42. Two Points of View

539 80 5
                                    

“Benci aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Benci aja.” Dari balik pintu kamar Yeri, Ewil mendengar Renu bicara.

“Benci banget.” Suaranya serak dan penuh penekanan pada kata 'benci'.

Ewil mundur menjauhi pintu. Rongga perutnya menyeruak rasa tak enak yang sesak.

Satu lagi langkahnya mundur. Merasa bersalah, harusnya dia menahan diri. Bukan menyalahkan suasana alasan kenapa dia mencium Renu.

Bingung, apa cowok itu menangis karena teramat benci dicium?

Kecewa, apa itu tanda Renu tidak menyukainya.

🐇

Ewil kembali ke rumahnya. Tidak menunggu Renu keluar dari kamar Yeri untuk mengusirnya. Dia sadar diri, menjauh dari Renu untuk sementara waktu. Sekarang, dia tidak bisa mengartikan reaksi Renu setelah dicium. Jika marah, dia akan membujuk nanti. Namun, jika cowok itu berubah membencinya? Dia harus apa?

Ewil memasukkan seragamnya ke dalam ransel dan beberapa buku sesuai jadwal besok. Dia pergi ke rumah Eno, menginap di sana. Dia sungguh-sungguh harus menghindari Renu lebih dulu, karena dia belum tahu harus bersikap bagaimana saat berhadapan dengan cowok itu besok.

“No, gue ngelakuin kesalahan besar!” Tubuhnya dihempas ke kasur Eno. Mengacak rambutnya frustrasi.

Eno yang asik mengerjakan tugas di meja belajarnya menoleh kaget. Melirik ransel Ewil yang dilempar ke sudut kamar. “Lo kabur dari rumah?”

“Bukan itu masalahnya sekarang,” ujar Ewil.

“Ya apa?” Eno dibuat emosi. “Datang ke rumah gue, masuk kamar ga permisi dulu, terus teriak-teriak ga jelas.”

Ewil memiringkan badannya menghadap Eno. “Gue nyium Renu,” katanya.

Pen di tangan Eno jatuh ke lantai. Matanya membulat, menatap horor ke arah Ewil.

“Tanpa sadar, No. Gue khilaf,” lanjut Ewil. Bibirnya dilengkungkan. Matanya memerah hampir menangis saking kesal dengan kebodohannya.

“Yang khilaf kan enak, Wil,” ujar Eno. Pikirannya berubah arah.

“Salah, No, salah!” teriak Ewil.

Eno mencibir dan memungut pennya. “Apa yang salah? Gue yakin kalo dua orang bisa ciuman, itu artinya lo emang niat nyium dia dan Renu mau-mau aja dicium.”

Ewil terdiam memikirkan kalimat Eno.

“Renu ga nolak lo cium, kan?” tebak Eno. “Ciumannya lama?”

REW Rabbit  [ RenHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang