REW Rabbit [ RenHyuck ]

38. Something Cracked

“Nyokap!” Renu berteriak memasuki dalam rumah. Di halaman dia melihat mobil mamanya terparkir.

“Kenapa berondong?” sahut Tiffani.

Renu berlari kecil menghampiri mamanya dan ikut duduk di sofa ruang tengah.

“Lo ga bimbel?” tanya Yeri, yang ternyata juga ada di sana.

“Males,” Renu mengibaskan tangannya. Menyuruh kakaknya itu diam, dia ingin meminta sesuatu kepada mamanya. “Ma.” Ekspresinya diatur sedemikian innoctent: tersenyum tipis, mata dibolakan dan dikedipkan sesekali.

“Apa?” tanya Tiffani lembut.

“Minta mobil,” ucap Renu

“Heh!” seru Tiffani, perhatiannya dijauhkan dari layar handphone dan berganti melototi putra bungsunya. “Lo pikir gampang cari duit?”

“Ya kalo ga mau ngasih, jangan ngegas,” kata Renu. Menghela napas dan menjauhi Tiffani. Bibir tersenyumnya turun membentuk lengkungan.

“Lo,” tunjuk Yeri, “bukanya lebih suka nebeng ketimbang bawa motor sendiri?”

“Jangan ikut campur,” ujar Renu, balas menunjuk ke arah Yeri.

“Kenapa tiba-tiba pengen mobil?” tanya Tiffani.

“Lagi pengen mandiri,” jawab Renu, menghindari tatapan mamanya. Menjentikkan jemarinya satu persatu.

Tiffani menggeser duduknya menghadap Renu. Bersedekap dan menatap serius anaknya itu. “Apa hubungannya mandiri sama minta mobil?”

“Ga ada,” jawab Renu. “Pengen aja punya mobil sendiri.” Lalu, menggigit ujung kukunya.

“Pengen hidup mandiri tanpa Ewil?” celetuk Yeri.

“Eh!” Renu menarik jarinya menjauh dari bibir untuk menunjuk kakaknya.

“Jangan ngegas kalo ga benar,” kata Yeri santai. Tersenyum miring dan menaik-turunkan alisnya.

“Bab—”

“Orang ganteng mulutnya dijaga,” potong Tiffani menegur Renu.

Bibir Renu semakin maju. “Bodo,” katanya sangat pelan.

“Ya udah, ga dikasih,” ujar Tiffani.

“Ya udah, ga usah,” balas Renu.

“Yeri bilang, beberapa hari belakangan kamu naik motor sendiri. Ga sama Ewil. Berantem lagi?”