10. Tersinggung

689 112 3
                                    

Paginya, Renu terbangun di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya, Renu terbangun di kamarnya. Dia tidak gila tetap berada di sebelah Ewil sepanjang malam dengan tangan cowok itu melingkar di pinggangnya. Dia tidak ingin ketahuan.

Keluar dari kamar, teman-temannya yang berbaring di ruang tengah di lantai dua sudah tidak ada. Dia menuruni tangga, lalu berbelok ke dapur. Rupanya Semua orang berkumpul di sana sedang menunggu sarapan. Tampak mamanya sedang berdiri di depan kompor dibantu Ewil sementara teman lainnya memenuhi meja makan panjang.

Anggota keluarga Renu hanya terdiri empat orang, tapi meja makan di dapur dirancang seakan rumah itu berisi selusin kepala. Dengan berkumpul teman-temannya, meja itu berfungsi sebagaimana harusnya. Tiffani pasti senang, mungkin karena itu dia semangat memasak, menyediakan camilan tadi malam dan sekarang sarapan.

Renu menghampiri meja kompor, memilih sisi di sebelah Ewil untuk dia berhenti. Menempel pada cowok itu dengan kepala menengok ke dalam wajan, mencari tahu apa yang sedang dimasak. Cowok itu sedang membuat telur dadar gulung—baru mengetahui bahwa cowok itu bisa memasak. Matanya berpindah dari wajan,. Menjauhkan bahunya yang menempel agar lebih mudah menoleh, menunjukkan dahinya berkerut.

Bagi Ewil raut Renu terlihat lucu, dia membalas keheranan cowok itu dengan senyuman. “Morning beb.”  Mulutnya bergerak tanpa suara.

Renu mundur satu langkah. Dahi yang berkerut semakin kusut.

“Tidurnya nyenyak?” tanya Ewil, cara bicaranya masih sama.

Bahu Renu bergidik. Dia mundur selangkah lagi. Berpindah dari sisi Ewil ke sebelah Tiffani yang sedang memindahkan masakan di dalam panci ke dalam mangkuk besar. “Mama masak sendiri?”

“Dibantu Ewil,” jawab Tiffani. “Morning brondong,” tambahnya menyapa anaknya.

“Mmm ....” Renu mengangguk dengan tampang datarnya membalas ucapan selamat pagi Tiffani.

“Gue ga keberatan kok Ren, bantu nyokap lo masak,” kata Ewil, menolehkan kepala dari bahu Tiffani dan tersenyum menggoda ke arah Renu. Tampang julid Renu seketika terpampang.

“Ewil kan sering bantu Yolan masak, makanya dia ga kesusahan bantu mama di dapur.”

Mama Ewil itu hobinya memasak. Saking sukanya memasak sampai rela resign dari kantor, memilih membuka usaha katering. Renu sangat menyukai kue buatan Yolan, sayang dia tidak bisa mencicipinya hampir dua tahun belakangan. Gara-gara Ewil menjaga jarak, atau sengaja menjauhinya.

“Yeri mana?” tanya Renu lagi.

“Masih di kamarnya.”

REW Rabbit  [ RenHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang