Minggu ke empat acara Festival Ulang Sekolah, hari terakhir dari sebulan lamanya acara itu berlangsung, final dari berbagai pertandingan, sebuah puncak dari kesibukan para panitia.
Pada hari itu, beberapa peserta bazar tidak lagi menggunakan tenda untuk berjualan. Tenda yang kosong diarak ke posisi lain untuk dijadikan stan tiket pertandingan final futsal dan basket. Dan, lainnya digunakan pihak sekolah untuk menjual berbagai macam makanan.
Seluruh panitia berkumpul di aula sekolah sebelum acara final di mulai. Eno perlu menyampaikan beberapa pengarahan, tidak lupa mengumandangkan kalimat memberi semangat kepada seluruh panitia.
“Masih sanggup kan ngurus bazar?” Usai rapat singkat itu dibubarkan, Eno mendekati temannya berkumpul di salah satu sisi. Menghampiri Renu yang sedang duduk diapit oleh Mella dan Rayi.
Renu mendongak. “Sisa hari ini doang,” sahutnya.
“Capek ga?” tanya Eno.
“Semua panitia pasti capek,” jawab Renu, terkekeh singkat.
“Ngomong-ngomong bahas capek, habis acara kelar kita bakal dapat upah, ga?” celetuk Azim.
“Acara belum kelar, lo udah mikirin upah,” sahut Eno.
“Acaranya kan sukses banget, masa ga ada kompensasi,” kata Azim. Memasang tampang serius.
“Bahasa lo, vroh.” Eno maju selangkah, mendorong kepala Azim.
Temannya itu tertawa kepalanya didorong. “Bahasa halusnya minta upah,” kata Azim. “Biar terdengar keren gitu.”
Mella melempar tatapan mencela kepada Azim. Bibirnya mencibir.
“Wajar kan gue nanya feedback?” Azim mencoba membela diri. “Hasil jualan tiket, nyewain tenda stan, dan lainnya. Masa acara kayak gini ga ada untung.” Tatapannya menuntut jawaban dari Eno.
Yan dan Ewil ikut menatap Eno.
Merasa dirinya dipojokkan oleh banyak pasang mata, membuat Eno sedikit gugup. Dia berdeham terlebih dahulu. Memutar otaknya sebelum menjawab. “Kayaknya sih ada,” katanya pelan dan lamban.
“Duit?!” seru Yan.
“Makan bareng Kepsek termasuk upah ga ya?” Eno bicara kepada mereka.
Azim, Yan dan Ewil langsung membuang muka.
“Emang kalian pikir bakal diupah apa?” ujar Eno. “Pengalaman ngurus acara besar gini teramat berharga diganti sama duit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
REW Rabbit [ RenHyuck ]
Teen FictionR E W rabbit : Ruby eye - white / white bunny with ruby eyes New Zealands are bred for meat, pelts, show, and laboratory uses, being the most commonly used breed of rabbit both for testing Arti lainnya dari kelinci percobaan adalah orang yang pertam...