Mereka tiba di rumah pukul 06.00 pagi. Memilih rumah Renu sebagai tempat pulang. Di sana mereka tidak perlu mengkhawatirkan pertanyaan dari mana mereka.
Memasuki rumahnya, Renu langsung membaringkan tubuh di sofa ruang tengah. Tidak memedulikan ke mana Ewil. Memejamkan mata, rasa kantuk baru terasa setelah kembali dari bertamasya malam.
Dia tertidur beberapa menit, hingga akhirnya merasakan tendangan di kakinya, memaksa untuk membuka mata.
“Kenapa tidur di sini?” Yeri, kakaknya itu menunduk ke arahnya yang berbaring. Rambut panjang terjuntai menyentuh wajah. “Lo pergi sama Ewil kan? Mana tuh anak?”
Renu tersenyum dengan mata masih terpejam. “Tidur di kamar gue.” Dia menjawab. “Kayaknya sih.”
“Lah!” cetus Yeri. Menjauh dari wajah adiknya, lalu duduk di sofa yang sama. “Kenapa lo malah tidur di sini?”
Renu menggeser tubuhnya, memberi ruang untuk kakaknya duduk. “Gue ga sanggup lagi naik ke atas, ngantuk banget.”
“Ayolah!” desak Yeri. “Gue pengen nonton drama. Sendiri!” tegasnya.
Renu langsung membuka mata. “Nonton drama apa nonton bokep?! Harus banget sendiri.”
“Hahaha ...,” Yeri tertawa. “Lo kalo nemenin gue nonton, nanya mulu. Kali ini drama yang gue tonton harus konsentrasi. Ga suka gue diganggu sama pertanyaan lo. Sana naik ke kamar!”
Dengan malas Renu bangun. Separuh nyawanya masih berkelana entah ke mana. Tidak buru-buru, dia menyandarkan punggungnya di bahu kakaknya lebih dulu.
“Dari mana sih, Ren? Capek banget kayak orang habis maraton.”
“Diajak jalan-jalan keluar angkasa,” jawab Renu. Matanya terasa berat, ingin dia tidur di sana saja.
“Naik apa?”
“Pesawat terbang.” Bibirnya tersenyum mengingat yang dia lakukan bersama Ewil.
“Adik gue udah ga waras.”
Renu terkekeh. Tidak keberatan dengan sebutan kakaknya. “Serius. Kami berteleportasi ke universe lain. Nongkrong di sana terus main bola bareng.”
Yeri menjauhkan bahunya dan membuat kepala Renu jatuh ke bagian belakang, terjebak antara tubuh kakaknya dan punggung sofa. Tatapan cewek itu begitu menyelidik ke arah adiknya. “Main bola?”
“Mikir apa sih,” protes Renu. “Gue main bola beneran. Bukan bola yang lain. Gila lo! Ngeres.”
“Oh,” sahut Yeri singkat. Perhatiannya terpusat pada layar televisi, mencermati banyaknya pilihan film.
KAMU SEDANG MEMBACA
REW Rabbit [ RenHyuck ]
Teen FictionR E W rabbit : Ruby eye - white / white bunny with ruby eyes New Zealands are bred for meat, pelts, show, and laboratory uses, being the most commonly used breed of rabbit both for testing Arti lainnya dari kelinci percobaan adalah orang yang pertam...