50. Gorgeous

679 86 9
                                    

Katanya, biar adil kedua mendapatkan hukuman yang sama: diskors selama tiga hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, biar adil kedua mendapatkan hukuman yang sama: diskors selama tiga hari. Ewil hanya korban dari hantaman brutal Renu, tanpa perlawanan. Namun, keduanya tetap saja masuk ke dalam tindakan tak senonoh di Sekolah, berkelahi. Renu mengakui kesalahannya memulai perkelahian tunggal itu dan satu-satunya orang yang menyerang—kesalahan lainnya adalah melanggar aturan tidak boleh merokok di kawasan Sekolah. Dengan mengakui, Renu berharap Ewil terlepas dari hukuman, namun sayang, Ewil tidak sejalan dengan rencana sok pahlawan Renu—dia mengakui dirinya ikut andil dalam perkelahian itu di depan Ibu Ana saat Renu keluar dari ruang BK.

“Ini kedua kalinya kamu bertengkar sama Renu,” kata Yolan nyaring di dapur, bicara kepada anak bungsunya yang duduk tertunduk di kursinya. “Apa masalahnya, sih? Apa masalah kalian? Kali ini sampai pukul-pukulan.” Wajah wanita itu memerah menahan luapan emosi. Yang dia permasalahkan bukan hitungan hari anaknya diskors sekolah, melainkan rasa malu bertemu Tiffani. Apa yang akan dia katakan kepada temannya itu nanti?

“Keduanya ga ada yang mau ngomong kenapa,” ujar Yolan frustrasi. “Sok paling dewasa ngadepin masalah sendiri. Ngadepin masalah itu ngomong berdua, bukan adu kuat!”

“Ma ....” Maliq mencoba meredam emosi mamanya, tak enak melihat kepala adiknya semakin menunduk.

“Kalian itu berteman lama, Wil. Kenapa cuma sama Renu kamu terus punya masalah? Sama teman-teman kamu yang lain, kamu ga ada acara berantem tuh.”

“Maaf,” tutur Ewil. Dia berhak minta maaf, masalahnya dan Renu memang disebabkan olehnya. Renu berhak marah. Sangat.

“Minta maaf sana Renu!” Yolan setengah membentak kepada anaknya. Napasnya berat, matanya memerah karena marah terhadap anaknya sendiri melelahkan.

“Iya, aku bakal minta maaf sama dia,” jawab Ewil, pelan.

“Gara-gara kalian berantem Tiffani harus balik lebih cepat dari Singapura. Kamu sadar ga pertengkaran kalian ga bikin bibir sobek, pipi lebam dan dihukum sekolah aja?” Yolan mengambil jeda untuk bernafas. “Pertengkaran kalian bikin susah orang tua.” Tak hanya Tiffani yang dipaksa pulang ke Indonesia lebih cepat dari jadwal, hari ini Yolan terpaksa membatalkan pertemuannya dengan calon pelanggan baru usaha kuenya—Ibu Ana memanggilnya datang ke sekolah tepat saat dia berada di dalam mobil hendak pergi menemui orang itu.

“Ma, wajar anak cowok berantem,” sela Maliq. “Ga usah terlalu nyalahin Ewil lah. Udah ..., kan keduanya sama dapat hukuman dari sekolah. Renu juga pasti bakal ditegur tante Tiffani. Udah.”

Yolan mendengus lalu membuang muka sambil melipat tangan di dada.

“Luka lo udah diobatin, belum?” tanya Maliq ke adiknya.

REW Rabbit  [ RenHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang