31. Terdorong

448 64 2
                                    

Minggu pertama Festival Ulang Tahun Sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pertama Festival Ulang Tahun Sekolah.

Seluruh anggota sibuk. Terutama Eno si Ketua OSIS yang mengatur semua jenis acara dan perlombaan. Dibantu ketua setiap sekbid serta anggotanya. Mereka mengadakan acara pembukaan setelah Upacara Senin, Kepala Sekolah memimpin acara; menyampaikan beberapa kata sambutan. Dilanjutkan pertandingan pidato antar sekolah yang dilaksanakan di dalam aula sekolah. Bagi anggota sekbid yang tidak mengurus pertandingan itu tetap mengikuti jam pelajaran seperti biasa.

Pada hari Kamis, siang hari, usai jam pelajaran selesai lebih tepatnya, truk pengangkut tenda masuk ke parkiran murid—tepat seperti apa yang Renu katakan kepada anggotanya. Menunggu sebagian besar siswa pulang, baru orang-orang dari penyewa tenda bisa memindah besi-besi dari truk ke halaman kecil di depan gedung IPS.

Renu dan tomnya terpaksa pulang terlambat dibandingkan siswa lain. Sudah kewajiban mereka mengurus perihal tenda hari ini.

“Panas banget buset!” Renu mendengar Azim menggerutu. Temannya itu mengarahkan bapak pengantar tenda meletakkan besi-besi bersama salah satu anggota yang lain.

“Iya,” sahut Renu sambil meringis. Dia sendiri sudah mandi keringat di balik hoodie Adidas putihnya. Menutupkan tudung hoodie-nya ke seluruh kepala, berlindung di sana. “Banyakin nyebut Tuhan aja biar ga mati kepanasan.”

Mata menyipit melawan silau saat menatap denah susunan tenda bazar di atas tatakan menulis. Berwarna putih, memantulkan cahaya matahari langsung ke wajahnya.

“Pak, susunannya memanjang kayak gini. Biar di antara dua baris tenda ada jalan. Mepet ke koridor gedung sana aja ga apa-apa. Terus barisan sebelah kanan mepet ke pagar parkiran. Biar pengunjung ga lewat koridor. Cukup satu jalan aja lurus di antara dua baris tenda,” dia memberi arahan kepada si bapak.

Bapak itu ikut mengamati denah di tangan Renu dengan menyipit. Kepalanya mengangguk-angguk kecil. “Paham, paham. Kalau gitu saya mulai ngerakit tendanya, ya.”

Renu menganggukkan kepalanya sopan. Senyuman simpul tersungging di wajahnya. “Silakan, Pak,” dia menjawab.

Satu persatu tenda berhasil dirakit. Orang-orang itu dibantu anggota tim bazar lainnya mengangkat tenda yang sudah berhasil dirakit ke tempat seharusnya benda itu diletakkan. Harus dibantu kalau ingin cepat selesai. Jarak memindah tenda tidak terlalu jauh, namun cukup menambah keringat di balik seragam.

Para anggota tim bazar lainnya—para cewek, bertugas mengurus pendaftaran ulang peserta bazar untuk tema kesenian: menjual berbagai macam kerajinan dan kesenian dari berbagai daerah.

Selesai mengurus tenda, Renu menghampiri cewek-cewek itu di ujung koridor gedung IPS. Menanyakan progres pekerjaan mereka. “Lancar?” tanyanya, melepas tudung hoodie memperlihatkan rambut lepeknya karena keringat.

REW Rabbit  [ RenHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang