09. Mengingat Hal Kecil

707 116 5
                                    

Sabtu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu.

Dari pinggir lapangan Ewil menatap ke arah bangku penonton. Satu per satu temannya menduduki bangku berjejer di sana. Terdapat bangku kosong di sebelah Rayi-Renu tidak ada. Beberapa saat dia menunggu, berharap cowok itu akan muncul selagi pertandingan masih berlangsung.

Babak pertama berakhir. Selisih angka di monitor skor tidak begitu jauh. Sekolahnya memimpin beberapa angka. Seharusnya dia merasa gembira, tapi kursi di sebelah Rayi masih kosong. Renu belum juga datang. Perasaan bahagianya tidak sempurna.

Babak selanjutnya, sekolahnya yang tadi memimpin pertandingan berubah terbalik. Sekolahnya kini tertinggal angka jauh dari lawan. Dia seharusnya bermain lebih bagus untuk mengejar ketinggalan, sayang semangatnya sudah tidak berada di sana.

Babak demi babak pun berlangsung. Sekolahnya dan sekolah lawan terus saling mengejar skor dan pertandingan itu berakhir dengan kemenangan dimiliki oleh sekolah lawan. Ewil melihat teman-temannya bersorak di bangku penonton-jelas saja mereka senang, sekolah yang menang adalah sekolah mereka. Dia sangat memaklumi itu. Sembari berjalan meninggalkan lapangan, matanya mendapati Deri meninggalkan bangkunya, berjalan menghampiri dirinya.

"Lo kok kayak kehilangan semangat hidup?" Deri berjalan di area penonton di pinggir lapangan, mengikuti Ewil bersama pemain lainnya.

Ewil tersenyum kecut.

"Ada yang ganggu lo?"

"Yang main ga cuma Ewil kali, Der," sahut dari salah satu pemain kepada Deri. "Masa lo nyalahin dia sekolah kita kalah."

Deri melemparkan senyuman lebar kepada Ewil. "Sorry vroh," ucapnya. "Gue penasaran aja, kali aja ada yang ganggu mood lo."

Ada!

Saat peran 'pacar' tidak membuat dirinya lebih penting dari acara makan siang keluarga. Ingin rasanya dia marah. Konyol berharap dia lebih diutamakan. Dia berusaha berpikir dewasa, tapi hati kecilnya merasa sedikit kecewa. Perasaan itu tidak bisa dia pungkuri.

Perasaan yang muncul hanya karena sebuah bangku di area penonton tetap kosong hingga pertandingan selesai.

"Ga ada. Gue kurang fit kayaknya." Ewil beralasan. "Next bisa lebih gigih kan gue tandingnya. Ga usah kecewa lo."

Pertandingan itu hanya pertandingan kecil antar sekolah yang diadakan setahun sekali sebelum ujian kenaikan kelas. Tidak begitu penting tentang kemenangan.

Deri mengangguk paham. "Gue sama anak-anak nunggu di luar ya?"

"Mmm ..., Renu ga datang?" Ragu-ragu Ewil bertanya. Membuat Deri berhenti melangkah. Sadar temannya itu tidak mengikutinya lagi, dia ikut berhenti lalu berbalik. "Kenapa?"

REW Rabbit  [ RenHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang