau jangan-jangan aku yang anak tiri sedangkan Amelia anak kandung makanya Pak Sapto rela ngelakuin apa aja demi Amelia termasuk melukai hatiku." Prilly tidak dapat menahan air matanya lagi. Satu persatu air matanya mulai menetes. "Aku bukannya memilih harta daripada Ayah tapi sungguh hatiku benar-benar sakit ketika Ayah mengorbankan aku dan Ibu hanya demi mereka Yah. Hatiku sakit!" Prilly membekap mulutnya dengan sebelah tangannya sedangkan sebelah tangannya lagi masih bertengger di hidung suaminya.
Prilly kembali mengigit bibirnya, ia tidak ingin tangisannya membuat tidur sang suami terganggu. Ali harus banyak istirahat dan menjaga pola makannya seperti kata Dokter supaya stamina suaminya tetap terjaga sehingga Ali bisa rutin melakukan terapinya.
Mengusap air matanya dengan kasar Prilly kembali memfokuskan tatapannya pada sang suami lalu senyum kecilnya sontak terbit saat melihat wajah damai Ali. Pria itu sepertinya lelah sekali. "Kamu capek banget ya Mas sampai-sampai aku sentuh gini kamu nggak bangun, tangisan aku juga nggak menganggu tidur mu ya? Syukurlah.."
Prilly kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti karena tangisannya tadi.
Kini tangan Prilly sudah beralih pada pipi mulus suaminya. "Pipi kamu mulus banget sih pakek skincare apa?" Tanya Prilly dengan kekehan gelinya.
"Kemulusan kamu benar-benar membuat jiwaku sebagai perempuan meronta-ronta penuh iri dengki Mas." Ujar Prilly lagi masih dengan kekehan gelinya.
Berlanjut hingga tempat terakhir yang semenjak tadi menjadi tempat favorit Prilly yaitu bibir merah alami suaminya.
"Detik ini aku patenkan bibir ini menjadi milikku!" Kata Prilly kembali dengan suara tawanya yang kali ini terdengar lebih kencang.
Prilly menyentuh lalu mengusap lembut bibir suaminya. "Suatu saat nanti ketika kita sudah diberikan amanah oleh Tuhan dengan dikirimkan malaikat-malaikat kecil aku mohon jangan sakiti mereka dengan perbuatan apalagi ucapan kamu ya Mas." Dada Prilly kembali sesak. "Mungkin bagi orang lain terdengar biasa saja tapi bagi anak kita terutama perempuan yang akan menjadikan kamu sebagai cinta pertamanya tolong jaga lisan kamu." air mata Prilly kembali mengucur deras.
"Bagiku sakit yang paling menyakitkan di dunia ini selain kehilangan adalah dikecewakan oleh cinta pertamaku." Nafas Prilly mulai tersendat-sendat. "Jangan kecewakan putrimu Mas jangan berikan luka pada mereka! Cukup aku yang merasakan bagaimana sakit dan pedihnya luka yang Ayahku berikan padaku saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Luka
Любовные романыSeorang gadis yang harus merelakan masa depannya demi sebuah perjodohan yang tak lain hanyalah kedok sang Ibu tiri untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putri kandungnya. Prilly gadis mungil berparas ayu harus menerima takdirnya dengan menikahi se...